#288
10 Oktober, 21:53
Kali ini ayah yang bertengkar denganku. Dia berteriak kepadaku, mengutarakan seberapa tidak bersyukurnya aku sebagai anak, dan bilang kalau dia muak dan lelah karena aku selalu bersikap seperti selama ini. Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Jadi aku berlalu menuju pintu rumah lalu membantingnya sekeras yang mungkin aku lakukan. Aku berjalan pergi, menyusuri jalan-jalan, berharap untuk bisa pergi ke rumah Cameron seperti yang dulu selalu aku lakukan ketika kami masih bersama, tapi tentu aku tidak melakukannya begitu ingat bahwa "kami" sudah tidak ada lagi.
Satu-satunya tempat yang aku temukan ialah bangku di taman dimana Cameron memintaku menjadi kekasihnya. Aku duduk di sana selama berjam-jam, mendengarkan musik, dan entah mengapa, lagu yang terus aku putar berulang-ulang hanyalah You Found Me milik The Fray.
#289
11 Oktober, 22:05.
Aku memutuskan untuk memberitahu Cameron segalanya. Mungkin dia akan memaafkanku karena telah bersikap seperti seorang pengecut. Atau mungkin sebaliknya. Yang aku tahu hanyalah, aku tidak pantas memiliki orang sepertinya dalam hidupku. Dia layak untuk mendapatkan seseorang yang dapat memberikan segala yang dia inginkan. Aku tahu seburuk apa rasanya untuk bertahan di tengah-tengah kegelapan... Tidak dapat melihat apa pun yang ada di sekitarmu. Jadi begitulah. Aku sekarang ingin menjadi berani. Tapi meskipun demikian, memikirkan kemungkinan untuk menjadi berani itu, membuatku takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things I Could Never Tell You [Translation in Bahasa Indonesia]
Teen FictionVersi asli buku ini diterbitkan melalui wattpad dalam Bahasa Inggris oleh @invisiblilly , dengan judul yang sama "Things I Could Never Tell You" pada tahun 2015. Separuh bagian dari dunia ini bertahan selayaknya seharusnya, namun, bagian yang lain...