So Special for Me

33 4 0
                                    


"Woi, bangun. Jangan tidur terus, kalian harus latihan, cepat bangun" seru Venus membangunkan para member E.P.G. yang tengah terlelap dalam mimpi mereka masing-masing. Saat ini mereka sedang menjalani masa karantina. Mungkin bukan karantina yang sebenarnya, mereka hanya berhenti dari kegiatan sehari-hari mereka selama 3 hari dan tinggal di sebuah villa untuk dididik mental mereka agar mereka siap untuk berjuang di dunia hiburan. Di ketuknya pintu kamar mereka lagi, "bangun cepetan" serunya kesal karena sudah beberapa kali dipanggil mereka tidak menghiraukannya. Terpaksa Venus mengambil kunci cadangan dan mencoba membuka kamar mereka dimulai dari kamar D, Jun, Veron dan Maxim. "KALIAN INI...CEPETAN BANGUN!!" serunya memekakan telinga.

D terbangun terlebih dahulu diikuti Veron dan Jun, mereka masih dalam kondisi setengah sadar, nyawa mereka belum benar-benar terkumpul. Jun menguap diikuti Veron sambil mengucek sebelah matanya sedangkan D langsung bangun dari tempat tidurnya dan menggeliat meregangkan otot-ototnya. "Cepet bangun dan cuci muka kalian jam 7 sudah ada latihan fisik untuk teknik pernafasan kalian. Pelatih menunggu kalian di kolam renang. Yang lain juga sudah nunggu kalian di bawah". Ketiga pria itu langsung bergegas ke kamar mandi bersamaan, lalu menuju kolam renang di bawah.

Venus tersenyum geli melihat gerombolan cowok yang masih setengah sadar berjalan keluar kamarnya. Venus kemudian menuju kamar yang lain, kamar O, Volt, Ion dan Veron. Dan untunglah mereka lebih cepat dibangunkan ketimbang anggota tertua mereka. Venus terhenti di depan kamar Jun saat ia melihat sosok yang masih nyaman sekali di bawah selimutnya. Ia berjalan menghampirinya, berusaha membangunkannya, "Max, bangun" ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. Max tak merespon. "Ish...nih anak, Maxim bangun" katanya lebih keras dari yang tadi. Saking kesalnya karena Maxim tidak juga bangun, Venus menarik selimut Maxim. "Maxim ayo bangun, yang lain sudah pada turun. Kalau lo nggak turun lo kena masalah entar. Maxim bangun!!"

Maxim merasa terganggu ia menarik kembali selimut yang ditarik Venus. Terjadi saling tarik menarik selimut. "Bisa nggak lo bangun sekarang?" seru Venus kesal karena Maxim tidak menghiraukannya sejak tadi.

"Enggak" jawabnya sambil menarik lebih kuat selimutnya dan memalingkan tubuhnya dari Venus. Venus yang kalah langsung terjerembab dan mencium tempat tidur Max. Max menoleh ke arahnya, "Lo mau tidur juga, ngomong" ucapnya sambil menyelimuti Venus dengan selimutnya.

Venus kesal, ia menyingkirkan selimut yang menutupi kepalanya. "Maxim, bangun" serunya sambil kembali menarik selimut Maxim. Maxim tidak suka tidurnya diganggu ia kesal, karena kesalnya ia menutupi Venus dan membekapnya masuk ke dalam pelukkannya. Venus yang terjebak kini berusaha keluar dari jeratan Maxim. Ia menggeliat-geliatkan tubuhnya dan akhirnya berhasil menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Tak diduga ternyata malah ia melihat Maxim terlelap kembali. "MAXIM!!" teriaknya kesal. Maxim menyerah, ia membuka matanya, Venus malah terkejut melihat Maxim membuka mata karena ia baru sadar dia berada di pelukkan Maxim dan mereka kini hanya berjarak satu jengkal saja.

"Lo itu ganggu terus deh, iya gue bangun" Max kemudian beranjak dari tempat tidurnya, beralih ke wastafel untuk mencuci muka kemudian keluar kamar dan bergabung dengan yang lain.

Sedangkan Venus yang dari tadi ngotot nyuruh orang bangun, kini dia malah masih terbaring di tempat tidur karena shock. Setelah beberapa menit ia baru tersadar, kemudian berjalan keluar kamar menghampiri yang lain.

* * *

Selesai latihan, Veron menghampiri Venus yang sejak tadi memperhatikan mereka dari tepi kolam. "Manager, bisa ngomong sebentar?" tanya Veron.

"Ngomong apa?"

"Ikut aku sebentar" Veron menarik tangan Venus dan membawanya masuk ke apartemen. Ia membawanya menyusuri setiap lorong apartemen dan menaiki beberapa anak tangga dan berhenti di depan kamarnya. "Tunggu sebentar di sini" katanya, kemudian meninggalkan Venus, masuk ke kamarnya. Tidak butuh waktu lama Veron sudah keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah kotak kecil dan menyodorkannya ke Venus. "Nih, buat manager. Yuk balik lagi" Veron berjalan meninggalkan Venus setelah Venus menerima kotak pemberiannya.

