7 | ORANGE

534 77 7
                                    

Matanya tertutup rapat penuh paksa. Jantungnya memompa lebih cepat. Tarikan nafasnya juga terdengar cepat. Tangan itu masih belum terlepas dari bibirnya. Rasa takut menyeruak keseluruh bagian kepalanya. Suara isakan terdengar dari bibirnya yang tertutup.

SeungYoon melepaskan tangannya dari mulut Rosè, ia tak menyangka Rose akan menangis.

"Ini—ini aku SeungYoon" ucapnya sedikit panik "Maaf, aku tidak menyangka kau akan ketakutan" lanjutnya penuh menyesal.

Gadis itu menyandar pada dinding dibelakangnya dan menatap SeungYoon tidak suka "Kenapa kau melakukan itu?"

SeungYoon tak mendengar Rosè. Kepalanya terasa pening seakan-akan pecah dan terbelah dua. Mungkin ini akibat ia berlari di saat derasnya hujan kemarin setelah mengantarkan Yein pulang. Ia menempelkan tangannya pada dinding di samping Rosè bersandar. Membagi tumpuan berat dikakinya.

"Aku tidak suka kau memperkenalkanku pada perempuan lain. Saat ini aku menyukai seseorang"

Rosè memalingkan wajahnya yang memerah. Dia tidak mendengar apa yang SeungYoon katakan—dampak dari wajah mereka yang memakan jarak. Hembusan dan tarikan nafas berat  SeungYoon mengenai lehernya. Rasanya geli dan panas.


"Aku su—"

Panas?

Rosè berdiri tegak, tangannya terulur pada dahi SeungYoon. Rasa panas dari dahi SeungYoon menjalar pada punggung tangannya.

Karena panik, Rosè tak memperdulikan wajah mereka yang begitu dekat "Demammu sangat tinggi. Ayo ke ruang kesehatan"

Tak terbayang jika tubuh kecil Rosè harus memapah seorang laki-laki tapi itulah faktanya. Rosè memapah tubuh tinggi SeungYoon dengan susah payah. Bahkan mereka berhenti beberapa kali untuk sampai di ruang kesehatan.






One Step Like You More





Setelah perjuangan yang penuh  keringat akhirnya mereka sampai di ruangan kesehatan. Rosè segera membaringkan laki-laki di sebuah belangkar terdekat. Rosé berlari kesana-kemari mencari keberadaan dokter yang bertugas, namun tetap ia tidak bertemu.

"Aku akan mencari termometer dan obat" setelah berkata Rosè langsung berlari ke arah lemari kaca yang sama tinggi dengannya. Mengobrak-abrik isi lemari itu.

Tak berlangsung lama, Rose kembali berdiri disamping SeungYoon yang terbaling lemah. Ia menyentuhkan termometer itu pada leher SeungYoon "38 derajat, tinggi sekali"

"Kau sudah makankan?" SeungYoon mengangguk menanggapi.

"Bangunlah. Minum obat ini"
SeungYoon menuruti perintah Rosè. Segera ia meminum obatnya dan kembali berbaring di belangkar.

Rosè mengulurkan tangannya didepan wajah SeungYoon ''Ponselmu? Aku akan memberitahu temanmu dan ibumu. Sebaiknya kau pulang lebih awal"

Gadis itu mengembalikan ponsel SeungYoon setelah selesai mengirim pesan pada Mino dan ibu SeungYoon. "Aku akan menunggu disini sampai ibumu datang"

Tak ada jawaban. Rupanya SeungYoon telah tertidur dari tadi.

Memandangi wajah seseorang dalam diam berjam-jam membuatnya bosan. Kepalanya terkulai disamping SeungYoon, matanya tertutup rapat, nafasnya sangat teratur.

Bel pergantian pelajaran berbunyi, membangunkan SeungYoon dari tidur lelapnya. Laki-laki itu terkejut mendapati Rosè yang tertidur disampingnya. Tanpa sepengetahuan gadis itu—dengan gerakan lembut SeungYoon mengusap kepala Rose, mencium kening gadis itu lembut dan terakhir SeungYoon berkata "Terima kasih"

Siulan saling bersahutan diantara ketiga orang dibalik tirai itu. Salah satu dari mereka membuka tirai itu, sehingga menampilkan sosok Mino, Jinwoo dan Seunghoon. Mereka masih bersiulan tanpa memeperdulikan Rosè yang tertidur.

Senyuman jahil terukir diwajah mereka. Tanpa terduga Mino menirukan kelakuan manis SeungYoon pada Jinwoo dan mereka bertiga tertawa, wajah SeungYoon memerah melihat Mino menirukan kelakuannya.

"Sekali lagi sekali lagi" ujar Jinwoo menarik kerah Mino dengan bibir maju beberapa cm.

"Tontonan gratis yang memuaskan. Bisakah diulang lagi?" Seunghoon menahan tawanya.

Gerakan kecil terasa dikulit SeungYoon. Rosè bangun disaat wajah SeungYoon memerah. Rosè terkejut dengan wajah SeungYoon yang sangat memerah.

"Apa kau masih demam? Demammu belum turun?" Rose menyentuh dahi laki-laki itu, dengan ekspresi bingung Rose berucap "Demammu sudah turun"

Hening.

Sedetik kemudian mereka bertiga tertawa keras. Rosè melihat mereka aneh "Apa yang kalian tertawakan?"

"Sepertinya ibumu agak telat, ayo aku antar kau pulang" ucap gadis itu tak memperdulikan ketiga teman SeungYoon.

SeungYoon diam tak menanggapi.

"Kau tidak percaya padaku? Aku temanmu, kita teman selamanya"

Seketika ketiga orang itu tertawa semakin kencang berbeda dengan SeungYoon yang semakin diam dan lesu. Nasib mengerikan—terkena friendzone terlebih dia mengatakan teman selamanya. Apa aku akan terkena friendzone selamanya?

"Aku bisa pulang sendiri" ucap SeungYoon.

Dengan raut khawatir gadis itu berkata "Tolong antar dia pulang" Rosè berlalu, pergi menuju kelas dengan rasa khawatir.

Mino memaksa berbicara meskipun tawanya tak dapat berhenti "FRR—IENDZONE COEG"

Dalam sekejap SeungYoon berdiri dan berteriak "DIAMM" kedua tanganya terulur mencekik Mino.



☆☆☆




Ternyata friendzone seremya😂. Jangan lupa apresiasinya💕

ORANGE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang