Beberapa bulan sudah terlewati, dan aku terus membiasakan diri untuk tidak menaruh harapan---apapun---lagi---pada Sehun---dan kini hanya fokus pada pelajaran yang kudapatkan disekolah. Sehubung aku adalah anak 'beasiswa', mau tak mau aku harus rajin dan lebih giat lagi dari siswa-siswi yang lain. Nilaiku harus selalu sempurna. Hadir tanpa pernah absen. Dan tentu saja berprilakuan baik.
Omong-omong, sekarang juga aku sudah mulai membiasakan diri untuk berbaur dengan yang lain. Wendy yang melihat perubahanku sangat antusias, tentu saja. Sekarang temanku bukan cuma Wendy saja. Aku sekarang banyak berteman dengan anak-anak dari kelasanku, kelasan lain, adik kelas dan bahkan kakak kelas.
Salah satunya adalah; Chanyeol sunbae.
Ah, sayang sekali Chanyeol sunbae tidak mau ada kata 'Sunbae' dibelakang namanya. Dia ingin aku memanggilnya Chanyeol saja atau 'Oppa' biar lebih akrab dan terdengar dekat, katanya.
Aku tersenyum.
Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa tersenyum lagi tanpa beban apapun.
Selama ini aku baru menyadari, bahwa beban yang membuatku sukar tersenyum dan terkesan suram adalah karena 'dia'. Oh ya ampun.... Aku bahkan tidak ingin mengucapkan namanya.
"Selalu saja melamun,"
Aku tersentak kaget. Suara familliar itu berhasil membuatku menoleh dan kini mendapati Chanyeol Oppa sudah duduk disebelahku. Tatapanny lurus kedepan, tapi senyum tak luput dari wajah tampannya.
Aku terkekeh.
"Dan seperti biasa, kamu mengacaukan lamunanku. Padahal tadi sedang seru,"
Chanyeol Oppa menoleh. Dia mengernyit tak suka kemudian mencubit gemas kedua pipiku. Ah, ini dia kebiasaannya yang tidak kusukai; mencubit pipiku dengan sangat gemas hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Sakit. Huhuhu.
"Yak, Oppa! Kamu ini apa-apaan sih? Pipiku sakit, tahu! Nanti melar, lepaskan!"
"Shireo. Itu balasan yang setimpal untukmu karena sering melamun. Lagipula, apa yang seru dari melamun? Benar kata Wendy, kamu ini sedikit aneh,"
Chanyeol Oppa akhirnya melepaskan kedua tangannya dari pipiku dengan kekehan kecil. Aku mengusap-usapa pipiku sambil merengut. Benar, kan? Meninggalkan bekas kemerahan. Sakit, dan pasti jadi semakin melar melebihi pipi Wendy.
Aku memukul lengannya dengan sedikit keras. "Tidak lucu, Chanyeol Oppa! Memangnya kalau pipiku melar dan jadi seperti bakpau kamu mau tanggung jawab? Aish,"
Dia tertawa, nyaris terbahak. Aku mengernyit dan menggerutu. Tidak ada yang lucu, kan? Lalu kenapa dia tertawa? Lihatlah, bahkan saking keras tertawanya airmata sampai bergemerul disudut matanya.
"Kenapa kamu lucu sekali, sih? Kamu juga sangat polos. Aku jadi tidak tahan untuk tidak tertawa. Hahahaha!"
Chanyeol Oppa kembali tertawa.
"Aish, lanjutkan saja Oppa, lanjutkan. Kamu bisa mendadak mati karena tawamu sendiri. Konyol sekali,"
"Aku tidak akan mati karena tertawa, GomDoli. Dan lagi, jangankan karena telah membuat pipimu melar seperti bakpau, kamu mengalami apapun karena diriku; pasti tanpa pikir panjang, aku akan tanggung jawab, Arraseo?"
Aku terdiam. Mendadak, suasana antara aku dan Chanyeol Oppa menjadi canggung. Sebenarnya, hanya aku yang canggung disini. Chanyeol Oppa sepertinya tidak begitu. Tapi tetap aja ini....
"Kang Seulgi...."
Sebelum menoleh ataupun menjawab, Chanyeol Oppa sudah lebih dulu bersimpuh dihadapanku. Dia menggenggam kedua tanganku dengan erat. Aku bingung sekaligus gugup. Entah apa yang saat ini tengah dia lakukan. Ini seperti.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You [Seulhun]
Fanfictionini bukan kisah romansa, apalagi fantasi. ini cuma tentang seseorang yang selalu mensemogakan sesuatu agar menjadi nyata. ini tentangku, si gadis yang teramat biasa, yang dengan lancang menyukai seseorang yang sesempurna dia. ini aku, Kang Seulgi, y...