Gawat! Kenapa Sunggyu melontarkan balasan yang seperti itu. Bisa bisa aku semakin ketara nanti. Lebih baik aku mengalihkan topik pembicaraan.
"Ehm. Aku sepertinya harus segera pulang. Eommaku sudah menungguku dirumah." Alibiku.
"Tapi kau belum mencicipi kue ini seonbae." Ucap Se Na.
"Ah, kapan kapan saja aku akan main lagi kesini dan mencicipi kue ini."
"Jika itu mau mu. Ya sudah hati hati seonbae" Se Na melambaikan tangannya kepadaku.
Aku tersenyum kepada semua orang yang ada dirumah itu lalu segera pergi meninggalkan rumah itu. Huh, untung saja aku segera keluar. Jika tidak pasti Sunggyu akan bertanya macam macam. Tapi sampai kapan aku akan menyembunyikan hubunganku dengan Jung Se Na.
Sesampainya dikamar aku melempar tas ku kesembarang arah dan menjatuhkan diriku tepat di atas bed yang empuk. Aku berpikir lagi tentang perkataan Myungso tadi disekolah. Apa dia akan benar benar melakukan segala cara untuk mendapatkan Se Na. Andwe. Itu tidak boleh terjadi.
Tak terasa hubungan ku dan Jung Se Na sudah jalan selama 2 minggu. Hubungan kami berjalan lancar seperti arus air. Tak ada pertengkaran antara kami. Aku bersyukur karena mungkin Myungsoo tidak jadi melancarkan aksinya untuk membuat Se Na kembali padanya.
-***-
Kringg.. Kringg..
Sepertinya itu nada ponselku. Aku segera meraih ponselku yang ku taruh dia atas nakas. Ya, aku telah mengganti nada ponselku yang dulunya hanya bergetar kini menjadi ada nada deringnya."Yeoboseyo?"
"Jung Se Na, ini aku Myungsoo."
"Ne seonbae. Ada apa?"
"Apa kau sibuk hari ini?"
"Anni."
"Bisakah kita bertemu di taman dekat Sungai Han?"
"Geurae."
"Kalau begitu ku tunggu kau disana jam 6 sore"
Myungsoo lalu mematikan sambungan telfonnya. Sudah lama aku tidak bertemu dengan Myungsoo selain hanya jam sekolah. Semenjak aku menjadi kekasih Woohyun, Woohyun selalu melarangku untuk bertemu dengan Myungsoo. Mianhe Woohyun, sekali ini saja aku melanggar perintahmu.
Aku segera mengambil sweater biru yang ku letakkan diatas lemari. Memakainya lalu berpamitan dengan ahjumma dan menyetop taxi di depan jalan raya. Aku berjalan menelusuri taman Sungai Han mencari keberadaan Myungsoo. Nampak seseorang yang memakai sweater hitam dan topi duduk sendiri di bangku taman sambil menatap lurus ke arah Sungai Han. Itu pasti Myungsoo. Dia terlihat seperti orang yang kesepian.
"Kau sudah menunggu lama? Mianhe, tadi aku terjebak macet dan jadi terlambat 5 menit" Myungsoo terlihat kaget karena kedatanganku. Sepertinya dia tadi melamun.
"Ah kau sudah datang rupanya. Gwenchana. Aku juga baru saja sampai. Duduklah." Myungsoo mempersilahkanku duduk disebelahnya. Aku duduk disebelahnya. Sepertinya aku rindu saat saat seperti ini. Saat aku masih bisa bebas bertemu dengan namja mana saja.
"Ada apa kau memintaku bertemu disini seonbae?"
"Anni. Aku hanya rindu saat saat kita seperti ini dulu." Jawab Myungsoo yang masih dengan nada datar. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Lanjutnya.
"Geurae"
"Apa kau baik baik saja dengan Woohyun?" Aneh, tumben sekali dia bertanya hubunganku dengan Woohyun. Memang ada hubungannya dengan dia.
"Hubungan kami baik baik saja, seonbae. Wae?"
"Apa kau tidak merasa dipermainkan oleh Woohyun?"
"Dipermainkan? Kenapa bisa begitu?" Aku sedikit bingung dengan kejadian ini.
"Kau benar benar tidak tahu?" Dengan cepat aku menggeleng kepalaku. "Kau ingat waktu pertama kali bertemu Woohyun?"
"Ne, aku ingat sekali. Waktu itu aku tidak sengaja jatuh terpeleset dari tangga dan menindih tubuhnya."
"Lalu Woohyun memintamu menuruti semua permintaannya?." Aku mengannguk. "Sebenarnya dulu Woohyun pernah bilang kepadaku bahwa dia hanya ingin memanfaatkanmu saja. Lihat saja, Woohyun juga tidak pernah tertarik dengan yeoja."
"Mwo?"
"Kurasa dia hanya memanfaatkanmu untuk menjadi pembantu pribadinya." Kami saling bertatapan. Aku ragu, apa yang dikatakan Myungsoo itu benar atau tidak. Jika kulihat dari tatapan matanya ia benar benar jujur."Apa kau punya buktinya?" Myungsoo mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya padaku. Ia memutarkan sebuah video tangkapan cctv.
"Lihatlah ini!" Aku melihat dan mendengarkan ucapan Woohyun dengan detail. "Itu rekaman cctv di kamar Woohyun. Cctv kamar Woohyun hanya menyala ketika Appa dan Eomma nya pergi keluar negri. Itu untuk mengontrol kegiatan Woohyun sehari hari yang tidak terjangkau oleh orang tuanya. Aku mendapat rekaman cctv ini dari seseorang yang juga bekerja dirumah Woohyun."
Aku berusaha untuk mengerti isi video tersebut.
Aku sempat berfikir jika rekaman ini rekayasa. Tapi mana mungkin. Ini kan real. Aku mengembalikan ponsel itu kepada Myungsoo. Akhirnya aku percaya dengan ucapan Myungsoo. Aku tertunduk lemas ketika mengetahui hal ini. Jadi selama ini perasaanku hanya dipermainkan oleh seseorang. Aku mencintainya dengan setulus hati tetapi itu semua hanya sebuah permainan.Esok harinya aku berangkat sekolah seperti biasa. Aku melihat Woohyun yang sedang menungguku di gerbang sekolah. Aku berjalan dengan menunduk tanpa melihatnya. Untuk apa aku berurusan dengan orang yang telah mempermainkan perasaanku seperti ini.Kudengar derap kaki Woohyun yang berusaha mengikuti dari belakang.
"Jung Se Na! Apa kau tadi sengaja tidak melihatku?"
Ucap Woohyun. Sebenarnya hari ini aku sangat kesal dengannya bahkan melihat wajahnya saja ingin muntah. Aku tak merespon ucapan Woohyun dan malah mempercepat langkah ku menuju kelas. Sesampainya dikelas aku merasa lega karena Woohyun tidak mengikutiku sampai dikelas.
"Jung Se Na. Sepertinya tadi Woohyun Seonbae memanggilmu." Susul In Jung yang ternyata sedari tadi mengekor dibelakangku.
"Arra."
"Lalu kenapa kau menghindarinya? Kau sedang ada masalah dengannya ya?"
"Menurutmu? Sudah jangan membicarankannya aku sedang tidak mood jika mendengar namanya."
"Aigoo. Kau ini jika ada masalah bicaralah jangan dipendam sendiri." Omel In Jung. Tapi tetap saja ku acuhkan omongannya. Aku benar benar kesal dengan sikap Woohyun. Aku benar benar membencinya saat ini.
Bel istirahat berbunyi nyaring. Nampak semua murid kegirangan dan segera menuju kantin. Begitupun dengan In jung dan Min Ah mereka juga antusias untuk mengajakku makan dikantin. Kurasa moodku sudah kembali. Kini aku ikut mengobrol dan bersenda gurau bersama In Jung dan Min Ah.
"Annyeong. Boleh aku duduk disini?" Aku yang mendengar suara itu langsung menatapnya tajam. Baru saja moodku kembali kenapa kau menghancurkannya lagi.
"Ah ne, duduklah." Wajahnya terlihat seperti orang yang tidak bersalah sama sekali. Apa dia belum sadar dengan perilakunya dan membuatku seperti pembantu pribadinya. Aku segera beranjak dari meja ini.
"Jung Se Na, kau mau kemana?" Tanya Min Ah. Kini In Jung,Woohyun, dan Sunngyu pun ikut menatapku heran.
"Aku mau jalan jalan."
"Tapi makananmu kan belum kau habiskan. Biasanya kau selalu menghabiskan makananmu tanpa sisa."
"Aku sedang tidak mood saja."
"Yakk!-"
Belum selesai Min Ah bertanya ,aku meninggalkan mereka semua. Aku lalu berjalan tanpa tujuan dan langkahku terhenti ketika menemukan tempat duduk yang rindang dibawah pepohonan. Aku sejenak merenungkan tentang hubunganku dengan Woohyun. Sebenarnya aku ini dianggap apa oleh Woohyun. Tidak kusangka ia sangat tega melakukan ini kepada seorang gadis.
"Kenapa kau sendirian disini? Kau tidak makan bersama kedua sahabatmu?" Aku terkejut mendengar suara tersebut. Ku kira di pojok lapangan basket ini hanya ada aku.
"Myungsoo seonbae. Kau?"
"Aku mengejutkanmu ya? Mian."
"Gwenchana"
"Kau sedang apa disini dan kenapa wajahmu muram?"
"Aku kesal dengan Woohyun seonbae. Setiap aku mencoba menghindarinya dia selalu saja muncul dihadapanku. Dan satu lagi melihat wajahnya saja membuat moodku rusak. Jadi aku pergi saja kesini."
"Ah sepertinya hubungan mu dengan Woohyun jadi renggang karena aku ya?"
"Anniya. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Justru karena mu aku tau sifat aslinya Woohyun."
"Tapi tetap saja kan. Mianhe Se Na."
"Sudah kubilang ini bukan salahmu seonbae." Aku tersenyum melihat Myungsoo.
"Umm.. Aku punya cara untuk melampiaskan moodmu yang buruk itu."
TBC....
Jangan lups Vomment ya gaess.