Warning 18+
🥀🥀🥀
Abel berjalan tergesa memasuki sebuah Bar mewah yang terlihat ramai. Bunyi dentuman musik yang begitu keras seakan menyambut kedatangannya malam ini. Indra penglihatannya mencari-cari keberadaan Aidan, tujuan awal datangnya ia ke tempat ini.
Namun setelah berkeliling, ia masih juga belum menemukan letak pria angkuh itu, Abel rasa tempat ini begitu luas, sehingga dirinya harus bergegas masuk ketempat yang lebih dalam untuk benar-benar mencarinya.
"Ish! Benar-benar merepotkan!!" kesal Abel sembari terus berjalan melewati beberapa orang yang asik bercumbu ria.
Langkahnya terhenti sejenak ketika tepat di ujung pandangannya terlihat kerumunan orang, Seakan penasaran dengan apa yang terjadi, wanita itu spontan melangkahkan kaki mendekati keramaian itu. Ketika sampai sudah tentu tempat itu penuh sesak. Abel menjulurkan kepalanya tinggi-tinggi. Mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Abel tersentak tatkala menyadari "Aidan" lah, yang menjadi pusat kerumunan orang itu.
"Dasar pria angkuh tak tahu malu!" umpat Abel seraya berjalan mencari celah menuju ke tengah-tengah keriuhan yang ada.
"Permisi.....permisi..." ujar abel, pada orang-orang yang menutupi jalannya.
"Cewek jel...ek...haha...cewek jelek yang sexy..."
'apa-apaan dia itu!' batin Abel, kesal
"dia...wa..nit..a...perta....ma..yang...membu...atku...se...te..gang..in..ii..... Haha"
Ingin rasanya Abel melempar wajah Aidan itu dengan lemari pakaiannya. Apalagi setelah ia mendengar rancauan gila yang keluar dari mulut si angkuh itu! Benar-benar menyebalkan!
"Permisi saya mau mengambil majikan saya" ujar Abel, pada orang-orang yang asyik memandangi Aidan. Beberapa orang menyingkir mendengar ucapan Abel, membuka jalan, membuat wanita itu dapat mendekati Aidan. Abel tertawa miris, menyadari kepercayaan orang-orang atas perkataannya, Jika saja tadi Abel mengatakan bahwa dirinya "istri" Aidan, sudah tentu tak-kan ada yang percaya. Apalagi melihat tatapan-tatapan lapar wanita-wanita yang mengerubungi Aidan. Huh! Bisa-bisa ia bonyok duluan karena mengaku-ngaku!
"Oh..ini..?" ujar seseorang yang membuat Abel spontan menoleh. Ia menemui seorang pria bertubuh gempal dengan topi yang dipasang terbalik di kepalanya.
"Anda...?"
"Saya Labo, yang tadi menelepon" lanjutnya. Abel mengangguk paham, kemudian memberikan isyarat untuk membantunya membawa Aidan keluar dari tempat ini.
"Tidak segampang itu! Kami takut menyentuhnya...nanti dia bisa ngamuk!" jelas Pria itu seakan enggan untuk membantu Abel
"Begitu..?" ujar Abel tak yakin. Labo mengangguk antusias
"Dia bisa meluluh-lantakkan tempat ini. Dia itu berbahaya..."
Abel sudah pasti setuju dengan perkataan pria itu. Tapi sekarang yang ia binggungkan bagaimana membawa pria ini? Jika semuanya enggan membantu karena takut kena imbasnya!
Abel berjongkok menatap Aidan yang masih tepar. Pria itu berkedip sesekali, menyatakan bahwa ia sadar dan tidak sedang pingsan.
"Kamu si jelek?" tanyanya
Abel memaki dalam hati, sungguh kurang ajar orang ini! Mana didepan banyak orang pula!
Abel berdeham mengiyakan.
Aidan dengan spontan terduduk pelan. Labo terkesiap melihat tingkah ajaib Aidan itu.
" Ma...u ap..a? Ke...na...pa...disi...ni?!" kesal Aidan di sela rancauannya
Abel tak menggubris, ia bangkit berdiri menyamakan tinggi orang-orang disekelilingnya.
"Gue bisa atasi, nggak perlu bantuan lo" sinis Abel berujar pada Labo yang terlihat bingung
"Nggak seperti kalian....pengecut!" kesal Abel seraya bersidekap.
Labo berdecih tak suka mendengar ucapan wanita sombong dihadapannya ini. Hah! Dia belum tau saja gimana beringasnya Aidan ketika mabuk!
"Meski begitu gue harap lo hati-hati! Karena gue yakin tuh orang benar-benar nggak sadar sama semuanya. Dan... Tentunya ia juga tak mengingat saat-saat seperti ini"
Abel mengernyit tak mengerti ucapan berbelit Labo untuknya.
Seakan mengerti Labo meneruskan
" Maksudnya, gue yakin besok-besok tak setitikpun Aidan bakal mengingat keadaan seperti ini. Yah....bisa dibilang ketika sadar Aidan sudah pasti melupakan semuanya"
Sekarang Abel mengerti. Pantas saja pria ini tebal muka, ternyata penyebabnya ia jadi pikun karena mabuk. Abel jadi penasaran gimana reaksinya saat sadar ketika melihat rekaman ulang dirinya yang tengah tepar tak jelas seperti ini? Masih punya muka kah?
"No problem" ujar Abel seraya mengalihkan pandangan menatap kearah Aidan yang masih memandanginya.
"Ayo pulang" ajak Abel, tanpa aba-aba Aidan mengangguk lantas bangkit. Membuat orang-orang disekelilingnya terutama Labo, menatapnya takjub.
"Dikasih apa ya...kok nurut gitu?" heran Labo melihat kepergian Abel dan Aidan yang terasa jangal.
"Ah bodo amatlah! Yang penting usaha gue selamat" lirih Labo seraya beranjak menuju meja bar, setelah kerumunan bubar.
🥀🥀🥀
"Mana?!" tanya Abel seraya mengulurkan tangannya pada Aidan bermaksud meminta card kamarnya
Pria itu menatapnya datar, sesekali tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Ish! Lo ngerti nggak sih? Gue itu minta 'Card' lo? Lo mau gue tinggal disini aja?" kesal Abel berniat pergi dari hadapan pria ini. Aidan tak bergeming hanya menatap Abel dengan wajah bingungnya.
" Ternyata kalo lo mabok itu parah ya? Lo lupa atau amnesia sih?! Kartu aja sampai nggak tau yang mana! Itu sih bego namanya!" maki Abel menatap Aidan kesal. Sekarang ia berniat menghubungi "Emin" body-guardnya. Karena Abel yakin wanita itu kerja rangkap sebagai pembantu Aidan juga! Terlihat dari beberapa kali Aidan yang memintanya untuk membersihkan "private room" nya, dan sudah pasti Emin bisa.
"Ada apa nona?" tanya Emin ketika wanita itu sampai dihadapan Abel dengan sekejap.
"Tuan angkuh lo, lagi Amnesia, dia lupa cara masuk ke kamarnya. Lo tau?" Emin mengangguk ragu. Namun segera ia berjalan menuju tombol password cadangan yang tertera ketika kartu telah hilang.
"Klik" pintu terbuka, Abel mengucapkan terima kasih pada Emin dan bergegas masuk mengajak Aidan yang nampak ling-lung. Abel mendorong pria itu masuk kekamarnya, pintu otomatis tertutup.
"Ini kamar lo, sekarang gue pergi dulu" ujar Abel seraya berbalik hendak keluar. Namun cekalan tangan Aidan menghentikan pergerakannya. Abel membalikan tubuhnya, namun terkesiap ketika merasakan benda kenyal menempel dibibirnya. Abel terbelalak menyadari Aidanlah yang menciumnya dengan penuh nafsu
Abel berontak namun cekalan tangan Aidan ditengkuknya membuatnya tak berkutik. Pria itu mendorong tengkuk Abel untuk memperdalam ciumannya. Dengan bringas Aidan melumat bibir Abel, ketika wanita itu hendak memekik keras karena remasan tangan Aidan di dadanya membuat Abel mendesah tertahan
"Ai...dan...ap..a...yang ...lo la..ku..kan??!!" ujar Abel disela ciuman panasnya. Aidan tak menggubris, pria itu malah mendorong Abel hingga membentur dinding. Abel memekik keras karena rasa sakit dipunggungnya.
"Ai...ahh..." desah Abel, ketika Aidan meremas bukit kembarnya dengan perlahan. Aidan tersenyum miring mendengar desahan Abel yang serasa nyanyian merdu untuknya.
"Enghh...Jang...an....ahh...."
Lagi Abel mendesah pelan, membuat gairah Aidan kian bangkit. Seakan sesuatu dalam dirinya ingin menerkam Abel sekarang juga."Ki...taa selesaikan ini" gumam Aidan seraya mengangkat Abel dan menjatuhkannya tepat di ranjangnya.
🕊️🕊️🕊️
Tbc...
'
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan ZONK!
Romance"Jadi gue harap lo bisa akting" Abel mendongak menatap bingung Aidan "Akting? Untuk apa?" Aidan berdecak. "Hamil!" bentak Aidan ketus. Abel terkesiap Akting hamil? Padahalkan dirinya memang benar-benar hamil! Kegilaan macam apa lagi ini! "Gue harap...