Kamu akan menyukai ini

          

Venus masih bingung, apa maksud semua ini. Ia mencoba membuka kotak tersebut dan berniat untuk melihat apa isi didalamnya. Belum sempat ia membukanya sebuah suara memanggilnya, ia buru-buru memasukkan kotak itu ke dalam jaketnya dan berlari menuju asal suara tersebut.

* * *

Malam harinya, Venus baru menyadari kotak pemberian dari Veron yang belum dibukanya. Ia mengambil jaket yang dilemparnya tadi di atas tempat tidur. Ia merogoh kantongnya dan menemukan kotak kecil berwarna biru dengan symbol pita kecil di pojok kanan atas. "Apa isinya ya?" Venus mencoba membuka kotak itu lagi, namun kali ini Jun tiba-tiba masuk ke kamarnya, mengejutkannya dan membuatnya menunda membuka kotak itu. Dan tanpa disadari oleh Venus kotak itu jatuh ke kolong tempat tidur.

"Manager, gue kayaknya mau flu deh, gimana nih?" ucap Jun manja menyodorkan kepalanya agar Venus memeriksa keningnya.

Venus menempelkan telapak tangannya ke kening Jun dan mengukur apakah dia demam atau tidak. "Sedikit agak demam, gue bikinin minuman hangat deh, lo tunggu di sini" katanya sebelum ia beranjak meninggalkan kamarnya.

"Okey" sahut Jun yang kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah kepergian Venus, Jun tertidur. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, ia terbangun lalu beranjak untuk membukakan pintu. "Siapa?" katanya sambil membuka pintu, dan betapa kagetnya pria yang kini berdiri di depan pintu ketika melihat wajah Jun menyembul dari balik pintu kamar itu. "Oh lo Max, ada apa?" tanyanya santai.

"Kog lo ada di sini, mana manager?" Max berbalik tanya. Kata-katanya terdengar sedikit bergetar. Ia benar-benar kaget melihat Jun yang berada di kamar itu. Dipikirannya, "apa yang mereka lakukan di dalam kamar berdua? Apa hubungan mereka berdua?"

"Di dapur lagi bikinin gue minuman, lo ngapain ke sini?"

Max tidak menyahutnya, malah melenggang meninggalkannya begitu saja menuju dapur untuk menjumpai Venus, dan benar Venus sedang memasak minuman jahe. Ia menghampirinya, sebenarnya dia bingung ingin memulai percakapan dengan Venus. Ia hanya berjalan menghampiri kulkas dan membukanya, kemudian mengambil sekaleng coke.

"Yang lain mana?" tanya Venus tiba-tiba.

Ini membuatnya kaget dan ia punya peluang untuk memulai pembicaraan. "Eum...mereka sedang main game di ruang tengah. Lo lagi ngapain?" tanyanya berjalan mendekatinya untuk melihat apa yang dimasak Venus.

"Bikin minuman buat Jun" sahutnya tanpa memperhatikan wajah Max. Max mendekat melihat apa yang sedang dimasak Venus. "Lo mau juga?"

"Enggak. Gue mau nasi goreng keju" sahutnya berharap Venus mau membuatkan untuknya.

"Kalo gitu tunggu bentar, gue kasih ke Jun dulu nih minuman nanti gue bikinin nasi gorengnya" ucap Venus sambil menuang cairan yang mendidih ke dalam sebuah gelas.

"Biar gue yang antar, lo masak aja" Max merebut gelas itu dan membawanya ke kamar Venus, dimana Jun ada di sana. Venus melongo keheranan dengan tingkah Maxim kali ini.

"Dia kenapa?" celetuknya yang kemudian menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng keju.

Setelah memberikan minuman jahe kepada Jun, Max langsung buru-buru turun menuju dapur. Tetapi ia berpapasan dengan Veron yang hendak naik menuju kamar Venus. "Manager ada di kamar?"

"Dia di dapur, ada apa?" ucap Max sedikit bingung melihat ekspresi Veron kali ini. Wajah kalut dan sedih, kebingungan dan ketidak percayaan akan sesuatu yang telah terjadi, entah apa itu Maxim belum paham.

Veron tidak menggubrisnya dan berbalik menuju dapur. Melihat hal itu, Maxim penasaran dan mengikuti Veron di belakang. Dan hal yang seharusnya tidak dilihatnya, Veron memeluk Venus di hadapannya. Maxim kaget, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini, kakinya seperti tertancap ke lantai melihat kejadian itu, ia berpaling dan berusaha melangkah pergi, menganggap apa yang barusan dilihatnya itu tidak begitu penting baginya.

Eight Prince GoodLooking (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang