Prolog 🎀

150 43 14
                                    

Life is like ridiing a bicycle. In order to remain balanced diet, then you have to keep rowing.


18.45  p.m

Setelah menunaikan kewajibanku untuk 'sholat maghrib.' Aku bergegas mengganti pakaianku dengan gamis yang hampir menyentuh lantai, kali ini aku memilih warna biru dongker dengan jilbab syar'iku berwarna putih tidak lupa niqab yang kupasang, hingga menyisakan kedua bola mataku.

Cermin yang memantulkan gambaran diriku saat ini mampu membuatku tersenyum dibalik niqab. Karena wajahku hanya terpoleskan dengan air wudhu. Sejatinya aku menjadi diri sendiri bukan mengikuti trend akhir zaman. Melihat penampilan di cermin mengingatkanku dengan sosok perempuan yang selama ini menjaga dan merawatku hingga tumbuh saat ini 'Ibu' dia lah sosok yang aku rindukan sejak melaksanakan ibadah kewajiban sebagai umat islam.

'Ibu aku rindu padamu, semoga engkau sehat selalu.' Batin Shafin.

Kulangkahkan kakiku keluar apartement tak lupa menguncinya.
Malam ini aku berniat mengunjungi air mancur king fahd yang tak jauh dari tempat tinggalku.
Karena esok aku sudah kembali ke Jakarta.

Cuaca malam ini sejuk, angin yang membuat jilbab syar'iku sedikit beterbangan harusku perbaiki agar tidak tampak auratku.

Saat sudah sampai di tempat yang dituju aku menatap langit yang terang dengan bintang yang bersinar. Walaupun aku tidak bisa menggapai nya tapi aku masih bisa untuk memandangnya dari kejauhan. Dan
tatapanku teralihkan dengan air mancur yang sedari tadi menjuntai ke atas lalu jatuh ke bawah berulang kali. Satu kata untuk air mancur king fahd 'indah' karena, airnya yang meluncur sangat tinggi mampu membuatku ketersima.

Selintas bayangan seseorang yang tiba-tiba saja memenuhi fikiranku.
'mengapa aku memikirkan nya?? Astaghfirullah.' Aku kesini untuk khusyu beribadah kepada-Nya, bukan untuk memikirkan hal-hal yang aneh.
Tetapi mengapa aku merasakan kehadirannya disini, padahal itu sama sekali mustahil.

Botol minum yang sedari tadiku genggam mulai membuatku haus. Sebelum berangkat, botol minum ini memang sudah ada di kamar dan kemana pun aku pergi pasti aku akan membawa botol ini. Aku tak tahu kenapa sampai detik ini aku masih menggunakan botol ini dari pemberian seseorang. 

Saat aku berbalik hendak mencari tempat duduk, badanku menegang dan hatiku berdetak tak karuan. Dia yang tadi selintas difikiranku sampai aku berfikir dia disini ternyata memang nyata dia benar di hadapan ku . 'ya Allah apa yang kau rencanakan kembali'. Batinku berucap. Pandangan mataku arah kan ke bawah saat dia menatap kedua bola mataku dengan ekspresi terkejut. 
"Shafin, ka..kamu?." Dia bersuara. Kenapa secepat itu dia mengenal ku.
Banyak wanita muslimah disini memakai niqab tapi mengapa dia begitu yakin kalau itu adalah aku.

"Jika ingin menyapa ucapkan salam terlebih dahulu." kataku mengingatkannya. Dia memang seperti itu jika sudah bercengkrama dengan orang selalu lupa untuk mengucapkan salam.

"Ahh..eum. Assalamu'alaikum." dia maju selangkah kehadapanku yang membuat aku mundur hingga tanganku menyentuh pembatas pagar.

Mulutku membalas salamnya "Wa'alaikumusssalam. Jangan maju lagi kalau tidak." ucapanku terputus karena dia menyela pembicaraanku sebelum selesai.

"Kalau tidak kamu mau kabur lagi, iya? Kamu harus pulang Shafin. Setidaknya kalau kamu memang ingin menolak khitbahku tidak harus pergi. Kita bisa bicarakan baik-baik. Sama saja kamu membuat aku khawatir. Kamu tau? semenjak seminggu lalu aku mencari kamu sampai aku datang ke asramamu padahal aku sudah dilarang untuk tidak masuk. Tapi, sebagai lelaki bertanggung jawab aku menerobos masuk.

Sekarang aku sudah menemukanmu dan waktunya aku.membawa mu. Pulang.sekarang!." dengan bicara nada tegasnya aku merasa memang dia benar-benar tulus mengkhitbah ku sampai dia rela menjemputku ke arab.

Ada desiran hati yang membuatku ingin menatap sorot matanya. Tetapi, sebagai seorang muslimah wajiblah kita menjaga pandangan dari seorang ikhwan yang bukan muhrim.

"Aku tidak kabur, dan aku akan pulang besok jadi, terima kasih atas pengorbananmu yang datang jauh-jauh kesini. Tapi, maaf aku harus pergi sekarang. Wassalamu'alaikum." aku memang pergi tapi bukan pergi menjauh darimu. Hanya aku harus ke toko untuk membeli titipan ibu. Sebelum hari esok.

Saat melangkah kedua dia memanggil ku kembali tanpa aku sadari bibirku melengkung ke atas 'tersenyum' dibalik niqab entah ada perasaan apa membuatku seperti ini. Apa mungkin aku rindu dengan pemilik suara ini.?

"Aku akan selalu setia menunggu jawabanmu. Walaupun sampai saat ini kamu gantung. Meskipun itu sakit rasanya." nada bicaranya seperti orang sedih tapi tidak mungkin. Seorang dia menangis hanya karna
digantung seperti ini seharusnya dia kuat bukan lemah.

'Bukan maksudku untuk membuatmu seperti ini. Aku hanya merasa apakah nanti pilihanku untuk memilihmu tepat atau tidak karena ini menyangkut massa depanku kelak.' Batinku membalas.

Aku pergi meninggalkan, benar-benar pergi dari hadapannya. Bukan aku tak mau membalas ucapan nya hanya saja aku belum siap mengucapkan kalimat yang harus aku jawab.

##

Assalamu'alaikum ukhty ini cerita pertama ku. Doain yah semoga lancar sampai akhir cerita nya.

Jangan lupa vote yah😊 dan juga kalau ada salah kata silahkan comment, agar aku bisa melihat apa yang harus dibenarkan.

Ingat yah jangan lupa klik bintang di pojok kiri biar tambah semangat aku menulis nya ^ ^

A Sacrifice Of Someone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang