BAB 19

4.4K 191 0
                                    

BAGIAN SEMBILANBELAS

Cold Cherry -
Growing Pains 2

• • •

Ezra masih berdiri di hadapan Fiora dan juga Rangga. Kedua matanya menatap lekat-lekat Fiora dengan perasaan kecewa. Seolah takdir tengah menamparnya malam ini dengan kenyataan ia melihat Fiora menerima Rangga untuk menjadi pacarnya.

Rangga yang disebut-sebut sebagai penyebab Fiora menolaknya beberapa tahun silam.

Tak hanya Ezra, Fiora juga masih berada pada posisinya dan tengah menatap Ezra lekat-lekat. Ada sedikit rasa bersalah yang terpancar di kedua mata Fiora. Atmosfer koridor seketika berubah menjadi dingin.

Ada perubahan yang terjadi pada Ezra, ia tidak lagi berpenampilan layaknya kutu buku. Juga, tidak merasa gugup lagi kala harus berhadapan dengan seseorang. Dan tentang Ezra bersekolah di SMA Tunas Harapan usai tamat SMP, baik Fiora dan Rangga tidak ada yang mengetahui hal itu.

"Tadinya, gue seneng karena bisa ketemu lo lagi," ucap Ezra dengan suara bergetar yang ia paksakan agar kelihatan lebih tegas, seolah-olah ia tengah menumpahkan kecemburuannya, "tapi, gue rasa malam ini takdir nggak berpihak ke gue, karena malam ini gue ngeliat lo nerima cinta dari orang lain."

Perkataan Ezra membuat Fiora terpukul. Sejujurnya, ia tidak suka bahkan tidak ingin membuat hati siapapun terluka dan malam ini ia menyakiti perasaan Ezra.

"Ternyata benar rumor yang tersebar di kelas gue, kalau lo nolak gue karena lo suka sama Rangga," ucap Ezra lagi yang semakin membuat Fiora merasa tidak enak.

Rangga yang namanya disebut oleh Ezra pun langsung menatap balik Ezra yang juga sempat melirik ke arahnya walau hanya sebentar. Rangga memilih untuk diam karena ini adalah persoalan Ezra dan Fiora yang kelihatannya belum selesai dan ia merasa bahwa dirinya sama sekali tidak ada kaitannya dengan hal ini.

Meskipun, di dalam hati Rangga ia ingin bertanya kepada Fiora, apa benar Fiora menolak Ezra karena dirinya?

"G-gue ...," ucap Fiora. Kemudian, ia menggigit bibir bawahnya, menimang-nimang apakah ia akan melanjutkan perkataannya atau tidak.

Sementara, Ezra sudah menunggu lanjutan perkataan dari Fiora.

"Gue nggak nyangka bakalan ketemu lo di sini," pungkas Fiora. "Gue kira lo udah lupa sama gue."

Ezra tersenyum miring dan tertawa. Perkataan Fiora terdengar begitu lucu di telinganya. "Gimana gue bisa lupain lo yang udah nolak gue dihadapan banyak orang dengan alasan lo lagi pengen fokus ngejar cita-cita lo?!"

Fiora menunduk diam. Ezra terlalu jago berkata-kata sampai Fiora tidak bisa lagi membalas perkataannya.

"Gue tau, cita-cita lo Rangga 'kan? Yang lo kejar dari dulu?!" tanya Ezra dengan senyum miringnya.

Mendengar ucapan tersebut, Rangga langsung mencengkram kerah baju Ezra. Sejak tadi, Rangga berusaha menahan diri agar ia tidak ikut terlibat dalam permasalahan Ezra dan Fiora. Namun, makin lama, Ezra semakin menjadi-jadi dan menyudutkan Fiora serta dirinya.

"Lo jangan kasar sama dia! Dia cewek gue! Dasar bajingan!" ucap Rangga seraya menatap Ezra dengan begitu tajam. Matanya menunjukkan ada kilatan amarah di sana.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang