#20 Tembak

107K 7K 478
                                    

Bilang ke semua orang, kalo
sekarang lo punya gue.

-Al-

Sejak pulang sekolah tadi, kedua insan tersebut tidak saling berbicara. Mereka sibuk dengan pikiran dan perasaan masing-masing. Vina terlihat sedang berkutat di dapur membuat jus jambu biji. Sedangkan Varo, cowok itu sedang duduk di sofa sambil menerima telfon dari seseorang.

"Ngapain lo ke rumah?" tanya Varo dingin

"..."

"Gue nggak pulang."

"..."

"Terserah"

"..."

"Halo ma?" seketika suara Varo berubah sedikit lembut. Sepertinya, orang tadi memberikan ponselnya kepada mama Varo.

"..."

"Hmmm"

Klik

Setelah bergumam, cowok itu memutuskan sambungan telefon dan memijat pelan pelipisnya. Vina yang melihat itu berjalan pelan menuju Varo, lalu memberikan jus jambu yang ia buat tadi.

"Minum" ucap Vina datar

Varo mengangguk sambil menerima jus jambu tersebut.

"Ada apa?" tanya Vina menoleh ke arah Varo.

Varo tersenyum tipis sambil menggeleng. Namun Vina tau, dibalik senyum itu ada sesuatu yang ia sembunyikan dengan baik.

Vina mendekat dan mendekap Varo untuk menenangkan cowok itu. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk Varo, cukup dengan memberikan ketenangan dan tidak mencampuri urusannya.

Memang benar, Varo sekarang merasa lebih tenang dalam pelukan Vina. Cowok itu meletakkan kepalanya di leher Vina dan memeluk pinggang gadis itu dengan erat.

"Makasih" ucap Varo parau

Tunggu, cowok itu menangis?

Vina mengerutkan alis bingung, lalu ia memutuskan untuk mengusap-usap punggung Varo pelan. Dan benar, Vina mulai merasakan lehernya basah.

Cowok datar yang ia kenal selama ini, sedang rapuh dan menangis di pelukannya. Lo kenapa?

"Gue takut, gue nggak mau.."

"Huss, udah, kalo lo belum siap cerita nggak papa." ucap Vina memotong pembicaraan Varo.

Sekarang Varo hanya butuh rasa tenang. Ia tau bahwa cowok yang ada di pelukannya itu sebenarnya belum siap menceritakan apa yang ia simpan saat ini.

Setelah beberapa lama tetap dalam posisi berpelukan. Varo melepas pelukannya dan memandang Vina dalam diam. Mereka saling menatap dan menyalurkan ketenangan lewat sorot mata masing-masing.

"Gue sayang sama lo." ucap Varo tiba-tiba yang membuat Vina bungkam.

"Gue nyaman setiap kali di deket lo, lo udah sembuhin luka gue El. Lo selalu ngerti apa yang gue butuhin." ucap Varo lagi.

"Al, lo nggak papa?" tanya Vina masih tidak percaya dan memegang dahi Varo untuk memastikan cowok itu tidak sedang mengigau.

"Gue sayang sama lo, lebih dari rasa sayang gue ke diri gue sendiri." ucap Varo sambil masih tetap menatap dalam mata Vina.

Vina menatap datar mata Varo dan berusaha mencari kebohongan disana. Namun nihil, yang ia temukan hanya keseriusan di semua celah mata cowok itu.

Gadis itu perlahan tersenyum lalu menghambur ke pelukan Varo. Entah kenapa, kini hatinya mulai kembali merasakan hidup. Varo yang menerima pelukan itu langsung tersenyum lebar dan membalas pelukan Vina dengan sangat erat.

          

***

Keesokan paginya di sekolah, Varo mengantar Vina ke kelasnya seperti yang ia lakukan setiap hari. Dan seperti biasa, cowok itu mengusap puncak kepala Vina sebelum pergi menuju ke kelasnya.

"Al, tunggu." teriak Vina

Varo yang merasa terpanggil pun akhirnya menoleh dan mengangkat satu alisnya.

"Dasi lo masih di gue." ucap Vina sambil menyodorkan dasi Varo kearahnya.

"Nanti istirahat aja lo kasihin ke gue." jawab Varo kemudian berbalik dan berjalan menuju kelasnya.

Vina yang mendengar jawaban Varo pun hanya diam dan kembali memasukkan dasi hitam panjang itu ke tasnya.

"Pagiiii nenek moyangnya elsaaaaa." teriak Ara yang melihat Vina baru saja masuk kelas.

"Enakk banget dah, tiap hari diantar jemput sama pangerannya." saut Beni

"Sirik banget lo jomblo." timpal Gilang sambil memainkan game onlinenya.

"Jangan ngomong aja lo selang air, kenapa lo mainnya kroyokan sih nyerang gue?" sewot Meta yang juga sedang memainkan game online di ponselnya.

"Ini nih anehnya, barusan dianter cowok ganteng tapi mukanya tetep dataaarrrr aja, senyum kek, merona kek, apa teriak gitu kayak gue sama Ara, malah diem kaku kayak mayat diformalin." omel Evelyn sambil melihat ke arah Vina.

"Bawel" jawab Vina datar dan membuat Evelyn melongo.

"Tumben bangettt lo jawab omelan gue Vin?" ucap Evelyn menatap Vina senang.

"Lo nggak tau apa kalo es di kutub itu sedikit demi sedikit udah meleleh gara-gara pemanasan global?" saut Ara yang bermaksut menyindir Vina.

"Kok lo bisa tau Ra? lo udah kesana?" tanya Evelyn yang penyakit lemotnya mulai muncul.

"Kemarin sore barusan kesana gue."

"Lah, bukannya kemarin sore lo nganterin gue les vokal ya?" tanya Evelyn polos.

"Lo bisa diem aja nggak sih sumbu lilin?" sinis Ara yang mulai kesal.

Setelah itu kelas kembali tenang karena guru berkacamata yang mengajar ilmu sejarah itu mulai masuk sambil membawa beberapa buku tebal di tangannya.

"Itu buku apa kitab mantra punya harry potter sih?" tanya Ara sambil memutar bola mata malas.

"Primbon jawa" ucap Meta yang mendapat anggukan dari Ara.

"Itu buku sejarah deh perasaan." jawab Evelyn polos.

"Ihhhh Eveeee, lo itu makan apa sih pagi ini? doraemon aja juga tau kalo itu buku sejarahhh." ucap Ara sebal

"ARA, KENAPA RIBUT?" tanya guru wanita itu tajam sambil berkacak pinggang.

"Lagi perang nih buk ngrebutin kitab harry potter. Eh," Ara menutup mulutnya "maksud saya, lagi diskusiin buku primbon jawa." jawab Ara asal yang mendapat pelototan dari Bu Rina, guru sejarah mereka.

***

Bel istirahat berbunyi, membuat seluruh koridor langsung ramai dengan jutaan manusia berseragam yang sudah menahan jenuh sejak di kelas tadi.

Vina yang baru saja keluar melirik kesana kemari mencari temannya. Semenjak ia bangun tidur, mereka bertiga sudah tidak ada di bangku. Bahkan bukan cuma mereka bertiga, tapi seluruh teman dikelasnya juga sudah menghilang. Tadi jamkos?

Vina memutuskan untuk menelfon Varo. Gadis itu berniat untuk mengembalikan dasi Varo terlebih dahulu sebelum pergi ke kantin.

Baru saja tersambung, cowok di seberang sana sudah mengangkat telfonnya hingga membuat Vina tersenyum tipis.

ALDANELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang