5

14.3K 113 0
                                    

Aku terduduk dipinggiran bak mandi.
Pak Brahma masih tetap mengoralku.
Dihisapnya klitorisku yang sudah memerah karna tak tahan dengan permainanya.
Baru saja aku ingin melepas orgasmeku ketika 30 menit permainan ini terjadi.
Sialnya, pak Brahma menghentikan ini semua.
Kepalaku pening rasanya.
'Jangan lanjutkan disini. Aku ingin merasakan benda yang kau jual belikan itu dirumahku. Bukan di Wc kampus. Jalang yang sial sial menggairahkan'
Ucapnya. Merendahkanku. Yang brengseknya, aku malah tergoda dan semakin bergairah.

Aku melangkah keluar dari Wc mengikuti pak Brahma menuju tempat parkir.
Persetan dengan Stella yang menunggu dikantin, toh paling-paling dia juga sudah pulang.
Masuklah aku kemobil, kemudian kendaraan nyaman nan sejuk ini membelah kota Jakarta yang macet-macet lancar, untungnya.

Ternyata pendapatku yang macet lancar tersebut salah total. Jalanan sangat macet.
Bosan karna pak Brahma mendiamkanku, aku mengajaknya bicara.
'Bapak sama siapa dirumah?' Tanyaku.
'Yang pasti tidak akan ada yang mengganggu kegiatan panas kita dirumahku'
Aku terdiam. Jujur sekali jawaban beliau. Merasa canggung, aku terdiam sebentar, namun pertanyaan yang satu ini sungguh ingin kulontarkan,
'Istri bapak dirumah?' Tanyaku lagi
'Dirumah, tapi cuma fotonya. Dina meninggal 3 tahun lalu.' Jawabnya, singkat, padat, dan membuatku merasa bersalah menanyakannya.
Aku terdiam dan memilih memejamkan mata sambil menunggu sampai kerumah pak Brahma.

Rumah pak Brahma bagus, terkesan minimalis, tidak mewah dan tidak sederhana.
Aku melenggang masuk mengikuti pak Brahma.
Pintu rumah ditutupnya.
Dia menyerangku saat itu juga. Membopongku masuk kedalam kamarnya.
Pak Brahma melucuti bajuku dan menyuruhku menggantinya dengan lingerie hitam berenda.
Dia mendorongku kekasur.

Bibirnya sangat lembut, aku terlena.
Tanpa sadar ternyata pak Brahma mengikat tanganku ke pinggiran kasur. Dia melepas kemejanya, menampilkan bulu dada yang sungguh-sungguh ingin kusentuh, kalau saja tanganku tidak diikat seperti ini, mungkin aku merasakan bulu-bulu seksi didadanya.
Payudaraku kembali dilumatnya. Salah satu kelemahanku atas tubuh sial ini.
Cairan kewanitaanku terlihat membanjir dibawah sana. Pak Brahma menjilati dengan nafsu, dibuatnya kissmark di pahaku.
'Ahhhh bapak' lenguhku. Dia terlihat tidak suka dengan suara, sehingga bibirku dilumatnya penuh keintiman. Posisi pahaku saat ini terbuka. Kejantanan pak Brahma sangat terasa dibawah sana. Menggesek-gesekan kepala penisnya divaginaku.

Permainan lembut ini berganti genre, saat pak Brahma memelintir putingku dengan kasarnya. Sekaligus membenamkan kejantanannya yang terlihat susah memasuki vaginaku.
Aku berteriak keras, bersamaan dengan itu kejantanannya mengoyak kewanitaanku dengan kekasaran gairahnya.
Sensasi baru untukku.
Aku menaikan kepala melihat kenjantanan itu keluar masuk di dalam goa ini. Namun terhalang perut buncit pak Brahma yang ah sudahlah, yang peinting nikmat goyangannya saja.
Jempol tangan kiri pak Brahma menekan klitorisku pelan, diimbangi dengan kejantanannya yang keluar masuk.
Kau salah Brahma, tidak mudah membuatku orgasme dengan cara itu saja batinku.

Hampir satu jam permainan ini, stamina kita sama-sama kuat. Hingga pada akhirnya, aku menjilati daun telinga dosenku itu sambil mendesah-desah kecil
'Ahh, fuck me, faster, im yours babe' pak Brahma menggerang dengan garangnya, tangannya ditegakkan seperti orang akan push up, goyanganya semakin cepat, hebatnya, satu tangannya kembali menekan klitorisku.
Kejantanannya begitu terasa menusuk hingga rahimku, sensasi yang sangat kuinginkan, hingga kurasa akan keluar dan pak Brahma sadar akan hal ini, karena kewanitaanku menjepitnya kuat. Sudah kuyakin itu.
Dia menggerang,
'Together,bitch'
Aku mengangguk dan saat itu pula aku berteriak karna mencapai puncakku, bersamaan dengan pak Brahma yang menarik tangan dan memelintir kedua putingku. Orgasme ku sangat indah kali ini. Aku bergerak patah patah dan mengejang sehingga pak Brahma dengan bebasnya memuntahkan benihnya jauh kedalam rahimku.
Hangat sekali rasanya. Dia tetap memelintir putingku hingga 2 menit lamanya dia belum berhenti memuntahkan spermanya kedalam sana. Hal ini membuatku berpikir berapa lama dia tidak memacu wanita setelah kepergian istrinya?

Kejantanan dosenku ini masih menengang, kubiarkan dia tetap bersemayam dibawah sana, pak Brahma memandangi wajahku, mengusap pipiku, membalikkan badanku sehingga tidak berhadapan dengannya. Tentunya dengan kenjatanan yang masih terpendam dibawah sana.
Aku puas, karna orgasme ku kali ini sangat beda dengan pelanggan-pelangganku lainya.

Sick dancing 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang