Sudah beberapa kali aku melirik ponsel yang tergeletak di depanku. Tapi, sesuatu yang kutunggu tak muncul juga. Lantas, aku memikirkan sesuatu. Bagaimana kalau aku duluan yang mengirim pesan ke Farhan?
Belum sempat aku tergerak untuk mengirim pesan ke Farhan, layar ponselku tiba-tiba menyala, kemudian terdengar bunyi notifikasi dari Line. Senyumku mengembang. Dengan penuh semangat, aku membuka aplikasi tersebut.
Della Evarizka : Dita, besok ulangan matematika, kan? Yang mana aja yang dipelajarin?
Senyumku memudar. Ternyata, bukan Farhan.
Pramudita Agalia : Pelajarin aja yang ada di buku catatan. Oh, sama yang di buku latihan juga.
Della Evarizka : Oke, deh. Thanks, Dita :)
Aku hanya membaca pesan dari Della. Lalu, menghela napas. Kenapa Farhan tidak mengirim pesan ke aku, ya? Oh, jangan-jangan dia lagi belajar. Besok 'kan ulangan matematika.
Tak lama kemudian, pintu kamarku terbuka. "Dita, belajarnya sudah selesai, belum? Makan malam-nya sudah Ibu siapin tuh," ujar Ibu.
"Iya, bentar lagi, Bu," jawabku.
Aku menatap sebentar layar ponselku. Lalu, kembali meletakkan-nya di atas meja belajar. Aku beranjak dari kursi, kemudian keluar dari kamar untuk menuju ke meja makan. Ternyata, Ibu sudah menungguku di sana.
Aku memakan makananku dengan sedikit tergesa-gesa. Ibu yang melihatku lantas berkata, "Buru-buru banget makannya."
Setelah meneguk habis segelas air putih, aku terkekeh. "Dita belum selesai belajar, Bu."
Padahal, yang sebenarnya adalah aku ingin cepat-cepat berada di kamar, dan mengecek notifikasi yang masuk di ponselku. Siapa tahu aja, Farhan sudah selesai belajar dan langsung mengirimku pesan.
"Dita masuk ke kamar, ya, Bu. Selamat malam."
Ketika masuk ke kamar, tentu saja aku langsung mengambil ponselku yang berada di atas meja belajar, lalu melangkah menuju kasur untuk duduk di pinggirnya.
Aku menyalakan layar ponselku, dan ternyata nihil. Sama sekali tidak ada notifikasi.
Ah, mungkin Farhan belum selesai belajar.
Aku memutuskan untuk berbaring di kasur. Layar ponsel tidak kubiarkan meredup. Daftar obrolan di aplikasi Line senantiasa menghiasi layar ponselku.
Aku terus menggulirkan layar ponselku dari atas ke bawah, bawah ke atas, hingga seterusnya seperti itu, berulang-ulang. Berharap Farhan mengirimku pesan.
Namun, hingga dua jam ke depan, hanya pesan dari Official Account yang masuk ke ponselku, tidak ada pesan dari nama Aqib Farhan.
Aku membuka kolom obrolanku dengan Farhan. Tidak ada yang berubah. Bahkan, pesan terakhir yang aku kirim kepada Farhan kemarin malam belum dibacanya.
Bagaimana kalau aku duluan yang mengirim pesan ke Farhan?
Pertanyaan itu lagi-lagi terlintas di pikiranku.
Tapi, bagaimana kalau nanti Farhan merasa terganggu? Kalau dia belum selesai belajar, nanti konsentrasinya akan pecah karena pesan dariku.
Ya sudahlah, aku tunggu saja.
Sampai akhirnya, aku ketiduran.
***
"Tunggu sebentar! Kamu bawa bekal ini, nanti kamu pingsan lagi karena gak sempat sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
TULIPS ✔
Teen Fiction[SELESAI] "Dari kejadian yang kualami di masa itu, aku sadar bahwa: cinta yang sempurna itu bukan hanya tentang perasaan aneh yang tiba-tiba saja muncul, melainkan persiapan hati agar terus menetap, persiapan pikiran agar tidak mengingkar, juga pers...