Back sound : propose song - 4 men
.
.
.
"menurutmu?"
Jane mengalihkan pandangannya menatap Daniel yang juga menatapnya sendu.
"apa yang membuatmu berfikir jika kita memiliki sebuah masa lalu?" tanya Jane datar. Dahinya berkerut tidak mengerti apa yang berada di dalam pikiran pria itu. Bukankah pria itu membencinya? Mengapa ia mencoba mengungkap masa lalu dengan cara yang aneh? Apakah hanya karena kontrak masalah bisnisnya?
Jane membalikkan tubuhnya meninggalkan Daniel yang masih terpaku tidak dapat menjawab pertanyaannya. Pria itu masih mencerna apa maksud kata-kata Jane. Itu memiliki dua makna. Apakah Jane masih mengingatnya atau Jane yang menghinanya dengan halus.
Pria itu berbalik menatap lautan yang terlihat hitam. Perasaannya benar-benar tidak menentu. Ia sangat ingin memeluk gadis itu. Memeluknya dengan erat, menghirup aroma nya. Tapi sebuah tembok besar menghalanginya. Masa lalu...
'tentu saja dia membenci kita. Tidak seorangpun yang akan menerima kita jika dia berada dalan posisi Jane. Mate ku... aku menginginkannya Daniel' lirih Louis. Wolf itu meraung karena sangat menginginkan Jane
.
.
.
Pagi itu terasa tidak terlalu panas karena awan tebal yang menutupi matahari. Tapi bukan berarti akan hujan. Hanya saja hari ini membuat udara menjadi sedikit dingin. Dan Jane merasakan hawa yang sedikit dingin saat ia kini berada di puncak tebing air terjun. Memotret gambar sebuah pemandian alami yang cukup besar di pulau indah ini. Sebenarnya ia cukup gemetar berada di atas sini. Karena mungkin saja ia terjatuh. Tapi ia ingin mendapatkan sebuah gambar yang bagus, dan itu membutuhkan sebuah pengorbanan.
Sesekali tubuhnya bergetar takut saat mengambil gambar. Saat ia melihat ke tempat yang aman ia merasa kakinya tidak dapat berjalan kesana. Tiba-tiba ia menjadi panik
"Ya Tuhan..." lirih Jane ketakutan. Ia benar-benar takut dengan air. Dan sekarang ia benar-benar terlihat gila dengan melakukan hal yang berbahaya ini sendirian.
SREK
"akhhhhhhhh"
Hal yang ia bayangkan tejadi. Kakinya menginjak batu yang rapuh dan ia terjatuh ke dalam melewati air terjun.
BYURR
Tubuhnya menghantam perairan yang sangat dalam. Kaki kecilnya tidak dapat mencapai dasar. Dan ia tidak bisa berenang. Jane merasa panik, merasa saat ini adalah akhir hidupnya. Pikirannya terarah pada ayahnya yang akan sendirian jika ia mati.
Jane mencoba bergerak tapi ia tetap tidak bisa mencapai permukaan. Matanya tertutup pasrah merasa pasokan udaranya menipis.
Hingga semuanya terjadi begitu cepat. Tubuhnya direngkuh seseorang lalu dibawa kepermukaan. "hahhh hahh" nafas Jane berpacu cepat membuka matanya melihat seseorang yang menyelamatkannya.
"kau baik-baik saja?" tanya seseorang itu panik. Menyentuh lembut pipi Jane agar menyadarkan gadis itu. Jane melihat mata yang berwarna merah itu dengan nafasnya yang tersengal. Tubuhnya hampir saja kembali tenggelam saat pria itu memperbaiki rengkuhannya. Hal itu membuat Jane panik dan memperat pengangannya di leher pria itu.
"Jane? Katakan kau baik-baik saja sayang" lirih pria itu khawatir.
Mata gadis itu memanas, tubuhnya bergetar ketakutan dan juga kedinginan. Matanya menatap pria itu dengan matanya yang membesar cemas. Ia langsung memeluk tubuh yang besar itu dan meneteskan air matanya. Jane merasa ketakutan saat berada di dalam sana. Seolah berada di ujung kematiannya. Ia tidak sanggup meninggalkan ayahnya seorang diri.
