43. Regret

2.6K 247 7
                                    

Sasuke POV

Hari ini aku akan menjemput Sakura yang mengadakan pemotretan yang terakhir kalinya di London setelah mengurusi beberapa hal dengan klien. Sudah lama semenjak rapat dengan klien berlangsung, aku tampaknya terlalu mengurusi tentang Sakura.

"Pertemuan akan diadakan terlambat. Pihak klien mengirimkan pesan beberapa menit yang lalu." Kakashi mengatakannya padaku begitu aku membuka ruang meeting.

Aku mengangguk dan menaruh berkas-berkas di atas meja dan mulai membacanya. Hari ini adalah keputusan final, dan aku tidak boleh dirugikan dalam hal ini. Walaupun tujuan awalku mau berurusan dengan hal merepotkan adalah untuk bertemu Sakura, tapi aku tidak bisa terima harus diperolok jika gagal menangani proyek ini.

Sembari membaca file tersebut, aku sedikit melirik ke arah Kakashi. Tampaknya dia santai sekali. Dia tidak membaca ulang berkas sepertiku dan juga tidak sedang mengerjakan laporannya.

"Mr. Hatake," Panggilku. Dia menoleh ke arahku tanpa menjawabnya. Menunggu perkataanku selanjutnya. "Sejauh apa kau menyelidiki tentang Sakura?"

"Maaf?" Kakashi menjawabnya tenang. Dia sekarang mencurahkan semua perhatiannya kepada Sasuke.

"Kenapa kau memata-matai dia? Kenapa ayahku memintamu melakukan hal itu? Kenapa kau bahkan sampai tahu mengenai Sora di saat aku tidak mengetahui apapun."

"Hanya memastikan Anda aman. Selebihnya bukan kewenanganku untuk menjawabnya. Anda bisa menanyakannya pada Mr. Fugaku." Jawab Kakashi tenang.

"Kalau begitu, aku ganti pertanyaannya. Apa saja informasi yang sudah kau dapatkan mengenai Sakura?"

Kakashi melipat kedua tangannya dan menyenderkan tubuhnya ke belakang kursi. "Akan ku katakan jika aku sudah mendapatkan kewenangan untuk menjelaskannya dari Mr. Fugaku."

Mendengarnya, Sasuke mendecih kesal. Bertanya pada ayahnya adalah hal paling terakhir yang akan dilakukannya. Dia benci ayahnya, begitu juga sebaliknya. Bagaimana bisa dia merendahkan dirinya untuk bertanya pada orang tua itu?

"Kalau begitu tidak perlu datang ke apartemenku. Aku sudah bisa menebak apa yang akan kau katakan nanti."

"Baik, Mr. Sasuke."

End Sasuke POV

***

"Setelah ini kau akan pergi ke mana lagi?" Sasuke bertanya pada Obito yang duduk-duduk melihat situasi saat pemotretan terakhirnya di London. Sasuke harus tahu Sakura akan pergi ke mana setelah ini.

"Um," Obito berpikir sebentar. Dia mengerutkan kedua alisnya hingga terlihat saling bertautan. Sebenarnya, belum ada ide untuknya akan mempromosikan gaunnya ke kota apa lagi setelah London. "Belum ada ide. Kau ada saran?" Akhirnya dia menjawabnya sambil nyengir kuda.

"Kalau ku bilang Tokyo, kau pasti akan marah." Sasuke menyingkir cepat begitu Obito sudah bersiap akan menendang tulang keringnya kuat-kuat. Bagaimana pun juga, Obito benci Tokyo.

"Sialan kau, Sasuke. Kau tahu kenapa aku benci Tokyo. Di sana kedua orang tuaku meninggal dunia, tanpa ada satu orang pun yang mengusut penyebab kematian mereka." Obito mendesis kesal. Dia masih ingat tampang dari para polisi sialan yang bertugas di Tokyo. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala dan memberikan ucapan belasungkawa tanpa mau repot-repot menyelidiki penyebab kematian kedua orang tuanya yang diasumsikan karena kelalaian saat menyetir.

"Orang-orang di Tokyo menyebalkan, setelah aku sukses di negeri orang lain, mereka justru membangga-banggakan aku yang berasal dari Tokyo." Lanjutnya lagi.

Starlight [SasuSaku] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang