Masa Lalu (1)

18 1 0
                                    

"Sayang, lihat bayi kita. Dia akan gagah sepertiku nantinya." Si ayah dengan senangnya menemui si ibu sambil meminang anak lelaki mereka.

"Siapa bilang kau gagah?" Si ibu menggoda dengan usil si ayah.

"Hahaha, lihat ibumu, Nak. Padahal dulu dia yang terpincut denganku saat aku masih bagian dari tentara negara." Si ayah membalas.

"Apa kau sudah menamai bayi kita?" Tanya si ibu.

"Iro, aku menamainya Iro." Jawab si ayah yang disambut senyuman kecil si ibu tanda setuju dengan nama itu.

Selanjutnya, Iro dibesarkan tanpa satu hari pun lewat dari kasih sayang. Ayah dan ibu mencintainya tanpa pamrih. Iro-pun tumbuh menjadi anak kecil yang peduli terhadap lingkungannya, menjadi sosok yang penyayang diumur yang masih 5 tahun, dan menjadi anak kecil kebanggaan ayah, ibu, dan lingkungannya. Iro benar-benar anak kecil idaman para orang tua lainnya pada saat itu.

Pagi yang cerah untuk keluarga mereka hari ini datang kembali. Ayah tidak bersiap kerja sebab hari ini adalah hari libur. Sedangkan Ibu...hmm, kemana dia? Biasanya dia sedang memasak makanan di dapur. Kemana ibu?

Mencari...

Mencari..

Mencari..

Nah! Itu ibu

"Kau habis menelpon siapa, Bu?" Tanya Iro kecil.

"Ah, bukan apa-apa, Sayang. Ayo masuk ke dalam, hujan semalam belum berakhir." Ibu menyuruh Iro masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, ibu seperti tidak biasanya. Apa ibu menyimpan kesedihan atau beban? Kenapa ibu?

Tunggu, sepertinya itu bukan hanya ibu, tapi juga ayah. Mereka tampak menyembunyikan sesuatu dari Iro kecil yang sedang bermain. Mengapa mereka menyembunyikan hal itu? Dan apa yang mereka sembunyikan? Apa?

"Permisi." Suara lelaki dengan lantangnya terdengar sambil mengetuk pintu. Tunggu, ternyata ibu menangis.

"Sayang, sampai kapan-pun aku tidak pernah rela dengan keputusanmu." Ayah dengan cemasnya berbicara pada ibu.

"Aku tidak apa, kau harus terus bersama Iro." Isak ibu menjawab pernyataan ayah.

"Kita harus terus bertiga, tidak boleh ada yang pergi kecuali dengan ajal." Ucap ayah sambil memegang kedua pipi ibu yang menangis yang juga dilihat oleh si kecil, Iro.

DAARR!!

Pintu rumah dibobol dengan paksa. Sontak, ayah langsung memunggungi ibu untuk melindunginya. Iro kecil berada di belakang kaki kiri ibu dekat dinding, dia ketakutan.

"Ckckck, berkali-kali aku mengetuk pintu, tapi tidak ada yang membuka." Ucap lelaki besar yang dengan tidak sopannya menghancurkan pintu rumah.

"Aku tidak akan membiarkan kalian merebut apa yang menjadi milikku." Kata ayah dengan suara agak tinggi.

Tunggu, tunggu.

Siapa itu dibalik dinding? Mengapa dia menyentuh tangan Iro? Hei! Dia menutup mulut Iro. Apa ini kasus penculikkan? Mengapa ibu membiarkan Iro diambil orang itu? Tapi, mengapa pula wanita yang menculiknya? Apa wanita ahli dalam bidang ini?

Tak lama, suara tembakan terdengar dikuping Iro yang digendong melawan hujan oleh wanita pencuri tersebut. Sayang, seribu sayang, ayah Iro gugur hari itu.

"Kau aman di sini." Ucap wanita itu setelah membuka maskernya. Dia sepertinya seumuran dengan ibu.

Iro diam. Dia takut dan bingung. Siapa wanita ini?

"Kau tak perlu takut, aku teman ibumu." Ucapnya lagi sambil tersenyum. "Ini rumahku yang akan menjadi rumahmu juga."

"Aku mau pulang. Ibu dan ayah pasti sedang sedih." Kata Iro yang tidak setuju untuk menjadikan ini rumahnya.

"Kau akan pulang setelah kau tumbuh dengan baik di sini." Jawab wanita tersebut. "Hari ini, aku sudah mempersiapkan bahan untuk ku masak nanti. Kau mau ku buatkan apa, Iro?"

"Aku mau ayam goreng di pertigaan jalan sana." Jawab Iro dengan polosnya.

"Ah, kalau begitu permintaanmu baru besok akan aku belikan."

"Kenapa?"

"Hari ini, banyak anak sekolah yang lebih brutal dari orang dewasa. Mereka sedang ditertibkan setelah mereka pulang sekolah nanti."

Iro mengangguk polos.




Ah, ya, aku baru tahu bahwa hari itu bukan hari libur.

cerita ini ada di wattpad dan blogger.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Nov 09, 2017 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Wilayah TimurOù les histoires vivent. Découvrez maintenant