"semua akan baik-baik saja. Tenang sayang" pria itu mengecup tengkuk Jane yang sangat harum oleh penciumannya. Ia langsung menyeret tubuh Jane ke tepian. Mengangkat tubuh itu dengan mudah hingga terduduk di atas tanah. Dan ia ikut menyusul dudu di samping Jane yang tertunduk menormalkan nafasnya.
"Jane? Kau baik.." tangan pria itu di tahan oleh Jane saat ingin mengusap pipinya. Menjauhkannya secara lembut. Mata Jane menatap pria yang berada di depannya dengan tatapan datarnya yang cantik.
"terima kasih" ucap Jane lirih. Jane menunduk kembali menormalkan nafasnya.
Pria itu menatap Jane lama, melihat tubuh itu menggigil di sini. Dengan sigap ia mengangkat tubuh itu berjalan dengan cepat menuruni bukit ini dengan mudah. Jane yang awalnya terkejut karena pria itu menggendongnya dengan mudah kini membawanya berjalan dengan cepat. Mata biru Jane menatap wajah pria itu yang datar dan fokus pada jalan. Wajah yang mempesona dan membuat Jane gugup. Ia memang membenci pria ini. Tapi tidak akan ada satu gadis pun yang tidak terpesona pada wajah tampan itu. Termasuk ia, gadis yang biasa saja.
"siapkan baju untuk Luna. Bawa ke kamarku!" perintah Daniel saat kini ia memasuki rumahnya yang mewah dengan Jane yang berada di rengkuhannya.
Tentu saja pria itu adalah Daniel. ia yang mengikuti kemanapun kaki Jane melangkah. Dan ikut mencebur ke dalam air saat melihat mate nya tenggelam. Ia merasa hidupnya akan diambil paksa saat melihat Jane yang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Sementara Jane mengerutkan dahinya tidak mengerti. Kenapa pria itu mengatakan Luna? Siapa Luna? Kenapa ia harus menyiapkan baju untuk gadis yang bernama Luna?
Daniel menempatkan Jane di ranjangnya, di kamarnya. Satu-satu nya tempat yang ia tempati sendiri tanpa seorangpun boleh masuk. Dan sekarang ia membawa Jane ke sana. Pria itu berjalan mengambil beberapa handuk untuk Jane. Mengusap bagian tubuh Jane dengan handuk hingga pergelangan tangan menghentikan aktifitasnya.
"aku bisa lakukan sendiri" ucap Jane lirih. Mengambil alih handuk yang digunakan Daniel untuk mengeringkan tubuhnya. Dan Daniel menatap gadis itu lama lalu menghela nafasnya. Tubuhnya kembali tegak dan berjalan mengambil sebuah kotak.
Jane terlihat bingung mengapa Daniel membawa sebuah kotak obat. Ia memeriksa keadaannya hingga ia dapat melihat darah yang mengalir di lututnya.
"aku bisa sendiri. Aku akan melakukannya di tempatku saja, kau tidak pe..."
"setidaknya biarkan aku melakukan ini. Kau terluka, bagaimana bisa aku mengabaikan seseorang yang terluka" ucap pria itu memotong ucapannya.
"tapi itu hanya luka kecil" ucap Jane pelan, yang membuat Daniel menatapnya marah.
"luka yang kecil bagimu tapi ini luka yang sangat besar untukku. Demi Tuhan, kau hampir saja mati tenggelam di sana Jane. Dimana kesadaranmu saat kau mencoba memanjat bukit itu sendirian? Kau hampir saja membuatku mati ketakutan" ucap Daniel khawatir. Pria itu mencoba membentak dengan suara yang lembut. Ia tidak ingin menakuti Jane seperti dahulu. Cukup saat itu ia menjadi pria yang bodoh. Tidak sekarang.
"kenapa kau harus mengkhwatirkanku?" tanya Jane menatap mata Daniel yang menatapnya sendu. Pria itu menatap Jane lam, menelusuri wajah cantik itu terihat cemas.
Tok Tok Tok
Ketukan itu menghentikan pembicaraan mereka yang serius. Daniel dengan cepat membuka pintu dan mengambil sebuah pakaian. Pakaian yang diambil oleh pelayannya dari kamar Jane. Karena tentu saja ia tidak memiliki pakaian perempuan.
"aku sudah selesai mengobati lukamu. Sekarang pakailah baju ini sebelum kau kedinginan! Kamar mandi ada di sana" perintah Daniel pada Jane yang masih menatapnya heran.