Aku dan kamu berdiri ditengah kegelapan malam yang tidak seutuhnya gelap, bintang-bintang beserta bulannya menjaga kita agar ada sedikit cahaya dalam kegelapan malam yang buruk ini. Aku berusaha melepas semua bebanku biar pergi bersama bintang namun itu tidak bisa karena hal terburuk yang baru aku dengar dari mulutmu beberapa detik yang lalu.
Aku diam, kamu diam. Tidak ada yang saling berbicara setelah kamu bilang padaku tadi bahwa kamu akan pergi meneruskan kuliah namun sangat jauh entah dimana. Hatiku terasa kelu menyadari kenyataan bahwa kamu akan pergi disini. Semuanya yang telah kita rangkai hanya terbekas menjadi memori yang indah takkan pernah terlupa.
Masih berharap kamu akan tetap disini, membina hubungan ini sampai akhir hayat kita. Namun, aku tahu ini sudah tidak bisa dilanjutkan karena egomu, keegoisanmu, kebutuhanmu yang membuat kamu harus pergi jauh dariku.
Katakan aku gila, tapi aku tidak ingin melepasmu. Kau yang terbaik dalam hidupku. Kau yang membuatku tersenyum. Kau yang selalu mengucapkan kata manis sebelum tidur hingga aku tidak bisa tidur. Kau yang selalu menyemangatiku disaat jatuh. Semua yang kubutuhkan ada pada dirimu.
Bagaimana jika aku kehilangan dirimu?
Yang menurutku satu-satunya orang yang terpenting untukku.
Satu-satunya yang tahu diriku luar dan dalam.
Zayn Malik. Tiap kali kusebut namamu, bibirku bergetar. Tiap kali kusebut namamu, jantungku berdegup kencang. Tiap kali kusebut namamu, aku merasa mati ditempat. Ya, itu semua cintaku pada mu, Zayn.
Tak seharusnya kau meninggalkanku disini. Tak seharusnya kau buat aku menjadi linglung. Oh, aku baru tersadar bahwa aku masih ada didalam realita dan mendapatkanmu disisiku.
"Bintang jatuh! Tiga harapan mulai dari sekarang, oke?" Katamu tiba-tiba. Aku mengangguk meng-iyakan.
Haruskah aku percaya pada bintang jatuh dan melayangkan harapanku?
Seharusnya memang iya. Siapa tahu ada sebuah keajaiban yang datang padaku walau bukan dalam waktu dekat.
Pertama-tama, aku tidak ingin Zayn pergi dariku kalaupun ia pergi. Aku ingin dia kembali.
Kedua, aku ingin dia selalu memikirkanku setiap saat walaupun aku tidak sedang berada didekatnya. Sebutlah aku egois tapi jika kalian ada diposisiku pasti akan berharap seperti itu.
Ketiga, i'm the one and the only his love.
Aku membuka mataku setelah berharap pada bintang jatuh dalam hati. Tak disangka, Zayn menatapku dengan mata coklatnya yang begitu mempesona walaupun dikala malam. Aku berusaha mengulas sebuah senyuman. "Tidak apa jika kamu ingin pergi." Kataku selanjutnya.
Detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun.
Ia tak kunjung menemuiku. Aku yakin ia lupa semua tentang kita.
**
Aku sedang berada diruang tengah kediaman keluarga Horan. Tiba-tiba Niall datang sambil membawa banyak chips ditangannya, aku terkekeh melihatnya.
Ia terlihat sedikit kesal, "Apa kau tidak ingin membantuku?" Geramnya. Akupun bangkit dari sofa dan berjalan kearahnya. Untung saja, selalu ada Niall saat kepergiannya.
"Hey, ini sedikit, Niall. Tidak banyak!" Omelku sambil memandangi chips Niall yang nyatanya enteng sekali tetapi Niall sudah memberengut kesal.
"Maaf deh, maaf."
Sejurus kemudian, aku dan Niall sudah sampai diruang keluarga. Kami menonton acara televisi kesukaan kami. Saat Niall mengganti-ganti chanel, aku kenal satu sosok yang berada disana. Seperti dia.
"Stop, stop!"
Niall mengernyit bingung, "Eh?"
"Aku bilang stop dan kembali ke channel sebelumnya." Titahku. Niallpun menurutinya.
Astaga.
THAT'S HIM.
ON TV.
EVERYONE.
"Zayn." lirihku saat memandangi televisi.
"Kau kenal dia?" Tanya Niall.
Aku menoleh kearahnya dan mengangguk pelan, ia menatapku nanar. "Ceritakan padaku seluruh detilnya kalau aku ini sahabatmu."
Pun aku menceritakan seluruh kejadian yang sudah berlalu sangatlah lama, tidak ada yang terlewatkan sedikitpun. Niall terkekeh mendengarnya. "Ada apa?" Tanyaku menatap tajam kearah Niall.
Ia hanya menggeleng, "Sepupuku akan datang sebentar lagi. Aku akan mengenalkanmu padanya." Kata Niall.
Tidak peduli, aku tidak ingin berkenalan pada sepupu Niall. Aku masih digandrungi rasa penasaran mengapa Zayn tiba-tiba saja menjadi sorotan ditv. Akupun menonton tv kembali dan memakan chips yang Niall bawa sambil sesekali bercanda dengan sahabatku itu.
Bel rumah Niall berbunyi nyaring.
"Bukain gih!" Suruh Niall yang masih memperhatikan tv dan mengunyah chips nya sehingga mengeluarkan bunyi-bunyi kecil
Aku mendelik kearahnya. Ia kira yang punya rumah ini aku? Pun aku bangkit dan membukakan pintu rumah Niall. Itu pasti sepupunya Niall!
"Kau pasti sepupu—"
Aku membeku ditempat melihat sosok yang sudah lama tidak kutemui. Astaga, aku sangat merindukannya tuhan.
Zayn.
"Aku sepupunya, Niall. Kau sendiri siapa?" Tanya Zayn.
Eh.
*
"Harapanku pada bintang jatuh memang terwujud namun, kesedihan yang makin mendalam malah ia melupakanku." - YOU xx
VOMMENT AYE! ILY, MAAF YANG BELOM KEBIKIN AAHAHA
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]