Saat ini, Jinyoung tengah duduk di tepi ranjang UKS, di depannya ada Kim Sohye si anak PMR tengah merawat luka bakarnya, sedangkan Guanlin menunggu Jinyoung di ruang depan UKS.
Jinyoung tidak melontarkan barang sepatah kata pun, hanya memperhatikan Sohye yang dengan telaten sibuk menutul-nutulkan alkoholㅡkayaknya, sih. Jinyoung enggak tahu itu apa. Yang jelas rasanya adem adem perih begitu ditutul ke luka bakarnya.
Yang jelas itu bukan obat merah. Karena warnanya bening.
Selagi memperhatikan Sohye, Jinyoung lantas membatin,
“Kim Sohye baik sama gue. Dia juga suka dibully sama Jeno. Tenang aja, Hye. Kalo gue udah jadi dewa, lo bakal aman.”
“Lama, ya?” tegur Jinyoung pada Guanlin yang tengah dengan fokus memindai sebuah bukuㅡdengan alis bertaut, pula. Jinyoung sempat ragu untuk menyapa, awalnya.
Guanlin langsung mengangkat kepalanya begitu suara Jinyoung mencapai pendengarannya, lalu mengangguk singkat.
“Ayo langsung ke rumah gue.”
Jinyoung meneguk salivanya. Ia tidak yakin ia siap akan hal ini, tapiㅡ
“Ayo.”
ㅡdia mengangguk.
Rumah Guanlin besar, namun terlampau sepi. Sekelilingnya hiruk pikuk, namun bangunan bercat putih itu sendiri menguarkan aura kesepian yang cukup kuat; sama halnya seperti pemuda jangkung yang mengaku sebagai anak baru di kelas 11 IPA 2 itu.
Jinyoung meneguk salivanya kasarㅡlagi. Ia jadi segan pada Guanlin mendapati rumahnya ternyata semewah ini. Jangan-jangan Guanlin ini seorang tuan muda?!
“Jinyoung, yok masuk.”
Jinyoung mengangguk lantas mengekori Guanlin yang mulai mengurai langkah memasuki bangunan tersebut.
Memang sepi benar rumahnya. Agaknya benar-benar tidak ada orang. Dan Jinyoung tidak tahan untuk tak bertanya.
“Sendirian dirumah, Lin?”
Guanlin yang berjalan di depannya mengangguk tanpa menoleh padanya.
“Iya. Kita langsung naik aja ke kamar gue,” katanya seraya mulai memanjat undakan tangga. Jinyoung mengikuti di belakangnya sembari celingukan sesekali.
Benar-benar. Rumah ini sesepi itu. Dan terasa sekesepian itu. Jinyoung bahkan merasa sedikit sedih ketika baru menginjakkan kaki ke dalam.
Setelah selesai memanjat undakan tangga, Jinyoung kembali mengekori Guanlin menuju kamarnya.
Kamar Guanlin biasa saja, seperti layaknya kamar remaja lelaki pada umumnya. Dan ada sebuah laptop terbuka di atas tempat tidur, namun dalam keadaan mati.
Tanpa berkata-kata, Guanlin memposisikan diri di depan laptop itu dan menggesturkan kepada Jinyoung 'tuk melakukan hal yang sama. Pun Jinyoung melakukannya.
Kini mereka berdua tengah duduk melipat kaki di tempat tidur Guanlin, menghadap laptop metalik dengan simbol apel tergigit di belakangnya.
“Lo siap?” tanya Guanlin sambil menatap Jinyoung.
Jinyoung diam. Mendadak nyalinya ciut.
Tapi, apakah ini benar-benar bisa membalaskan dendamnya?
Guanlin tersenyum miring.
“Don't be such a scaredy cat, Bae Jinyoung. This worth all your pain that he caused.”
Jinyoung menelan ludah.
Kemudian ia mengangguk, dan Guanlin menyalakan laptopnya.
×××
HUAAAA BESOK AKU BERANGKAT
KAMU SEDANG MEMBACA
edge
Mystery / Thrillerthis makes him a god, isnt it? #27 in m/t 011017 sam© 2017 lowkey inspired by 'nerve' and 'death note'