Pagi itu,langit sedikit mendung diiringi hembusan angin. Dedaunan dari pepohonan melambai-lambai,menciptakan bunyi yang menenangkan bagi sebagian orang. Di ruang makan sebuah rumah,seorang Ibu sedang menyiapkan sarapan dan disusul dengan kedatangan sang suami.
"Mama,Rasya sama Raffael mana?" Sultan duduk di salah satu kursi makan.
"Lagi di panggil sama bik Tati pa. Benter lagi juga datang." Jawab Anggun sembari duduk si sebelah suami nya.
Rasya datang,dengan tas sekolah di tangannya.
"Rasya,sarapan dulu sini..."
Rasya mengangguk dan duduk. Saat Anggun hendak mengambilkan Rasya makanan,Rasya menolak dengan halus.
"Gak usah ma,Rasya ambil sendiri aja. Mama makan aja duluan."
Anggun tersenyum. "Adik kamu mana?"
"Masih di kamar mungkin ma."
Mereka bertiga pun mulai makan,bersamaan dengan hadirnya Raffael di ruang itu.
"Ma,Raffael duluan." Ujar Raffael sambil mencium tangan sang Ibu.
"Lhooo,kamu gak makan dulu? Nanti kamu kelaparan lo,,,"
Raffael tersenyum. "Enggak kok ma."
"Yaudah mama siapin bekal aja ya?" Anggun hendak berdiri,namun di tahan oleh Raffael.
"Gak usah ma. Kalau gitu Raffael berangkat. Dah mama..."
Raffael berlalu tanpa berpamitan kepada Sultan. Ia bahkan tidak menyalami sang papa.
Sultan hanya diam. Ini sudah terjadi setiap hari.
♡♡♡
Syifa dan Lina tiba di sekolah bersamaan. Kedua gadis itu berjalan ke kelas sambil bercengkrama. Mata Lina membulat begitu melihat seorang gadis di depan sebuah ruangan.
"Eehhh,itu Ita. Ita!" Lina berteriak memanggil nama gadis itu.
Yang di panggin menoleh,kemudian tersenyum. Lina mengajak Syifa menghampiri Ita.
"Kamu Ita kan??" Tanya Lina.
"Iya aku Ita. Kamu Lina,anak tante Dwi?" Ita balas bertanya.
"Iya! Oh ya,kata mama kamu sekelas sama aku?"
Ita mengangguk dan tersenyum. Ia melihat Syifa. Lina seakan mengerti dan mengenalkan mereka.
"Eh,Syifa. Ini Ita,yang aku ceritain kemaren. Nah,Ita. Ini Syifa sahabat aku!"
Ita saling melempar senyum dengan Syifa,kemudian keduanya berjabat tangan.
"Yuk,ke kelas!" Ajak Lina sembari menggandeng tangan kedua gadis yang tengah bersamanya.
♡♡♡
Alda berdiri di depan pintu kelas,melihat tiga orang gadis sedang menaiki tangga menuju lantai atas. Tatapannya sinis. Tanpa disadari,Kadek dan Anita tengah berdiri di belakangnya.
"Ya elah,udah deh. Rasya tu bakal lebih milih Syifa dibanding dia!" Ujar Kadek sinis.
"Jelas dong Dek. Rasya tuh pintar,jadi bisa milih mana cewek yang baik,mana yang licik!" Sahut Anita.
Telinga Alda panas mendengar itu,dan langsung berbalik.
"Kalian berdua udah seenaknya ya sama aku! Jaga tuh mulut!"
"Ehh malah nyalahin kita! Heh Alda,emang cuma kamu yang bisa seenaknya??" Kadek semakin memanasi.
"Heh,kalian lupa aku siapa?? Aku..."
"Kamu ketua OSIS disini. Tapi,bukan berarti kamu berkuasa,kan?"
"Heh,kalian....'
"Dan lagi ya Al. Jangan seenaknya kamu buat berita buruk dan memalukan tentang kita berdua!" Ucap Anita sengit.
Mata Alda di sipitkan. "Berita... Apa maksud kalian?"
Kadek tersenyum miring. "Alah,jangan ngelak deh. Kamu kan yang udah bilang ke anak-anak kalau aku sama Anita itu pernah ngambil handphone mahal kamu? Hei,kapan kami ngambil??"
Alda terbelalak. "Hah? Aku gak pernah bilang gitu!"
"Dan lagi Al. Kamu juga bilang kalau aku sama Kadek yang udah ngunci Syifa di kamar mandi. Kamu lupa,kalau itu rencana busuk kamu??"
Alda kesal. Tangannya menampar pipi Kadek dengan keras.
PLAK!
Kadek terkejut. Melihat sahabat nya di tampar,Anita tak tinggal diam. Di tariknya rambut Alda dengan kuat.
"Akhhh! Sakitt!" Alda berusaha melepaskan tangan Anita dari rambutnya.
Namun,tenaga Anita lebih kuat. Kadek juga tak tinggal diam. Ia mengambil ember bekas air pel,dan menarik Anita agar menjauh. Kemudian air pel bewarna kecoklatan itu diguyurkan ke tubuh Alda."Aaaaaaa!!!" Alda menjerit. Tubuhnya basah kuyup. Baju nya yang putih menjadi agak kecoklatan.
