Hate! Hate! Hate!
Itulah kata-kata yang kuketik di Microsoft Wordku. Jika kujadikan novel, Akan kupastikan Aku akan memberinya judul 'Hate!'. Kenapa? Karena isinya kata 'Hate!' semua, hahaha!
"Dih, napa Lu ketawa?" Tanya Nathan sambil mengaduk es campur---sebelum ia meminumnya.
Kukuncupkan tangan kananku, lalu memekarkannya dengan cepat sambil berkata "KEPO!!" dengan nada tinggi. Nathan yang kaget langsung tersedak.
"Uhuk uhuk.. gi uhuk..la uhuk uhuk.. Lu ya... uhuk uhuk.."
Aku yang malas mendengar batuknya Nathan langsung berdiri. "Terserah deh, Aku mau ke rumah Karin. Daah..."
Setelah memakai sandal, kupetik rerumputan yang ada dihalaman rumahku. Sambil berjalan menuju rumah Karin, kubentuk rerumputan itu menjadi sebuah mahakarya. Ya, seperti mahkota vintage gitu, tapi hasilnya bagus kok. Karena dibuat sepenuh hati dengan kegabutan yang menyertai.
"Lea!" Teriak Karin setelah melihatku memasuki gerbang rumahnya.
Kunaikkan sebelah alisku. Ya anggap saja Aku lagi malas bicara.
"Ngapain?" Tanyanya.
"Ngesot." Jawabku seadanya.
"Dih, jahat Lu!"
Segera kulepas sandalku. "Yee, udah tahu kalau Aku lagi jalan, masih saja bertanya. Aneh kamu!"
"Oiya, ini ambil." Lanjutku sambil menyerahkan mahkota rumput tadi.
"Apa ini?"
"Hidung babi."
"Etdah, sadis amat, Lu!"
"Bodo!" Ucapku sambil menggeser duduk disamping Karin. "Panas ya, Rin?"
"Wuih, dingin banget coeg. Menggigil Gua."
"Sakit lah kau. Eh, ke kamar, yuk? Kamu punya cemilan, kan? Sekalian bawain es mabuk, ya!"
"Hah? Es mabuk? Apaan tu, Ley?"
"Hallah, itu loh es yang dicampur-campur."
"Es campur?"
"Es mabuk, Kariin.. Minumannya orang kaya itu loh."
"Es teller, dodol!"
"Sejak kapan dia ganti nama?"
Karin diam. "Kamar, yuk?"
"Hayuk lah."
YOU ARE READING
Boy in Rain with Umbrella
Teen FictionJanuari. Dimusim hujan ini Aku sering melihat cowok misterius itu. Kulihat sekilas, matanya biru, bibirnya tipis, dan rambutnya berwarna hitam. Suatu hari, Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Dan hari demi hari mengantarkanku untuk lebih dekat den...