KARMA

1.8K 17 0
                                    

Ada getir di dada Rex, ketika ia menggores aspal jalan malam dengan kuda besi kesayangannya.

Kecepatannya di atas seratus sekarang, tapi Rex tak peduli.

Rex hanya ingin menghapus bayangan kelam siang tadi. Rex hanya ingin semuanya menguap di udara seperti embun pagi.

Tapi frame demi frame bayangan Lusi --perempuan yang selama ini menghiasi relung kalbunya-- bergelayut manja dengan seorang pria lain, tetap tak bisa hilang dari benaknya.

Deru motor Rex menyalip sana-sini mengundang makian dari pengendara dan penyeberang jalan. Tapi jiwa Rex benar-benar merasa hilang. Hilang dari rasa sadar, hilang dari rotasi bumi.
Kini yang ada hanya gelap dan kepahitan. Yang lain bergerak lambat dan kabur di pikiran Rex.

Tiga buah lampu merah sengaja Ia terabas. Rex sekarang benar-benar tak peduli.

Namun di lampu merah ke-empat, sekelebat sosok berpakaian putih tiba-tiba tak kuasa terlanggar oleh Rex. Motornya sempat oleng, namun berhasil dikendalikan kembali.

Rex menoleh sebentar, tapi karena kerumunan massa yang makin banyak membuat Rex memutuskan untuk memacu kendaraannya lagi. Meninggalkan umpatan sesal dan tatapan-tatapan tidak percaya dari beberapa orang di belakangnya.

Rex juga meninggalkan sosok yang kini terbaring lemah di tepian jalan akibat ulahnya.

Gerbang putih setinggi hampir tiga meter terbuka lebar ketika motor Rex masuk ke halamannya. Rex memarkir motornya tepat di belakang sedan mewah hitam milik ayahnya.

Rex tergesa-gesa masuk ke dalam rumah. Kamar. Hanya kamar tujuannya saat ini. Beberapa kejadian yang Ia alami hari ini cukup membuat otaknya terjejal bermacam-macam pikiran.

Belum lagi kejadian tabrak lari yang barusan. Sejuta bayangan buruk berkecamuk, membuat Rex bergidik ngeri.

Tiba di kamarnya, Rex mengempaskan tubuhnya di atas matras berpegas. Rex berusaha memejamkan kedua matanya, namun baru menjelang subuh dia bisa terlelap.

Rex terbangun kaget oleh dering telepon genggamnya. diliriknya layar LCD pada telepon tersebut yang berkedip-kedip. Fifi teman satu angkatan Rex berusaha mengkontaknya.

Matahari sudah tinggi. Sinarnya kini menerabas kisi-kisi jendela kamar Rex. Usai menjawab telepon dari Fifi, Rex langsung teringat kejadian semalam. Bergegas Ia menuju ruang tamu mencari-cari koran hari ini.

Halaman demi halaman koran Rex susuri. Judul berita demi judul berita Ia baca. Rex mencari-cari kalau-kalau ada berita tabrak lari semalam. Namun hingga lembar terakhir tak juga ia temukan berita yang dimaksud.

Siang ini Rex memutuskan untuk pergi ke kampusnya mencari Lusi demi mengkonfrontasi hal yang Rex lihat, kemarin.

Kantin kampus Rex ramai, siang itu. Dengungan kalimat dari berbagai manusia mengalir di udara. Sesekali ada tawa dan teriakan-teriakan kecil. Rex mencari-cari sosok Lusi. Telepon genggam Lusi tidak aktif sejak tadi. Tiba-tiba tepukan halus membuyarkan konsentrasi Rex. Fifi dengan wajah sedikit panik menjelaskan sesuatu.

"Rex, gw barusan ditelepon Lusi, katanya sekarang dia lagi ada di rumah sakit. Adik laki-lakinya kecelakaan semalem, pas abis pulang dari latihan Taekwondo di sekolahnya, katanya sih tabrak lari sama motor".

End.
The Sultan, 23.11.06.

ANTOLOGI HATI; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now