"Kalian boleh jalan-jalan di sekitar wilayah candi, tapi jangan terlalu jauh masuk ke hutan. Kalian harus mematuhi peraturan di sini. Dan ingat. Jam 1 kalian harus sudah ada di dalam bus, karena kita harus segera pulang. Mengerti semua?"
Jawaban riuh dan kompak menyambut suara tegas dari pemandu wisata.Aku sekarang ada di Solo, tepatnya di kawasan Karang Anyar. Kami mengunjungi salah satu candi yang terkenal di sini.
Acara liburan universitas yang berlangsung selama 4 hari di jawa tengah ditutup dengan melihat candi merupakan hal yang aneh bagiku. Aku sama sekali tak menyukai sejarah atau hal-hal yang berbau etnik seperti ini.
"Capek Dik?" tanya kak Dio. Aku menggeleng. Kak dio adalah sepupuku yang kebetulan kuliah di tempat yang sama. Kita berbeda jurusan. Kak Dio ambil jurusan sastra murni. Aku kuliah di jurusan komunikasi.
"Jangan ngelamun kalo lagi jalan, apalagi ditempat kaya gini" ceramah kak Dio.
"Iya.. Aku cuma bosen, nggak ngelamun" sanggahku sambil manyun.
"Ya udah... Kakak cari minum dulu buat kita, nanti ketemu di Puncak sana yah.." aku mengangguk.
Aku tak pernah mengunjungi sebuah candi sebelumnya. Aku heran ketika banyak larangan dan pantangan saat mengunjungi lokasi ini.
Pengunjung harus menggunakan pakaian tertentu untuk yang laki-laki. Dan memakai kalung tertentu untuk yang perempuan.
Tak boleh berfoto dengan beberapa patung yang di sarungi kain dan banyak larangan lagi bagi para pengunjung yang sedang haid.Aku terus berjalan mencapai puncak bukit yang terdapat candi paling tinggi dan besar. Di sekitar candi terdapat beberapa patung ukuran sedang. Di pintu candi terdapat dua patung seukuran lelaki dewasa sedang membawa tombak dan pedang.
Aku mengamati mata patung itu. Begitu tegas. Siapapun pemahatnya pasti memiliki teknik tinggi untuk memahat patung sehebat ini.
Aku memutuskan memasuki candi ini karna penasaran, hanya candi di puncak bukit inilah yang dijaga oleh dua pengawal.
Suasana di dalam candi sangatlah gelap. Aku harus menyalakan senter HPku untuk melihat lebih jelas.Seekor kadal melintas di kakiku membuat aku menjengit kaget hingga aku terjatuh. Kepalaku terbentur batu candi hingga berdarah. Aku mengaduh dan meminta pertolongan, tapi tak ada yang mendengarku.
Aku mencoba berdiri dan kembali berjalan. Namun sebuah patung besar dengan bentuk badan yang gagah mengalihkan intensitasku.
Aku mendekat kearah patung itu. Wajahnya seperti hudup. Matanya sendu seperti menahan sebuah rasa sakit. Bibirnya melengkung sedih. Sayup patung itu Seperti mengatakan sesuatu.
Aku yakin itu bukan suara orang lain. Aku yakin patung itu mengeluarkan bunyi. Aku mendekat, menaiki dua anak tangga hingga aku makin dekat dengan patung itu.
Aku tak menyadari kakiku menginjak batu yang licin sehingga aku reflek memeluk patung itu. Kepalaku kembali terantuk. Jidatku kembali terluka di bagian bibir patung. Darah yang menetes membasahi bagian dada patung dan bajuku.
Kepalaku pening, langkahku sempoyongan hendak menjauh dari patung. Namun apa yang terjadi?
Patung itu mengeluarkan cahaya yang terang. Perlahan tanah yang kuinjak bergetar. Aku sungguh takut. Apa hantu penghuni candi marah karna tak sengaja kutabrak?
"Duh... Mbah, ampuni saya, jangan ganggu saya..." cicitku ketakutan. Hatiku merapalkan segala doa yang kubisa.
" aku belum mau mati, masih kuliah, belum lulus, belum punya pacar, belum kerja..." isakku
Tiba-tiba sesosok mahluk menarikku. Aku hanya teriak kekeras yang kubisa.
*****************************
Wahhhh ini cerita kedua di wattpat. Huhu... Aku mencoba membuat cerita fantasy.. Berlatar candi di daerah solo.
Semoga kalian syukaaaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lord in Love
FantasyApakah kalian percaya pada dunia lain? sejujurnya aku tak percaya namun ketika aku mengalami kecelakaan disebuah candi dan tak sengaja darahku menetes dipatungnya. sebuah peristiwa tak terduga begitu saja merubah hidup dan masa depanku.