Seorang Sato Shori akan memaksa matanya agar terus terbuka kendati tengah malam sudah berlalu kalau Matsushima Sou belum juga jatuh lelap.
Maka ketika mendapati Sou masih duduk anteng di sofa sambil menekan-nekan tombol remot televisi secara acak—barangkali sedang mencari acara yang dapat menemaninya semalaman—padahal jam digital tengah menampilkan angka 01:15, Shori berdiri di belakangnya.
Sou tampaknya tidak terlalu atau bahkan tidak sepenuhnya memberi perhatian pada kehadiran lelaki yang berusia satu tahun lebih tua darinya. Ia malah memilih untuk tetap mencari saluran tengah malam yang bagus.
"Matsushima, tidur," pada akhirnya, dengan nada lebih ke arah perintah alih-alih seharusnya menyuruh menggunakan suara pelan, Shori membuka suara.
Akan tetapi lelaki yang tengah duduk itu malah menggeleng cepat, tidak menyadari makna dari nada suara atau nama panggilan yang Shori lontarkan. Tangannya masih sibuk dengan remot.
Shori membuang napas. "Sudah terlalu larut malam. Tidur, ya?" pintanya, kali ini jauh lebih lembut dan tidak terkesan seperti suruhan yang tadi. Ia pikir kalau dengan nada begini maka Sou akan menururut dan segera mematikan televisi karena memang tidak ada acara yang menarik.
Tapi terus saja tidak ada jawaban. Saluran televisi masih terus berpindah-pindah.
"Matsuhima," Shori kembali memanggil tapi tidak ada sahutan. Jadi ia mengulang panggilannya dengan sedikit penekanan disertai kalimat tanya, "Matsuhima Sou, kau mendengarku?"
Masih tanpa suara selain dari televisi.
"Sou? Sooou? Souu?" suaranya semakin tinggi. Shori nyaris frustrasi memanggil-manggil terus tapi tidak dijawab. Ia jadi merasa seperti orang kurang kerjaan yang hampir berteriak di tengah malam. "Sou-chan," ia merendahkan nada.
"Eh?"
Saat itu pula Shori langsung menepuk dahi. Sepertinya Sou sengaja mengabaikannya dari tadi, tapi kenapa giliran yang terakhir baru menyahut, pikirnya dalam hati.
Yang Sou lakukan selanjutnya bukan lagi menekan-nekan tombol remot (benda itu sudah tergeletak menganggur di atas sofa, dan televisi tengah menampilkan tayangan iklan komersial), justru menoleh ke belakang sambil sedikit memutar tubuhnya. "Kau bilang apa tadi, kau bilang apa?" tanyanya tiba-tiba, mengabaikan suruhan Shori sebelumnya.
Shori menggeleng pelan. "Aku—aku bilang, Sou, tidur."
"Tidak," Sou membalas spontan berbarengan dengan gelengan cepat. Hampir membuat Shori salah paham kalau kata itu ditujukan untuk perintah tidur, ia segera meralat, "Maksudku, bukan, yang terakhir tadi kau bilang apa?"
"... tidur."
Sou memutar lagi. Tubuh dan arah pandangannya kembali menghadap televisi yang tayangan iklan komersialnya sudah selesai dan saat ini sedang menampilkan sebuah drama malam. "Tidak mau kalau kau terus begitu," katanya, "Shori-chan." Kemudian terkikik kecil.
Napas Shori tercekat beberapa saat sebelum ia memilih untuk berjalan lurus mendekati sofa dari belakang dan agak berjongkok kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Sou sehingga lelaki itu sedikit terkejut. "Apa, sih. Aku hanya menyuruhmu tidur," ia berbisik pelan-pelan, "... Sou-chan."
Sontak Sou sedikit menghindar karena rasa geli di sekitar indera pendengaran, tapi ia tersenyum tipis. Shori belum menjauhkan wajah dari telingannya ketika ia lagi-lagi memberi gelengan cepat sebagai respons.
"Tidur. Atau ...."
"... atau ...?" Sou meneguk ludah.
"Atau," Shori kembali membalas menggunakan bisikan bersuara sangat samar, dan bibirnya sengaja kian dekat dengan telinga si lawan bicara, "atau kita tidak tidur malam ini."
Untuk kali kedua, Sou menelan air liurnya sendiri. Kepalanya agak menghindar dari milik Shori agar dapat meminimalisir rasa geli di sekitar telinga. "O-oke," balasnya, menekan tombol untuk menonaktifkan televisi, lantas buru-buru beranjak dari posisi duduk sebelum terjadi apapun dan langsung berjalan ke arah kamar.
"Kau benar-benar tidak mengantuk?" tiba-tiba di sela langkah, Shori kembali bertanya ragu tentang hal yang berbalik dengan perkataan-perkataan sebelumnya.
Sou menoleh, mengerutkan dahi tanda tidak paham, langkah kedua kakinya sontak berhenti—mau tidak mau membuat punggungnya hampir tertubruk si lelaki yang berjalan mengikuti di belakang. "Kenapa?" ia balik bertanya.
"... bukan apa-apa."
"Ngomong-ngomong ...," kata Sou lagi sambil melanjutkan acara berjalannya, entah sengaja memberi jeda sesaat atau memang benar-benar tengah berpikir akan bicara apa, "... tadi aku mengiyakan pilihan kedua."
"He? Pilihan kedua—a-apa?
Sambil memutar kenop pintu, Sou tertawa. "Aku tidak mengantuk, jadi aku memilih agar tidak tidur sama sekali malam ini. Begitu, 'kan?" jelasnya, "atau, ada makna lain, ya?"
Yang dikatakan Shori selanjutnya hanyalah, "Tidak. Kau harus tidur."
Lantas Sou menarik dalam-dalam oksigen lewat indera pernapasannya setelah masuk ke dalam kamar, berdiri agak sisi dari pintu guna memberi jalan agar Shori dapat lewat, tapi Shori malah mencegat pergerakan dengan menahan bahu kirinya sesudah melewati pintu tanpa menutupnya terlebih dahulu.
Jarak antara mereka semula hanya kisaran setengah meter. Shori mengambil langkah kecil sampai posisi mereka tepat berhadapan. Tubuhnya kian condong ke depan dengan tangan kanan yang bergeming seolah kaku—dan kegiatan ini terhenti setelah, untuk kali kedua, wajahnya mencapai telinga Sou hingga lelaki itu refleks mundur beberapa senti.
Sudah dua kali Shori melakukan hal ini sejak di ruang tengah. Tadi telinga kanan, sekarang telinga kiri. Diam-diam dalam hati ia agak mengeluh; apa Shori jadi hobi berbisik-bisik begitu, ya?
"... kau mau apa," lagi-lagi Shori memberi kalimat dengan bisikan yang penuh penekanan pada setiap sekon desisnya, lebih parah daripada di ruang tengah tadi, suaranya serak entah disengaja atau efek tengah malam. Lantas membiarkan dirinya berada dalam posisi seperti ini tanpa bergerak.
"Aku ...," kata Sou gelagapan. Ada listrik imajiner bertegangan tinggi yang merambat ke seluruh raga dimulai dari telinga kirinya. Sepertinya tadi ia masih bisa senyum-senyum sambil menggoda Shori, jadi, kenapa sekarang justru seolah-olah digembok sehingga tidak dapat bertindak apa-apa. Maka Sou malah membalikkan pertanyaan, "Shori—kau ... kau yang mau apa."
Nyaris satu menit berlalu, Shori tidak juga menggerakkan tubuh kecuali tangan kiri yang melakukan tindakan hanya untuk menutup, barangkali hampir bisa disebut sebagai membanting, pintu kamar. Tapi ia memberi balasan, masih dengan bisikan setelah kian menghapus jarak hingga bibirnya sedikit mengenai daun telinga Sou, "Aku mau kau."
Selanjutnya Sou hanya menggigit bibir bawahnya sendiri. Persetan dengan tegangan listrik imajiner di tubuhnya yang kini menjadi beberapa kali lebih tinggi.
"Menjijikan." Tiba-tiba Shori melepas pegangan pada bahu kiri Sou dan agak melangkah mundur. Ekspresi wajahnya telah kembali seperti biasa. "Tentu saja aku tidak akan melakukan apapun sekarang—maksudku ...," katanya dengan jeda yang diisi hembusan napas panjang, "lehermu panas. Kau masih sakit, kan. Cepat tidur."
Sou berkedip. "Shori, kau tahu yang tadi itu," ia memulai ungkapan, mematri senyum kecil sambil mengusap pelan dada dengan tangan kanan sebagai tanda perasaan lega. "Jantungku hampir lepas! Apa-apaan dengan bisikanmu," sambungnya menggunakan nada jauh lebih tinggi.
Karena air muka Sou yang langsung cemberut setelah itu, Shori jadi spontan mencubit bibir Sou. "Ti-dak-lu-cu," ejeknya dilengkapi ekspresi yang dibuat-buat. "Dan berapa kali aku harus menyuruhmu tidur, Matsushima Sou?" Melihat lelaki di depannya malah terdiam persis orang melamun, Shori segera menarik tangannya seraya berjalan ke arah tempat tidur.
"... baik, aku tidur," tanpa diduga, Sou pada akhirnya menurut. Tangan Shori dilepasnya. Ia menjatuhkan diri ke atas kasur, menarik asal selimut sampai dada, lantas mencoba menembus alam mimpi dengan mata terpejam sebelum benar-benar terlelap dengan mudah beberapa menit kemudian.
(—tanpa Sou ketahui; Shori tidak juga berpindah tempat dari sana barang satu inci, diam-diam melengkung senyuman sambil membetulkan letak selimut yang sedikit berantakan. Barangkali satu-satunya alasan ia tidak ingin tidur lebih dahulu adalah untuk dapat memandangi wajah terlelap milik Sou, benarkah?)
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
welcome home | shorisou
Fanfiction"the nostalgic scenery in my heart is coming back to me; i see our beautiful home." . . . shori/sou [ domestic!au ] ⚠warning: boy x boy ; bbrp menjurus⚠