Bab 6 : Pangeran dan Putri Tak Bisa Dibandingkan Denganmu

1.9K 111 14
                                    

Penulis Asli : Angelina
English translation : TC Chan
Indo vers. : Rosi

Hari berikutnya, Mai Ding tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan pikiran jernih. Mengapa ia begitu bodoh, kesal dengan apa yang telah terjadi. Bahkan jika An Ziyan bukan seorang biseksual, mereka masih bisa berteman. Walaupun itu mengecewakan, tetapi ia tak bisa mengubah kenyataan.

Mai Ding masih kesulitan menghadapi kelas dan menangkap pelajaran. Itu karena ia cuti hampir 2 tahun sejak ia lulus sekolah. Meski ia memperhatikan dosennya, ia tetap tak memahaminya. Sambil menunggu kelas berakhir, Mai Ding akan menyeringai disaat ia melihat An Ziyan melewati ruang kuliah. Jika ia melakukan kontak mata dengan An Ziyan ia akan tersenyum seperti telah memenangkan lotere, ia melihat An Ziyan hanya membalasnya dengan ekspresi dingin, tetapi Mai Ding menyukai hubungannya yang seperti ini dengan An Ziyan.

Ia benar-benar menyukai An Ziyan sebagai seorang teman. Ruang kuliah Mai Ding membebaskan siswanya untuk memilih tempat duduk. Hari ini seorang gadis duduk didekat Mai Ding. Saat ia duduk, Mai Ding merasakan kalau keadaan gadis itu sedang tidak baik. Sebelumnya Mai Ding tak mengira kalau ia akan menangis ditengah-tengah perkuliahan. Karena penasaran, Mai Ding tak bisa hanya duduk diam sementara ia menangis. Ia merasa sangat kejam kalau ia tak menghiburnya.

Mai Ding menyerahkan selembar tisu dan menanyakan pertanyaan umum, "Nona, apa kau baik-baik saja?"

Gadis itu menjawab, "Terimakasih." dengan berurai air mata.

Mai Ding terdiam karena ia tak mengerti apa yang harus ia katakan selanjutnya. Dalam situasi canggung, gadis itu menjelaskan, "Pacarku dan aku sudah bersama selama 8 tahun. Akhir-akhir ini aku melihatnya bertingkah aneh dan aku pikir sepertinya ia berselingkuh. Mungkin ia mencari orang lain karena kami sudah tidak satu sekolah lagi... jadi..."

Dia mulai menangis lagi. Mai Ding melihat pada Dosen, yang nampaknya tidak terlalu memperhatikan mereka. Saat ia melihat kembali pada gadis itu, ia tak tahu apa yang harus ia katakan padanya. Meski ia menebak dengan benar (dia menebak gadis itu tengah bermasalah dengan hubungannya) dia tak dapat bicara banyak karena ia hanya orang asing. "Jangan menangis."

"Aku tak mau menangis, tetapi aku tak dapat menahannya karena aku dan dia sudah bersama selama bertahun-tahun."

"Seorang pria brengsek seperti dia tak pantas kau tangisi. Kau akan menemukan orang yang lebih baik."

Setelah mendengar Mai Ding menjelekkan pacarnya, gadis itu marah dan berkata,

"Siapa kau berani menilai dia? Aku tahu dia lebih baik darimu. Kau tak berhak mengatakan apapun karena ini bukan urusanmu."

Mai Ding tertegun melihat bagaimana emosi gadis itu berubah dalam hitungan detik. Beberapa detik yang lalu ia mengeluh tentang pacarnya dan sekarang ia membelanya.

Berbicara di waktu dan tempat yang salah, gadis itu mulai meluapkan kekesalannya pada Mai Ding, "Mengapa kau berkata seperti itu? Berpura-pura baik dengan menyimpan maksud? Berpura-pura menjadi 'orang yang lebih baik' dari pacarku? Tolong lihatlah dirimu di cermin. Aku akan menemukan orang lain tapi bukan kau."

Dia benar-benar tahu bagaimana menyerang kelemahan Mai Ding, yaitu kepercayaan dirinya yang rendah. Kepercayaan dirinya yang rendah adalah salah satu alasan mengapa ia ingin berteman dengan An Ziyan yang populer.

Tetapi An Ziyan tetap An Ziyan dan Mai Ding tetaplah Mai Ding. Mai Ding sangat sedih karena perkatan gadis itu. Sebenarnya Mai Ding berniat baik, tetapi tanggapan gadis itu sebaliknya. Sepanjang sisa perkuliahan, Mai Ding tak dapat berkonsentrasi.

Ia bahkan melewatkan makan siang dan langsung kembali ke kamarnya. Tetapi Li Ming tengah menonton film porno jadi ia pergi dari kamarnya dan hanya diam di balkon sendirian. Beberapa saat kemudian, An Ziyan pulang tetapi ia benar-benar megabaikan Mai Ding dan langsung masuk kekamarnya. Satu jam kemudian, An Ziyan keluar dan menyadari Mai Ding masih diam disana tanpa ekspresi. An Ziyan mengerutkan kening dan menghampirinya. "Hey." Hanya dengan satu sapaan 'hey' Mai Ding langsung berbalik sambil tertunduk, dan menceritakan pada An Ziyan apa yang terjadi hari ini tanpa peduli apakah An Ziyan ingin mendengarnya atau tidak. An Ziyan hanya diam selama ia bercerita. Beberapa saat kemudian ia menggigit bibirnya, sebagai tanda kepeduliannya pada kekesalan Mai Ding. Baginya, itu hanya masalah kecil dan tidak ada yang perlu dirisaukan.

Will You Still Love Me Even If I'm A Man?~Indonesia VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang