나 혼자 이 비를 맞기엔
I still can’t be in the rain alone without you
***
Besok paginya, Daniel ikut tertidur di sofa. Kepalanya menempel di kepala Seongwoo. Kedua remaja itu terlihat mesra layaknya pasangan pengantin baru.
Tadi malam Daniel berencana meminjamkan pundaknya untuk tiga puluh menit saja. Nyatanya, dia mengantuk dan akhirnya tertidur juga.
Singkatnya, Daniel tidak pulang dan malah menginap di rumah Seongwoo.
Si pemilik rumah yang lebih dulu bangun pun kaget saat melihat Daniel tertidur di sebelahnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Tak lupa dengkuran pelannya.
"Daniel?" gumam Seongwoo dengan kening berkerut. Jas sekolah yang menyelimutinya pun terasa janggal. "Apa yang...?"
Seongwoo mengingat-ingat lagi kejadian semalam dan hanya mengingat kalau menonton televisi membuat matanya mengantuk. Setelahnya dia tidak tahu lagi.
Lalu apa yang harus dilakukannya terhadap Daniel yang masih tertidur pulas dengan balutan seragam acak-acakannya itu?
Ah, iya! Mereka harus pergi ke sekolah!
"Daniel! Kang Daniel!" Seongwoo menepuk-nepuk pipi tembam si surai pirang.
Terdengar erangan pelan dan tak rela. Daniel menolak untuk bangun.
Seongwoo kehabisan akal dan dengan terpaksa akhirnya mengguncang-guncang kepala Daniel lalu menghentakkannya ke arah kepala sofa.
Usaha itu berhasil. Daniel langsung terbangun. Ekspresinya tak tertebak. Antara ingin mengumpat atau keheranan.
"Bangun! Kita harus pergi ke sekolah!"
Ucapan itu membuat Daniel sepenuhnya tersadar. "Ong?" Ditatapnya Seongwoo dengan kening berkerut. "Apa yang kau lakukan disini?"
Si surai hitam memutar bola matanya. Mungkin Daniel belum sepenuhnya sadar, pikirnya. "Seharusnya aku yang tanya. Apa yang kau lakukan disini? Di rumahku?"
"Ini rumahmu?" Daniel setengah berteriak, lalu menatap ke sekelilingnya. "Aku tertidur ya?"
"Semalam kau tidak pulang?"
"Tidak. Aku..." Kejadian semalam kembali terulang di kepalanya. "Ah! Kau tertidur di pundakku lalu..." Kata-kata Daniel terhenti saat matanya bertemu tatap dengan Seongwoo matanya membulat seketika saat mendengar ucapannya.
Keduanya terdiam, sibuk membayangkan apa yang terjadi semalam.
"Sebaiknya... aku harus segera mandi... dan berbenah!" Seongwoo yang lebih dulu tersadar dan berucap kikuk.
"Ya, benar... Mandi" Pandangan Daniel masih tak fokus saat menyahuti ucapan Seongwoo yang sudah melangkah cepat ke dalam kamarnya.
"Aaah~ Kenapa tiba-tiba udara jadi panas?" keluh Daniel sambil mengipasi wajahnya.
Kurang dari sepuluh menit kemudian, Seongwoo sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya.
"Giliranmu." ucap Seongwoo.
"Apanya?"
"Mandi."
"Ah, benar!" Daniel seakan-akan menjadi dumber setelah 'menginap' di rumah orang yang sempat menjadi korban pembullyannya itu. "Tapi aku tidak punya baju ganti."
Seongwoo juga ikut menyadarinya dan tiba-tiba ide cemerlang melintas di kepalanya. "Pinjam punyaku saja."
"Ha?"
"Celana dalamnya. Pinjam... punyaku saja..." Kedua pipi Seongwoo memerah sempurna saat mengucapkannya. "Seragamnya kau pakai lagi" lanjutnya sambil menunjuk seragam yang kini digunakan Daniel.
Hal yang mengejutkan bagi Daniel. Dia bahkan sulit menelan salivanya. "Eh... Baiklah kalau begitu" Tapi otaknya pun memerintahkan untuk menyetujui ide konyol itu.
Dan Seongwoo segera melesat dengan cepat ke dalam kamarnya. Mengobrak laci di lemarinya untuk mencari celana dalam yang menurutnya pas.
"Ah, sepertinya yang ini pas" pikir Seongwoo sambil merentangkan si segitiga yang berwarna navy.
***
Sudah lebih dari sepuluh menit Daniel habiskan waktunya di kamar mandi, tanpa tahu kalau Seongwoo berdiri di luar menunggunya dengan gelisah. Menyesali idenya yang menawari Daniel untuk meminjam celana dalamnya dan menumpang mandi di rumahnya, lebih tepatnya. Mengapa dia tidak mengusirnya saja? Malah memberikan ide konyol seperti itu.
Seongwoo terus-terusan mengeluh dan menutup kedua wajahnya frustasi. Sekarang tidak ada yang menjamin kalau Daniel mungkin saja sedang meneliti kamar mandinya, perkakas-perkakas yang ada di dalam sana, bahkan jenis shampoo atau sabun yang digunakannya.
"Seongwoo, kau benar-benar bodoh!" makinya dalam hati. Itu sama saja memberi umpan kepada Daniel yang mungkin saja siap membullynya kapan saja.
Hingga pintu berbunyi terbuka yang membuatnya terlonjak kaget. Daniel pun sama terkejutnya.
"Kau menungguku?" tanya Daniel.
"A-ani!"
"Mau menggunakan kamar mandi?"
"N-ne." Seongwoo terpaksa berbohong. Lalu, setelah masuk ke dalam kamar mandi, dirinya segera memeriksa setiap sudut yang ada disana. Mungkin saja Daniel meletakkan kamera tersembunyi di balik botol shampoo nya. Jika benar, tamat sudah riwayat Ong Seongwoo.
Tapi nihil. Tidak ada hal aneh ataupun mencurigakan yang Seongwoo temukan. Dia pun akhirnya dapat sedikit merasa lega.
"Sudah siap?" Daniel bertanya setelah melihat Seongwoo keluar dari kamar mandi. "Kita akan terlambat" lanjutnya sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Ne" Secara tak sadar, Seongwoo menyahut begitu saja. Dirinya terlalu sibuk menyiapkan sepatu. Dan ketika menunduk, kepalanya tiba-tiba serasa berputar.
Lagi-lagi Daniel yang menopang lengannya saat tubuh Seongwoo sempat limbung tadi. "Biar aku saja yang pakaikan."
Dengan sigap, Daniel berlutut di hadapan Seongwoo dan mulai memakaikan sepatu tersebut ke kaki mungil si surai hitam.
"A-a-aku bisa sendiri!" Seongwoo berusaha mengambil alih, tapi Daniel lebih dulu mencegahnya. Tanpa berkata-kata, Daniel bahkan mengikat tali sepatu dengan cekatan.