Part 20

16 2 0
                                    

"Haiii.. perkenalkan aku Chris, kata bokir. Fans ku diindonesia banyak banget. Benarkah??" [Kedip-kedip]

"Volmerrr..... mana pizza ku? Kau menghabiskannya??"
"Rasakan ini!!" [bogem melayang]

"Sorry girls... aku harus beli pizza dulu. Bye" [kiss-kiss]

________________________________________________


Josh mengerang dari kesadarannya, dokter Mario berpaling ketika sedang membersihkan peralatannya. Lalu meninggalkan Josh berdua dengan Simon.

“Kau mungkin akan terkejut mengetahui yang satu ini. Semoga aku tak salah menebaknya.”

Rasa nyeri dibahunya sedikit membaik, ia pun memaksakan tubuhnya untuk duduk. Simon menghampirinya dengan membawa sesuatu di baki.

“Coba kau teliti sendiri, aku yakin itu bukan senjata yang sering dipakai anggota Triad Cina. Peluru ini berulir.”

Josh menengadah sesaat ketika Simon itu berbicara, lalu matanya tertuju pada sebuah peluru berdarah di baki. Ia pun langsung mengangkat peluru itu di depan mata lalu menimang-nimangnya.

“Peluru besar menimbulkan kerusakan besar pada bagian tubuh tertentu, panjang 4,5mm dengan kekuatan dua kali lipat dari revolver biasanya. Moran mendapatkannya dari seseorang” Jelas Josh membuat Simon mengangguk-angguk.

Satu yang dapat membedakan itu semua.

“Sebuah ukiran yang sangat fenomenal.” Kekeh Josh diiringi dengan senyuman Simon. Tahu jika senjata dari peluru ini sangat tak asing.

“Kau sudah tau siapa dibalik semua ini. Aku hanya berharap jaga dirimu. Melawan mereka bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi ini hanya karena seorang gadis.”

💣💣💣

Entah kerasukan roh halus apa, Kendall mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu menghentakan telapak tangannya pada pipi Chris. Kendall tak peduli seberapa sakit tamparan itu, karena itu setara.

“Sial!! Why you slap me beib??”

“Lantas apa yang pantas untuk seorang bajingan seperti mu? You sonofbitch.”

“Woaahhh... kau sangat berani.”

Chris langsung terdiam ketika mendapatkan tatapan buas dari singa lapar itu.  Well, i’ll never do it again.

“Pertama, kau tak boleh melakukan itu lagi tanpa izin. Kedua, berdiam lama-lama di dalam air sangat tidak dianjurkan kecuali kau ingin merasakan kelumpuhan otot secara tiba-tiba. Ketiga, jangan tebar pesona!!” sentaknya membuat gendang telinga Chris berdengung, seperti ada ribuan kelelawar meneriakinya.

Kendall melangkah lebar ke dalam ruangan meninggalkan Chris yang mencak-mencak di dalam air,  dan ia hampir saja terjungkal setelah bertubrukan dengan Josh.

“Howaaastaga.... kau mengagetkanku.” Sontak Kendall memantul kebelakang setelah mengenai lengan Josh.

“Apa itu sakit?” ucapnya lagi terpaku pada perban dibahu Josh.

“Tidak, tapi aku masih bisa menikmati rasa sakitnya.”

Josh menganggukkan kepalanya pada Chris mengumumkan bahwa dia baik-baik saja setelah oprasi kecil itu. Kendall langsung menyeret tangan Josh dan langsung memperlihatkan kalung berlian itu padanya.

“Aku tau kau yang mengambilnya ketika kau berkelahi dengan Moran tadi. Tidak ada yang tau dimana berlian itu kecuali kau telah mengetahuinya sejak awal dan mencari kesempatan agar Moran menyerangmu lalu kau bebas mengambil ini. Kemudian entah racun apa yang sedang kau minum sehingga memasukkan itu ke saku jaket milikku.”

“Setidaknya jika aku mati berlian itu ada di tangan yang tepat.”

Karena sungguh, ia mendapatkan kalung berlian itu dengan susah payah. Gemorra bahkan berpesan, jika berlian itu memiliki sejarah kelam dan banyak jiwa yang melayang hanya untuk memperebutkannya. Segila apapun Gemorra ia selalu percaya pada Josh, bahwa Josh lah orang yang tepat untuk mendapatkannya. Karena sbuah alasan.

