37 - My Baby

95.1K 4.7K 34
                                    

Lina masih menunggu Sea di dalam ruangan bersama Mr. Geo, sampai lampu merah berubah menjadi hijau. Tanda operasinya sudah selesai, dokter keluar dari ruangan membuka maskernya. Lina beranjak dari tempat duduk menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaannya? Kondisi Sea dan anaknya?" tanya Lina penasaran. 

Dokter itu mengulas senyum kepada Lina.

"Berhasil, kondisi Nyonya Sea stabil. Bayi kembarnya juga sehat, satu perempuan dan laki-laki. Selamat untuk kelahiran cucunya, Nyonya Carlina. Kondisi Nyonya Sea sedang dalam tahap pemulihan," kata dokter itu. 

Lina meneteskan air matanya, bersyukur Sea selamat. Dan berita yang mengejutkan jika Sea melahirkan bayi kembar, tangis haru menggema di ruangan ini.

"Terima kasih dokter," kata Lina dengan pelan. Mengusap air mata harunya.

"Dikarenakan kedua bayi terlahir prematur. Mereka masih membutuhkan kehangatan seperti di dalam kandungan, kami akan memasukan kedua bayi itu ke dalam tabung inkubator bayi, untuk menjaga suhu tubuhnya." Lina mengangguk, lalu meninggalkan Lina, masuk lagi ke dalam ruangan operasi.

"Selamat Nyonya Lina, anda mempunyai dua cucu sekaligus," kata Mr. Geo, ikut bahagia dengan berita ini. Sekarang keluarga Axton menambah lagi menjadi dua orang, perempuan dan laki-laki.

Lina tidak sabar untuk memberitahu Brian tentang kelahiran bayinya. Pasti pria itu sangat senang karena dia telah menjadi seorang ayah. 

Terutama dengan Amora yang sempat kemari tadi, Lina menghubungi Amora memberitahu keadaan Sea. Lina masih ingat saat Amora datang, wajah lelah itu mengeluarkan air mata.

"Lina," panggil seseorang di sana yang tidak lain adalah Amora dan Adellia. Amora berhambur kepelukan Lina. Baru saja Lina mengingat Amora, orang itu datang dan memeluk tubuhnya.

"Bagaimana keadaan Sea?" tanya Adellia penasaran.

"Adikmu baik-baik saja, begitu juga dengan bayinya," kata Lina, Amora melepaskan pelukannya menatap Lina berbinar. Sedangkan Adellia hanya menarik napas lega.

"Syukurlah, aku sangat senang dengan berita itu," kata Amora dengan senang. Rasa sedih dan cemas sempat datang menghampiri. Namun, mendengar ucapan Lina membuat beban yang dia rasakan rasanya telah hilang.

"Bayinya perempuan atau laki-laki?" tanya Adellia kepada Lina.

"Dua-duanya," kata Lina tersenyum bahagia. Membuat Adellia membulatkan matanya tidak percaya, Sea adiknya melahirkan bayi kembar.

"Kembar?" tanya Amora yang tidak kalah terkejut dengan Adellia, Lina hanya menganggukan kepalanya antusias.

"Aku juga sempat curiga dengan Sea, waktu dia mengandung ke delapan bulan. Perutnya lebih besar daripada aku. Ternyata dugaanku benar, Sea melahirkan bayi kembar. Pasti Brian sangat senang dengan berita ini," kata Adellia tersenyum, mengusap bahu Amora.

"Sea pasti senang, apalagi anakmu Brian. Aku berharap semoga setelah ini, tidak ada lagi yang namanya penderitaan." 

Mereka bertiga berharap seperti yang diucapkan Amora.

Kebahagian terpancar dari ketiga wanita itu, rasa bahagia membuncah dalam diri mereka. Kebahagian mereka memang sangat sederhana, melihat orang yang mereka sayang mendapatkan kebahagian yang luar biasa.

***

Brian masih terbaring lemas di ranjang, sudah satu minggu dia berada di sini. Namun, istrinya belum menjenguknya. Rasa khawatir mulai mengegorogoti Brian.

  Gips yang terpasang di lehernya sudah terlepas, walau masih ngilu rasanya jika dia banyak bergerak.

Dalam hati Brian kecewa dengan Sea, yang membiarkannya menahan sakit. Menanti kehadirannya yang tidak kunjung hadir sebagai penyemangat.

You'll also like

          

Pikiran Brian melayang pada Sea, apa yang sedang dia lakukan di luar sana. Sampai Sea melupakan Brian suaminya yang sedang terbaring lemah di sini. Orang yang selalu menjenguknya selalu saja ibunya, Lina. Kalau tidak Adellia dan Amora. 

Bahkan saat Brian bertanya pada Lina, dia berkata Sea sedang istirahat di rumahnya. Menyiapkan diri untuk persalinan.

Setidaknya luangkan waktu Sea untuk dirinya, walau hanya satu menit saja. Brian sangat rindu berat pada wanita yang dia cintai. Apakah wanitanya tidak bisa menghubungi Brian lewat telepon?

Tanpa Brian ketahui, ini rencana Lina. Yang sengaja memisahkan Brian dan Sea sementara waktu. Mereka sengaja ingin memberi kejutan untuk Brian, walau cara mereka terlalu ekstrim.

Brian yang sedang terbaring, merasakan ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Matanya masih terpejam enggan melihat apa yang dia lihat. 

Padahal Brian tidak tahu, orang yang selama ini dia cari dan nantikan. Berada di depan matanya yang terpejam; Sea istrinya.

Sea memang sudah pulih paska operasi. Hanya saja dia harus memakai kursi roda untuk sementara, karena jahitan di perutnya masih basah. Takutnya jahitan itu akan terbuka kembali, Sea tidak sadarkan diri lima hari. Saat dia membuka mata, dia melihat Lina, Amora, dan Adellia.

Pertanyaan yang Sea ucapkan pertama kali, dia menanyakan keadaan bayinya. Dan sungguh bahagia sekali Sea saat itu, kalau Lina memberitahu jika Sea melahirkan bayi kembar sehat. 

Lina juga bilang bayinya bisa di bawa enam hari lagi di tabung inkubator bayi. Lina juga merencanakan hal gila pada Sea saat itu.

Dia memberitahu Sea, jika Brian sudah sadar. Namun, dia jangan menjenguk Brian selama seminggu, dia ingin memberi kejutan pada Brian. Dengan kehadiran anak kembarnya. Sea yang sempat menolak, akhirnya mengangguk pasrah.

 Rencana Lina memang selalu di luar dugaan dan sangat ekstrim sekali.

Sekarang ini titik akhir rencana Lina, di depan matanya Sea melihat Brian. Sedang memejamkan matanya, sungguh Sea rindu dengan tatapan mata itu, yang menatapnya tajam. Dia menjalankan kursi roda yang dia naiki mendekat ke arah Brian, yang masih belum menyadari keberadaannya.

 Ada rasa bersalah yang datang padanya, tidak menjenguk Brian suaminya sendiri. Sea juga tahu, mungkin Brian sangat menantikan kehadirannya.

Tangan Sea terulur mengusap wajah Brian, membuat pria itu terusik. Perlahan matanya terbuka melihat siapa yang mengusap wajahnya, saat mata hitam itu terbuka. 

Tubuh Brian terpaku dan menegang melihat orang yang selama ini dia tunggu di hadapannya. Tersenyum manis, sungguh Brian rindu senyuman itu.

"Hai," sapa Sea tersenyum dengan mata yang merah siap menangis. Sea rindu tatapan itu, dia sempat takut. Tidak bisa melihat mata tajam itu menatapnya lagi.

Brian melihat Sea dengan intens masih dalam diam. Matanya melihat keadaan dan penampilan Sea dan yang membuatnya khawatir juga penasaran.

Sea memakai baju pasien dan duduk dikursi roda. Pikiran Brian langsung berputar dengan apa yang Sea alami, saat dia koma di rumah sakit. Brian melihatnya merasa bersalah dan sangat menyesal, tidak bisa menjaga Sea dengan baik.

Mata Brian melihat perut Sea yang datar, rasa takut itu semakin besar. Brian terlihat gelagapan melihat Sea.

"Kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Brian bangkit, duduk di ranjang rumah sakit. Sea hanya tersenyum sesekali meringis kesakitan saat merasakan ngilu di daerah perutnya dijahit. Brian melihatnya ikut meringis, melihat wajah Sea manahan sakit.

"Katakan padaku, kamu kenapa sayang? Terus perutmu? Di mana anakku?" tanya Brian bertubi-tubi penuh kecemasan. 

Merasa bersalah menuduh Sea yang senang-senang di luar sana, menyangka Sea lupa dengan dirinya. Ternyata Sea juga sedang dalam keadaan sama dengannya.

"Aku jatuh dari tangga," jawab Sea dengan pelan. Brian membulatkan matanya, sebelum dia bertanya dia melihat Lina dan Amora menggendong seorang bayi. 

Brian mengernyitkan dahinya, bayi siapa itu?

Sea tersenyum melihat wajah Brian yang bingung, "Mom, aku ingin menggendongnya," kata Sea. Lina memberikan bayi perempuan ke dalam gendongan ibunya.

Brian masih bingung dengan maksud dari semuanya ini, dia melihat kedua bayi itu heran. Wajahnya mirip dengannya dan Sea.

"Kau ingin menggendong bayimu? Sayangnya tanganmu belum sembuh," kata Sea dengan terkekeh pelan. Lina dan Amora tersenyum melihat Sea menggoda Brian.

"Bayiku?" tanya Brian tidak percaya.


***


 Jangan lupa vommentnya yah :)

See you,


Instagram: Desycahyaaa

The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Where stories live. Discover now