LORETTA merasakan tubuhnya terlentang tidak bisa bergerak. Kaki dan tangannya tidak bisa bergerak karena lilitan rantai yang membelenggunya. Punggungnya terasa lengket karena ia terlentang di atas genangan cairan yang ia kenali sebagai darah. Bau anyir menyeruak rongga hidungnya. Ia ingin menjerit minta pertolongan tetapi, tenggorokannya terasa kering.
Apa yang terjadi? Dimana ini?
Ditatapnya langit hitam di atasnya. Tidak ada bintang ataupun bulan. Seakan-akan semuanya mau meninggalkan gadis itu sendirian. Air mata Loretta jatuh bercampur genangan darah di bawahnya. Ia sangat takut. Isakannya menjadi tangisan.
Suara kekehan yang serak dan melengking tajam, seakan memecah keheningan malam. Suara itu diikuti gesekkan yang terdengar sangat mengerikan, entah apa itu. Ketukan yang semakin mendekat membuat Loretta berhenti menangis. Gadis itu bahkan menahan nafasnya, berharap pemilik suara-suara itu tidak mendekatinya. Tapi, semakin ia berharap, ketukan-ketukan itu semakin mendekat. Bahkan sosok itu kini sudah berada di sampingnya. Berdiri dengan gaun lusuh dan tongkat di tangan kanannya. Wajah wanita itu penuh keriput dan rambutnya yang kusut menjuntai panjang hampir menutupi wajahnya.
"Kau!" seru wanita itu lalu ia terkekeh seperti sebelumnya. Kekehan yang memekakkan telinga. "Kau harus meyalahkan Xavier kalau nyawamu melayang sekarang," lanjutnya dengan suara serak yang menakutkan.
Apa aku akan mati seperti ini?
"Lihatlah langit malam!" Wanita itu berseru sambil mendongak menantang langit yang menjawab dengan gemuruh dan kilatan petir. "Disini berbaring darah daging penghianat langit kegelapan. Aku akan menghukumnya dengan dendam dan kebencian terhadap penghianat itu!" Lagi-lagi wanita itu terkekeh.
Diangkatnya tinggi-tinggi tongkat wanita itu dan langsung menghunjam-hunjam tubuh Loretta, tepat di dadanya. Hunjaman itu sangat menyakitkan. Loretta menggapai-gapai oksigen yang terasa menipis itu. Tubunya terlonjak ketika tonggkat itu ditarik kembali. Dengan kuku-kuku panjangnya, wanita itu menghunjam tubuh Loretta dan ia menarik sesuatu yang bergerak-gerak.
Jantung Loretta.
Loretta terlonjak. Tubuhnya penuh peluh dan udara disekitarnya terasa sangat panas. Jantungnya berdebar-debar.
Mimpi yang mengerikan.
Keterkejutannya tidak sampai disitu. Sosok bermata merah itu kembali. Ia berdiri di pojokan kamar Loretta yang paling gelap. Sosok itu hanya diam sambil mengawasi Loretta.
"Mau apa kau?" Loretta hampir menangis. "Pergi. Pergi dari sini. Aku tidak peduli kau siapa dan mengapa aku tidak mengusirmu saat pertama kali aku melihatmu. Jangan menggangguku!" Pikiran Loretta benar-benar kacau saat itu.
Pria itu mendekati Loretta perlahan dan berhenti tepat di depan gadis itu. "Barusan bukan mimpi."
"Apa?" Loretta memeluk tubuhnya sendiri.
Bagaimana dia bisa tahu? Apakah ini masih di dalam mimpi?
"Itu adalah ingatanmu. Wanita itu adalah orang yang mengutukmu menjadi lemah seperti ini."
Apa yang dia bicarakan?
"Berhentilah berbicara omong kosong dan bagaimana bisa kau tahu apa isi mimpiku?" ucap Loretta pelan. Air matanya jatuh membasahi pipinya.
Pria itu hanya terdiam sambil berjongkok di depannya dengan satu kaki menumpu tubuhnya.
"Pergilah!" Loretta memalingkan wajahnya. Ia tidak suka perasaan yang memenuhi rongga hatinya saat pria itu mendekat. Perasaan aneh yang ia sendiri tidak dapat menjelaskannya.
"Loretta, kita adalah vampire dan bila di dalam dunia yang lemah seperti ini, kekuatan kita akan semakin besar. Kekuatanku adalah membaca pikiran mahkluk-mahkluk lemah, dan sayang sekali itu harus kau," ucap pria itu tidak menghiraukan kerisauan Loretta.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLOODY HEART
VampireSiapa yang menyangka kalau kehidupan Loretta Eleanor sebagai manusia adalah sebuah kesalahan? Hidupnya sebagai vampire harus direnggut oleh kutukan yang membuatnya terlahir kembali sebagai mahkluk terlemah semesta. Kesalahannya yang lain yaitu menci...