Iro

33 1 0
                                    

"Dua ratus juta, apa itu cukup?"

"Hei, hei! Jangan sembarangan menyebut nominal. Itu tabu, kau tahu?"

"Terserah kau. Intinya wanita jalang itu bisa mati segera. Aku akan membayarmu berapapun yang kau mau."

"Kalau aku ingin kau bayar dengan nyawamu, apa kau sanggup?"

"Kau gila! Aku meminta nyawa dan kau ingin aku menyerahkan nyawa?"

"Maaf, Pak. Aku butuh nyawamu."

Aku berjalan perlahan mendekati bapak berusia 40 tahunan itu.

"Ba-bagaimana... apa-apaan kau mendekatiku."

Dia terus mundur hingga nyaris tersandung kakinya sendiri. Dasar lemah!

"Sekali lagi maaf, Pak."

CRAK!!

CRAKKKK!!!!!!

CRRAAKK!!!

Aku membuang pisau yang sudah berlumuran darah dan membuka sarung tangan kananku.

"Halo, Nona Jalang. Aku sudah membunuhnya. Harus ku apakan lelaki ini?"

"Bakar dia."

"Wah, naluri membunuhmu boleh juga, Wanita Jalang."

"Berhenti dengan panggilan konyol itu. Lakukan apa yang ku perintahkan."

"Baik... Ah, yaaa, sebelum lelakimu ini tewas dia menawarkanku 200 juta bahkan dia akan membayarku berapapun aku mau. Jad—"

"Sudah aku siapkan yang lebih. Sekarang, cepat lakukan tugasmu."

Kurang sopan, dia langsung mematikan panggilan ini dengan cepat.

----------------

"Ah, melelahkan sekali pekerjaan ini."

"Hei, Julian." Sapaku dari kejauhan yang hanya dibalas dengan lirikan kecil. "Mukamu dari dulu selalu menyedihkan seperti itu, kah?" Aku menghampiri dia di teras supermarket tempat dia bekerja.

"Bodoh, aku lelah." Julian memukul pundakku dengan topinya.

"Hahaha, sini-sini biar aku pijat punggungmu yang akan menjadi tulang punggung untuk Shira." Shira, calon istri Julian yang akan dinikahi minggu depan.

"Hhmm, kau kapan akan menyusulku?" Tanyanya padaku, selalu.

"Hei, bung, kayakya kau lupa membeli cincin untuk pernikahanmu, bukan?" Diam-diam saja, ini usahaku untuk mengalihkan. Walaupun sebenarnya, aku benar.

"Ah, iya! Sial, aku lupa. Aku harus segera mencarinya sebelum toko itu tutup." Julian terburu-buru untuk bersiap pulang dan membeli cincin pernikahannya.

Dia, Julian, temanku 10 tahun terakhir. Julian adalah karyawan supermarket dengan gaji UMR. Dia sosok yang sangat pengertian, perhatian, dan tulus. Mungkin itu yang membuat Shira akhirnya luluh selama 3 tahun perjuangannya. Hahaha, Julianku memang terbaik.

Berbeda denganku. Aku Iro, lelaki berusia 26 tahun. Pekerjaanku adalah sebagai pembunuh bayaran. Julian tidak tahu tentang pekerjaanku ini, sengaja ku sembunyikan. Pekerjaan ini sudah aku lakukan sejak aku SMP, kira-kira 14 tahun sudah aku berpengalaman. Aku menikmati pekerjaan ini sampai menunggu saat yang pasti. Benar, kau harus menyaksikan 'saat yang pasti' tersebut.

Cerita ini ada di Wattpad

Wilayah TimurWhere stories live. Discover now