"Hahahahaha!" Derai tawa terdengar seketika dari semua siswa yang menyaksikan pertengkaran itu. Kadek dan Anita tertawa puas.
"Rasain!"
Alda merasa sangat malu. Ia berlari meninggalkan tempat itu sambil berurai air mata.
Rasya yang baru datang melihat Alda berlari dengan basah kuyup. Penasaran,pria itu mengejar sang ketua OSIS. Alda berlari ke tempat cuci tangan di ruang olahraga. Tangisnya pecah. Tak disangka,kedua gadis yang pernah sangat akrab dengannya malah mengatakan hal yang jelas-jelas tidak dilakukannya.
Rasya tiba. Ia berjalan pelan menghampiri Alda. Pria itu membuka tasnya dan menyodorkan sebuah sapu tangan bewarna merah.
"Hapus dulu air mata nya."
Alda terkejut melihat bayangan seseorang yang terlihat di cermin. Ia menoleh ke belakang.
"Ohh,makasih." Alda mengambil dan menghapus air matanya.
"Ayo,aku temenin pinjam seragam di UKS."
Alda merasa seperti mimpi. Pria yang disukai olehnya mencoba menenangkan dirinya di saat begini. Ia masih tak bergeming.
"Udah,ayo!"
Rasya menarik tangan Alda dan membawanya ke UKS. Alda senang bukan kepalang. Sakit hatinya agak berkurang.
Sesampai di UKS,Rasya meminjam seragam kepada bu Anita dan memberikannya kepada Alda. Alda mengangguk dan berganti baju di dalam.
Setelah itu,Alda kembali menghampiri Rasya yang masih menunggunya di depan UKS.
"Udah?"
Alda mengangguk "Makasih ya Ras. Kamu udah bantuin aku."
"Iya,sama-sama. Kamu kok bisa basah kuyup gitu? Nyebur?"
"Ehhh bukan! Jadi..."
Alda menceritakan kejadian sejak ia berdiri di depan kelas hingga ia di fitnah. Beberapa cerita ditambah nya agar ia terlihat benar di mata Rasya.
"Oh,gitu. Yaudah,jangan dihiraukan." Rasya melirik jam tangannya. "Oh ya,ingat. Jangan suka seenaknya sama orang,terutama Syifa."
Rasya berlalu menuju kelas dengan santai. Alda sendiri terpaku,tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rasya barusan. Baru saja ia senang karena Rasya menenangkan dan membantunya,sekarang Rasya malah menegur dan berpesan agar tidak mengganggu gadis yang menjadi saingannya?
Hati Alda terasa sakit. Amat sakit.
♡♡♡
Jam istirahat tiba. Syifa,Ita dan Lina duduk di kelas sambil mengobrol seru. Tiba-tiba Raffael menghampiri.
"Syifa,ke kantin yuk!"
Ketiga gadis itu menoleh.
"Oh,Raffael. Maaf ya,tapi aku udah kenyang..." Jawab Syifa kalem.
"Yah,,temenin dong. Yah?"
Syifa merasa enggan.
"Heh,kamu!" Tiba-tiba Ita berdiri dan menatap tajam Raffael. "Syifa udah bilang gak mau. Jangan maksa dong!"
Raffael terkejut,begitu juga dengan Syifa,Lina,Azim dan Odi.
"Aku gak maksa!" Jawab Raffael tegas.
"Yaudah,Syifa kan bilang gak mau. Jadi,kamu pergi deh!"
"Lho,aku kan ngajak Syifa bukan kamu. Kenapa kamu yang marah?"
Ita emosi. Ia mengambil buku,digulung dan di pukulkan ke tangan Raffael.
"Pergi gak!!!"
Raffael hendak melawan. Tapi Azim dan Odi segera menahannya.
"Udah Raf udah! Yok,kita aja!"
"Untung aja kamu cewek. Kalau cowok,abis kamu!"
Raffael menatap Ita dengan sengit,kemudian meninggalkan kelas diikuti kedua sahabatnya.
Ita kembali duduk.
"Ta,makasih ya kamu udah bantu aku." Syifa merasa lega.
"Iya Syif. Siapa sih dia? Pacar kamu?"
Syifa menatap Lina. "Bukan kok."
"Syif,kalau Raffael maksa-maksa kamu kayak tadi,kamu bilang aja ke aku!"
"Kok gitu Ta?' Tanya Lina.
"Syif,Lin,aku ma bersahabat sama kalian. Jadi aku bakal lindungin kalian terus." Ucap Ita tulus.
Syifa dan Lina tersenyum senang. Ketiga nya berangkulan hangat.
"Iya Ta. Kita akan jadi sahabat,selamanya!" Ujar Lina.♡♡♡
Hai,makasih ya sudah baca cerita aku! :)
Jangan lupa vote and coment. Lanjutannya,disebelah ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Raffael
Teen Fiction"Aku tidak tau,bisa memiliki kamu atau tidak. Karena aku tidak terlihat oleh kamu,seperti langit biru,yang tertutup oleh langit senja." Syifa menangis begitu membaca secarik kertas yang di dapatkannya di laci meja. Ia hafal tulisan itu milik siapa. ...