“For God’s sake!! Aku tak akan membiarkan mu mati konyol. Matilah seperti orang terhormat, itu cita-citaku.”

          

Bisa saja bagi Kendall membuat Josh tersenyum dan itu terjadi sangat singkat.

“Kemampuan menebak mu sungguh luar biasa Kendall, kau selalu tau apa yang aku lakukan.”

“Sepertinya kau salah... karena sekarang aku tak tahu apa yang akan kau lakukan? Kau telah membahayakan keselamatan Caroline.”

“Sejak kapan kau peduli pada nyawa seseorang?” ucap Josh sambil merebahkan dirinya diatas sofa.

Kendall gelagapan karena pertanyaan itu, yang jelas Kendall adalah manusia yang memiliki rasa peduli apalagi jika orang itu tak bersalah.

“Apa menurutmu meninggalkan seorang gadis yang menaruh harapan besar padamu adalah sebuah tindakan benar? Kau tak bisa begitu saja melepaskan Caroline pada Moran.”

“Tak ada yang perlu kau khawatirkan Kendall, Moran mencintainya. Biarkan Caroline seperti itu agar bisa menerima semua keadaan.”

Yeahh... lihatlah berapa topeng yang kau pakai hari ini Josh, di awal kau hanya memberi harapan palsu pada seseorang dan pada akhirnya kau mencampakannya begitu saja. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kau sama saja dengan Sergio.

Kendall melemparkan kalung berlian itu tepat pada luka Josh yang terluka sehingga ia mengerang.

“Bastard!!”

Kendall melenggang pergi ke lantai atas, rintik air berjatuhan dari pakaiannya sepanjang jalan menuju ke kamar. Ia menemukan tiga mahluk tengah duduk di sofa panjang sambil menatap lurus ke arah tv yang TIDAK menyala, tidak ada suara yang keluar dari ketiga mulut itu. Mereka hanya terdiam memikirkan apa yang pantas diajadikan topik pembicaraan.

Ck, bagaimana mungkin mereka akan menjadi ayah? Menghibur calon ibunya saja tak bisa!

Alex menoleh ketika Kendall melewatinya tergesa-gesa.

Orang bodoh macam apa tengah malam yang dingin seperti ini berenang di kolam? Ck... Sadako.

Kendall sampai di kamarnya, ia langsung mencari handuk dan melucuti semua pakaiannya. Dari salah satu semua kamar di mansion ini, hanya yang ditempati Kendall yang paling kecil. Ia memilihnya karena tak ada lukisan-lukisan aneh di dalamnya, juga ruangannya cukup terang jika dipagi hari karena jendela tepat menghadap kearah timur. Sehingga ia tak perlu lelah-lelah ke atas bukit untuk melihat sunrise.

Handuk terlilit ditubuhnya, ia membuka ikatan rambut yang kusut dan sempat membuatnya meringis. Lalu tangannya meraih sebuah tas. Semua barang itu masih ada disana, Kendall mengeceknya satu per satu. Dimulai membuka dengan kotak kacamata, lalu senjata yang merangkap makeup. Dan lensa kontak yang masih gersimpan rapi di tas.

Akan tetapi ia merasa ada yang kurang, sejenak terdiam sambil berpikir. Tangannya bergerak ke arah wajah. Ia mengelus pipinya perlahan dengan pikiran yang masih bingung. Lalu perlahan telunjuknya bergerak ke telinga, tetap bertahan disana dan merabanya sedikit terburu-buru.

“Dimana anting ku? Sial!!”

💣💣💣

Sejak tadi kedua pria itu menatap punggung Kendall bersamaan. “Dia hobi sekali mengumpat.” Ujar Chris.

Awalnya, Josh ingin semua berjalan sesuai rencananya. Kehilangan Caroline sungguh membuatnya tak berpikir banyak untuk mengambil kembali berlian itu. Terpaksa ia harus memanfaatkan kesempatan itu meski Josh harus kehilangan Caroline.

Dan entah mengapa ia sedikit tak rela. Setelah malam singkat itu, Josh bisa merasakan sebuah kenyamanan yang berbeda.

“Kau mendapatkan sesuatu Chris?”

Chris menghela nafas “Aku telah salah menilai gadis tua itu. Dia memang sangat berbahaya.” Gezzz...tapi aku terlanjur mencintainya. Selanjutnya Chris menyerahkan sebuah anting pada Josh.

UnderCoverDonde viven las historias. Descúbrelo ahora