Menawar Kematian

247 4 0
                                    


Bagaimana jika Izrail pensiun dari tugasnya?

Atau bagaimana jika ia salah mencabut nyawa?

Dua pertanyaan itu terus bergelayut mengguncang-guncang hati dan otak Dan. Lelaki yang sedang duduk terkulai lemas di atas brankar 201. Bangsal penyakit dalam yang menjadi hunian menyiksa selama seminggu ini. Empunya penyakit telah bersarang dalam tubuh ringkihnya.

Perlahan semangat untuk hidup tereduksi begitu saja, sejak kalimat-kalimat kematian mengusik. Ia tak mau mati secepat itu? Tak siap jika harus dijemput sang Izrail. Terlalu dini untuk meninggalkan dunia saat usianya baru memasuki kepala dua. Dan alasan terberatnya karena ia belum menikah. Dia meronta dalam hati, masih banyak yang ingin ia raih.

Ah, andai kematian itu bisa ditawar

Dan menyapu setiap sudut bangsal yang ia tinggali. Selang infus, layar sonogram, papan jadwal kunjung dokter, sampai kabel-kabel yang membelit brankarnya. Benar-benar tak ada yang bisa diharapkan untuk lari dari kematian.

Jam dinding di ujung sana seolah terus memaksa kematian untuk segera menjemput. Setiap menit dan detiknya membuat tubuh Dan kian menegang ketakutan. Takut jika waktu pulang kian dekat. Ia tidak siap melihat wajah Izrail yang kata orang begitu menyeramkan, tak urung membuat nabi Ibrahim pingsan setelah melihat wujudnya.

***

Hening, suasana rumah sakit kian mencekam malam itu. Jam dinding menunjukkan pukul dua belas. Tidak lagi teredengar suara kaki berjalan, atau suara gaduh di luar bangsal antara pengunjung dan perawat. Tidak ada kecuali suara monitor sonogram yang menunjukkan kondisi jantung Dan. Masih menggambarkan gelombang transversal.

Terdengar suara pintu berderit, seseorang mendorong pintu bangsal 201 dengan pelan, membuat bulu kuduk Dan berdiri, sekujur tubuhnya menegang dan matanya melotot kaget melihat siapa yang masuk bangsalnya.

Tidak ada suara yang mampu Dan keluarkan, seolah pita suaranya putus seketika itu juga. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin berhamburan. Sosok yang begitu ia takutkan telah datang. Dia bisa melihatnya, amat jelas bagaimana wujudnya. Izrail.

Dan ingat apa yang pernah ia baca tentang kronologi kematian manusia, tentang proses terambilnya ruh, hingga percakapan antara Nabi Ibrahim dan Izrail. Izrail berwujud sesuai dengan amal ibadah manusia yang dicabutnya. Ia akan menjadi sosok menyeramkan dan berbau busuk jika mencabut nyawa orang-orang yang tak beriman, dan begitu pula sebaliknya. Ia akan tampil menjadi sosok tampan dan berbau wangi saat mencabut nyawa orang-orang yang taat pada Tuhannya.

Tubuh Dan terkula lemas, perlahan Izrail berjalan mendekat. Jubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya itu sudah jelas menyimpulkan amal ibadah apa yang sudah ia perbuat di dunia.

"Aku belum ingin mati." Lontar Dan dengan suara lantang penuh ketakutan.

"Waktunya pulang." Seru Izrail datar tanpa ekspresi.

Dan menggeleng cepat, tubuhnya meringkuk ketakutan, dan kedua tangannya mencengkeram erat-erat selimut bergaris yang menutup separuh tubuhnya. Brankar yang ia tempati sudah tak karuan lusuhnya akibat tubuhnya yang terus beringsut.

"Kau pasti tau bagaimana hidupku yang sulit, aku masih banyak hutang, aku juga belum menikah. Aku masih ingin hidup, setidaknya sampai ibu melihatku menikah."

Izrail terkekeh. Ada-ada saja kemauan manusia satu ini, batinnya.

"Jangan sekarang, Tuan." Tawar Dan, berharap besar Izrail membiarkannya terbebas dari kematian kali ini.

Tuan? Izrail menahan tawa, ingin sekali tertawa sekencangnya mendengar sebutan itu. Namun ia sadar, jika ia tertawa maka bumi akan berguncang dan runtuhlah seluruh bangunan yang ada.

"Aku tak pernah menolak perintah Tuhanku, dan hari ini waktumu pulang."

"Atau coba cek ulang di Lauhul Mahfudz, barang kali Tuan salah baca."

"Daun di pohon arsy sudah gugur, dan bertuliskan namamu di sana. Jadi tidak mungkin aku salah membaca, dan ketahuilah aku tak pernah salah mencabut nyawa manusia." Izrail tak mau kalah.

Kini Dan tertunduk, airmatanya kian menderas, terisak dan tubuhnya terguncang. Mungkin tawar menawar dengan malaikat maut adalah tindakan konyol yang tak akan mungkin terlewati begitu saja.

"Empat puluh hari sebelum kematianmu, pohon arsy sudah menggugurkan daunnya, dan dari sanalah aku tahu kapan waktu kematianmu. Tidak ada tawar menawar di sini, selama empat puluh hari aku terus mengikuti langkahmu, jadi tidak mungkin aku salah orang, sedang apapun yang kulakukan adalah atas perintah dan pengawasan Tuhanku."

Dan mengangkat wajahnya, menatap Izrail dengan tatapan gelisah. Kedua matanya sudah bengkak dan hatinya pasrah. Sebab kematian adalah ketetapan yang tidak bisa diubah sedikitpun, diundur ataupun dimajukan. Tidak mungkin.

"Aku punya banyak tanggungan hidup yang belum terselesaikan. Apa jadinya jika aku mati hari ini? Siapa yang akan menggantikan tanggungan itu? Hidup ibuku, hutang keluargaku, biaya sekolah adikku, juga seorang wanita yang kucintai."

Izrail berjalan kian mendekat, hingga jarak di antara mereka tak lebih dari satu meter.

"Apa kau tak percaya dengan Tuhanmu? Sampai kau begitu khawatir pada hal remeh semacam itu?"

Pertanyaan Izrail membuat Dan tercenung. Dadanya bergemuruh.

"Apa kau masih meragukan kekuasaan Allah setelah kau melihat wujudku seperti ini? Atau perlu kudatangkan tujuh puluh malaikat untuk membuatmu yakin bahwa kuasa-Nya tak terbatas?" tanya Izrail.

Airmata Dan kembali mengalir.

"Aku percaya pada Tuhanku."

Izrail tersenyum.

"Kau orang baik Dan, Allah tidak akan mengabaikan apa yang kau tinggalkan di dunia." Seru Izrail, kali ini dengan intonasi pelan.

Dan menarik napas, kini hatinya lebih siap pada apa yang akan terjadi nanti. Saat ruh itu diangkat, pastilah rasa sakitnya mengalahkan apapun. Namun apa yang baru saja Izrail jelaskan sudah cukup membuat rasa takut dan khawatirnya perlahan tereduksi.

"Aku rela, jika memang ini ketetapan Tuhanku."

Izrail pun mendekat, perlahan ia tarik ruh dalam tubuh Dan. Dan, entah pada detik keberapa layar sonogram menunjukkan gambar garis lurus.



Jember, 23 September 2017

Karena kematian tidak bisa ditawar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang