Selesai dengan simulasi ujian yang berlangsung kurang lebih dua jam, terlihat berbagai macam reaksi kegelisahan yang dialami para siswa. Tak sedikit dari mereka yang bahkan terlihat tidak puas pada jawaban yang mereka kumpulkan, ada juga yang bahkan dengan terang-terangan pasrah pada apapun hasil yang akan mereka peroleh nanti. Dan di antara beberapa siswa tersebut, tampak Jongin yang juga terlihat lesu layaknya beberapa contoh siswa tersebut. Dia pun terlihat pasrah pada apapun hasil yang akan dia peroleh nanti.
Lelah menangisi semua jawaban dari soal ujian yang hampir semuanya tidak dia mengerti, Jongin pun memilih beranjak dari kursinya lantas meninggalkan kelas. Ini sudah lebih dari pukul dua belas siang, dan sudah saatnya dia minum obat. Lantas, Jongin berjalan ke lantai dasar di mana terdapat kantin sekolah. Dan betapa malasnya saat dia mendapati undakan dipenuhi dengan beberapa siswa perempuan yang tengah duduk di tengah jalan. Jika saja ada jalan lain, dia pasti akan lebih memilih jalan lain itu.
Namun, tetap saja mau tidak mau dia harus melewatinya. Saat melintasi beberapa gadis yang duduk di tengah undakan, telinga Jongin diganggu oleh celotehan yang samar-samar dia dengar menyebut-nyebut namanya dan juga Soojung. Memperlambat langkah kakinya, dia makin menajamkan indera pendengarannya.
"Sekarang dia tidak lagi bersama Soojung. Mereka sudah putus."
"Benar. Dan kabarnya, alasan mereka putus, karena Jongin sudah bertunangan dengan gadis lain."
"Ya, gadis dari keluarga kaya."
"Jika aku tidak salah informasi, dia itu adik Kris."
"Kris??? Anak kelas 3E? Musuh bebuyutan Jongin? Maldo andwe!"
Jongin benar-benar merasa terganggu dengan semua ucapan siswa perempuan di undakan. Tapi dia yakin, mereka pasti sengaja mengatakan hal itu di depannya agar dia terpancing. Ya, mereka sengaja ingin mengorek informasi yang lebih jelas dari Jongin, yang adalah tokoh utama dalam bahan gosipan mereka. Namun Jongin tidak akan membuat mereka berpuas diri dengan menanggapinya. Yang ada pemuda itu justru berlalu dengan sikap tak acuhnya yang dingin seperti dulu.
Sementara itu, di kantin terlihat Sehun dan juga Mina tengah terlibat adu mulut yang tampaknya sangat menegangkan. Dan untuk kali ini tampaknya keduanya bersikukuh untuk mempertahankan argumen mereka masing-masing.
"Kau pikir aku tidak melihat apa yang terjadi di kelasmu?" Cecar Sehun mendelik ke arah gadis di sampingnya.
"Tidak semua yang kau lihat harus sama seperti yang ada di otakmu bodoh!!" Balas Mina tak mau kalah.
"Tapi aku masih cukup pintar untuk bisa membedakan mana sentuhan biasa dengan sentuhan nakal!!" Lanjut Sehun masih dengan ekspresi yang sama.
"Sentuhan nakal?? Apa maksudmu??" Mina makin meninggikan suaranya yang membuat beberapa siswa di kantin melihat ke arahnya.
"Apa perlu aku jelaskan??" Jawab Sehun dengan suara tidak lebih tinggi dari suara Mina.
"Ya!! Aku hanya meletakkan tanganku di bahu teman sekelasku. Dan kau bilang itu sentuhan nakal?! Demi apa Oh Sehun!!" Mina juga ikut mendelik.
"Tapi caramu melakukannya itu Mina!! Kau merangkulnya!!!"
"Ha ha ha!! Lucu sekali yang kau katakan. Kau bah-
"YAAA!!!"
Baik Sehun maupun Mina seketika langsung menutup rapat mulut mereka. Keduanya lupa bahwa sedari tadi sudah terpampang nyata sosok Soojung di hadapan mereka. Soojung sendiri terlihat mengernyit kesal menatap dua makhluk di depannya yang terlihat salah tingkah akibat sentakannya.
