Chapter 1 : Insiden Ospek

5.3K 116 19
                                    

"Gue benci gelap, dan gue bakal ngebenci apapun tentang gelap"

Lampu sudah sedari tadi dimatikan. Penjaga sekolah, pembina OSIS, senior OSIS, dan seluruh siswa-siswi baru kelas X sedang berkutit dengan alam mimpinya. Hanya segelintir orang yang masih membuka mata, melihat sekitar, menjaga sekeliling, itupun senior OSIS, dan sekelompok anak yang ngobrol gak karuan, sejenis spesies anak calon pelanggar aturan sih kalau yang kayak gitu.

Hanya lampu toilet, pos satpam, dan ruang guru yang menyala. Dan seperti yang tadi dikatakan, anak kelas X yang berani membuka mata hanyalah calon-calon pelanggar aturan.

Daaaaan, aliran listrik terputus. "Please... siapa pun tolongin gue...!!!!" pekik Mira dengan teriakan keras.

"Kenapa lo?" ucap Arfan yang tiba-tiba muncul di hadapan Mira.

Tanpa fikir panjang, kedua tangan Mira melingkar persis di tubuh Arfan. Yap, Mira memeluk Arfan tanpa aba-aba. Terdengar isakan tangis yang sedikit disembunyikan di balik dekapan Arfan. "G-G-Gue, ta-tak-takk-takut gelap"

"Nih-nih, gue nyalain senter. Udah lo tenang aja"

"Astaga...!!!!! Ini apa-apaan malem-malem mojok di toilet" ujar Bu Neli. Entah sejak kapan ia ada di sana.

"Tadi kan aku tuh ke toilet ya bu. Ngedenger ada siswi teriak-teriak ya aku samperin dong bu"

"Udah, lepas-lepas. Jangan main peluk-pelukan segala. Bukan muhrim tau gak!"

"Iya bu, lagian dia kok yang meluk bukan aku"

Mira yang masih terdiam tidak menanggapi apa-apa. Tubuhnya lemas dan tampak pasrah kala Bu Neli menarik tubuhnya dari dekapan Arfan. Dan ternyata, Mira kena demam. Maklumlah, Mira memang sangat takut gelap. Ia lebih memilih untuk ngerjain 100 soal HOTS matematika daripada harus berhadapan dengan sesuatu yang dinamakan gelap.

-Gubrak-

Tubuh Mira terkapar tak berdaya, pingsan. Bu Neli panik dan tak tahu harus berbuat apa. Arfan akhirnya memberikan senyum miring, senyum tanda kemenangan, "gak apa-apa bu, biar saya yang bawa Mira ke UKS".

"Iya-iya, cepetan"

Niken, Irlen, dan Tara geng baru Mira di sekolahan baru yang juga belum memejamkan mata merasa syok kala mendengar keributan kecil. Dengan modal nekatnya, mereka berlari menuju sumber keributan, UKS.

Meskipun sedereten hukuman telah berkali-kali menghantui fikiran mereka karena melanggar aturan. Pertama, tidak tidur tepat waktu. Kedua, keluar dari barak tanpa surat izin dari senior. Namun, mereka tetap nekat untuk memasuki UKS.

"Nih, kenapa Mira?" dengan nafas tersenggal-senggal Niken bertanya.

"Pingsan. Gitu aja nanya", dengan nada yang sangat datar Arfan bersuara. Seolah-olah ini bukanlah masalah berarti.

"Yaampun Mir, lo kenapa pake pingsan segala sih. OMG, mana di sini gak ada pangeran ganteng yang akan nyembuhin lo lagi! Hadeh.. parah lo Mir!" lagi-lagi tingkat dramatis ala korea Irlen muncul. Tahu kan, Irlen tuh apa-apa pasti disangkut pautin sama Korea. Waktu pertama mereka berempat ketemu pun, Irlen selalu aja nge-stalk oppa koreanya. Bukan oppanya dia juga sih.

"Lo gak liat, gue tuh pangerannya. Lagian dia pingsan juga pas abis meluk gue yang super ganteng ini", lagi-lagi ucapan D kuardat alias dingin dan datar kembali meluncur mulus dari mulut Arfan.

"Haaaaaahhhhhh... apa lo bilang?" ucap mereka kompak.

"Permisi-permisi, nih petugas kesehatan mau lewat" dengan kepala UKS yang berjalan di belakang Bu Neli yang memecah kerumunan siswa.
Arfan segera bergegas pergi, tapi Niken, Irlen, dan Tara masih terus mengoceh. Bagaimana mungkin ia langsung percaya pada ucapan Arfan. Ya walaupun dia emang ganteng sih. Tapi ucapannya "Pingsan abis meluk Arfan" emang bener-bener gak bisa dipercaya.

Mendadak, mereka membenci sosok Arfan, si kasanova SMA yang sempat mereka kagumi beberapa hari terakhir ini.

"Gimana bu, Mira sehat kan?"

"Mira sehat kok cuma pingsan biasa aja, jangan khawat----" ucapan Bu Neli terputus, semacam teringat sesuatu, "Eh eh eh.. kalian kok bisa tahu Mira sakit? Kalian kok ada di sini? Tadi ibu lihat penjaga barak sudah tertidur? Kalian ngelanggar aturan ya? Masih MOS udah berani ngelanggar? Mau jadi apa nanti hah? Perempuan kayak gini belum tidur? Lihat gak sekarang jam berapa? Hah?"

Sederet pertanyaan terlontar bertubi-tubi, nada ucapannya tinggi dan menakutkan. Bahkan lebih menakutkan dibanding hantu yang mereka bayangkan malam ini. Tangannya menunjuk-nunjuk, sambil berjalan dan membuat Niken, Irlen, dan Tara berjalan beberapa langkah ke belakang. Sorot matanya sangat tajam, bahkan sampai tidak memperlihatkan sisi kewanitaannya sedikit pun.

"Soalnya gak ada kasur empuk sih bu. Apalagi boneka" Tara berucap memecah keheningan.

"Eh bukan bu, maksud Tara gak ada poster oppa korea untuk ditatap"
Bu Neli terlihat semakin geram, melebihi kegeramannya beberapa detik lalu. Dan mereka bertiga, seperti sedang terhimpit oleh monster mengerikan.

"Enggak Bu, maksud Tara dan Irlen kami belum bisa tidur karena kangen sama ayah dan bunda di rumah"

"Sudah, saya tidak mau tahu. Sekarang kembali ke barak! Dan ingat, besok penjaga sekolah akan saya liburkan, dan kalian harus menggantikan tugas mereka!"

"B-Baik bu" sambil mengangguk dan berlari.

"Dasar! Perempuan aja udah berani. Apalagi laki-laki!"

Amygdala [COMPLETED]Where stories live. Discover now