Kenang-Kenangan Musim Panas

128 2 0
                                    


Hikari menghirup sebanyak mungkin udara dalam sekali tarikan nafas. Matanya memejam, kedua tangannya direntangkan. Angannya berkelana liar, terbang melintasi waktu menuju kenangan masa lalu yang mulai samar.

Sayup-sayup alunan nada deburan ombak di hadapannya menjadi simfoni kerinduan. Sapuan lembut gelombang kecil pada kakinya yang telanjang mendekapnya erat dalam kehangatan masa silam.

Satoshi...

Satu nama dengan ribuan kisah. Ditambah dengan segala suasana membuatnya merasa seakan-akan pemuda itu akan ada di belakangnya. Merentangkan tangan seperti dirinya, sambil mengulum senyuman manis yang penuh pesona.

Tetapi tidak.

Hikari membuka matanya. Sudut kenyataan dalam kepalanya mengembalikan kesadarannya. Lantas kedua tangannya diturunkan, seiring dengan kekosongan yang langsung menerpa jiwanya. Hal yang akan selalu terjadi bila ia membiarkan dirinya terbang terlalu tinggi dalam angan kenangan.

"Hikari-chan!"

Seruan itu menyelamatkannya dari pikiran-pikiran yang menyakitkan. Gadis itu berbalik menyambut seorang perempuan berbalut kimono sederhana dengan sanggul yang sudah acak-acakan, sedang berlari ke arahnya.

"Misa-neesan."

Perempuan itu, Misa, membungkukkan badannya, terengah-engah begitu sampai di depan Hikari. Mencoba mengambil nafas yang hilang akibat berlari.

"Ternyata kamu di sini. Aku mencarimu ke mana-mana."

Hikari menatapnya bingung. "Apa ada sesuatu yang terjadi, Oneesan?"

Misa menggeleng. "Bukan. Bukan. Kami sedang memotong semangka yang baru dipanen. Ayo kau pulang dulu. Kalau nanti-nanti, semangkanya keburu habis dimakan Ryota."

Hikari tersenyum. "Ryota kan masih kecil. Apa bisa makan sebanyak itu?"

"Kau belum tahu saja." Misa kedengaran serius, tetapi juga geli. "Dia sama saja dengan ayahnya. Tukang makan!"

Hikari tersenyum lagi. Sangat menikmati cara Misa membicarakan suami dan anaknya. Ia menggerutu, tetapi kedua bola matanya memancarkan kasih sayang mendalam.

Mendadak sepotong wajah penuh senyuman terbersit di kepalanya. Menyesakkan. Menimbulkan satu pertanyaan untuk hatinya tanpa bisa dicegah otak sadarnya.

Bila aku bersamanya, apa kelak aku akan seperti Misa-oneesan bila membicarakan dia?

Rasa bersalah menyergapnya lagi seperti kutukan yang tak ada obatnya. Bagaimana bisa ia memikirkan orang lain, sementara sekarang ia sedang dalam perjalanan mengenang Satoshi!

"Hikari-chan? Apa kau baik-baik saja?"

Ah, rupanya ia menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar. "Y...ya, Oneesan. Aku cuma kepanasan. Sepertinya butuh dua atau tiga potong semangga untuk mendinginkan tubuhku."

Misa tersenyum melihat tingkah gadis itu. Kata-katanya selanjutnya membuat kedua pipi Hikari bersemu merah. "Kamu memang gadis lucu, Hikari-chan. Pantas saja dulu Satoshi tergila-gila padamu."

***

Hikari berkumpul bersama keluarga Satoshi di teras belakang rumah keluarga Yamada, menikmati semangka yang dibelah Ichirou, kakak ipar Satoshi. Tidak pernah ada kecanggungan di antara dirinya dan anggota keluarga itu. Karena dulu ketika Hikari dan Satoshi masih menjalin hubungan, hampir setiap musim panas mereka datang mengunjungi rumah ini. Kebiasaan itu terhenti setelah kecelakaan pesawat terbang yang dialami Satoshi dua tahun silam.

"Tambah lagi, Hikari-chan?" tanya seorang perempuan setengah baya berperawakan mungil yang adalah ibu Satoshi, Akane.

"Tak usah, Obasan. Terima kasih." Hikari memang sudah kenyang. Apalagi ia sempat memergoki Ryota berkali-kali melirik penuh minat dua potong semangka yang tersisa, walaupun sebelumnya bocah sepuluh tahun itu sudah melahap tiga potongan besar.

Kumpulan Cerita LamaWhere stories live. Discover now