"Pulang saja kalian!! Dan lanjutkan pertengkaran kalian di rumah!" Omel Soojung masih memberikan tatapan mematikan ke arah dua sahabatnya.
"Eh, Soojung-ah mian, aku kesal pada Sehun, dia menuduhku sembarangan tanpa adanya bukti yang jelas." Jawab Mina memasang wajah memelas pada Soojung, namun berubah kesal saat tatapan itu beralih pada Sehun.
"Bukti tidak jelas apanya? Jelas-jelas aku melihatnya sendiri kau merangkulnya!" Balas Sehun menanggapi omongan Mina.
"Astaga!! Berhentilah kalian!!" Sentak Soojung sekali lagi. "Tidak bisakah seha...
Soojung tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba bibirnya terasa mengeras saat matanya menangkap sosok Jongin yang baru saja berjalan memasuki kantin. Jongin tampaknya tak menyadari keberadaan mereka bertiga dan mengambil tempat beberapa meja dari tempat Soojung.
"Kau lihat apa?" Tanya Mina ikut menoleh ke arah Soojung memandang. Dan gadis itupun mengangguk saat melihat Jongin duduk seorang diri tak jauh dari mereka.
"Oh, aku juga kaget melihatnya masuk tadi pagi. Kupikir dia masih dirawat." Sehun mengendikan bahunya menimpali. Pemuda itu juga melihat ke arah Soojung memandang.
Di mejanya, Jongin tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. Dan beberapa saat kemudian seorang pelayan mengantar segelas air putih padanya.
"Ah, benar. Dia pasti sedang meminum obatnya." Racau Mina masih menatap intens pada Jongin yang baru saja memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan disusul dengan meminum air putih.
"Kau mau kita pergi dari sini?" Tanya Sehun yang tampak mencemaskan keadaan Soojung. "Soojung-ah?"
Bukankah seharusnya aku berada di sisinya dan merawatnya?
Dia bahkan harus melalui semuanya seorang diri.
"Soojung-ah." Kembali Sehun memanggilnya namun belum juga mampu menyadarkan gadis itu yang masih menatap ke arah Jongin.
Lihat, dia hanya memesan air putih.
Bukankah dia harus makan sesuatu?
Jongin-ah, kenapa kau terus menyiksa dirimu seperti ini?
Soojung merasa tak mampu lagi melihat keadaan Jongin yang seperti itu, tampak menyedihkan. Bukan dia mengasihani Jongin, tapi Soojung benar-benar mengkhawatirkan keadaan Jongin. Jika pemuda itu bertahan dengan sikapnya yang seperti itu, dia hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Dan Soojung adalah satu-satunya orang yang akan merasa bersalah jika itu sungguh terjadi pada Jongin. Sebab, dirinya lah yang membuat Jongin menjadi seperti sekarang, kemunculannya lah yang membuat Jongin mengingat luka lamanya. Luka serta rasa bersalah karena telah meninggalkan Soojung lima tahun yang lalu.
Lantas, Soojung memilih pergi dari tempat itu. Melihat kondisi Jongin, hanya akan membuatnya ingin berlari pada pemuda itu dan memeluknya. Dan itu sungguh hal yang teramat tidak mungkin terjadi, mengingat perlakuan terakhir yang dia terima dari Jongin hari sebelumnya.
"Soojung-ah, kau mau ke mana?" Seru Mina mengalihkan pandangan dari Jongin.
"Soojung-ah!!"panggil Mina untuk kedua kalinya dengan suara dua kali lebih keras dari sebelumnya.
Sementara itu, mendengar nama Soojung terucap, Jongin lantas menoleh ke sumber suara dan mendapati Mina duduk tak jauh darinya bersama Sehun. Dan sesosok punggung yang teramat dia kenali yang tampaknya tengah tergesa-gesa meninggalkan kantin.
Heh, pasti dia begitu membenciku.
Meskipun itu memang keinginan Jongin, namun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya kembali hancur tiap kali melihat Soojung tersakiti olehnya.