Terlihat seorang wanita sedang berjalan menyusuri jalan yang di sisi kiri dan kanannya tersusun pohon-pohon sakura yang indah. Wanita itu, Nami, terlihat berhenti dan memperbaiki syal rajut putih yang ada di lehernya. Memang saat ini Jepang tengah mengalami musim semi, musim yang paling cocok untuk menikmati keindahan bunga sakura yang bermekaran. Cukup lama wanita itu berhenti dan memperhatikan orang-orang yang datang ke taman itu. Ada sepasang kekasih yang bergandengan tangan saling menghangatkan satu sama lain. Ada seorang ayah, ibu dan dua anaknya (juga sepasang) tengah bercengkrama menghabiskan waktu kebersamaan yang mereka miliki. Ada juga 3 anak sekolah yang masih mengenakan seragam sedang tertawa, etah apa yang mereka tertawakan. Nami tersenyum getir, memang tidak hanya ia yang datang ke taman ini seorang diri. Tapi itupun hanya beberapa orang berjas yang sengaja memotong jalan agar cepat sampai di rumah lalu berhistirahat melepas penat setelah bekerja.
Nami menghela nafas sembari memeluk tubuh mungilnya yang dilapisi mantel abu-abu. Ini salah satu cara yang ia gunakan untuk menghibur diri dari rasa kesepiannya. Sebenarnya ia tidak benar-benar datang ke taman ini seorang diri. Ia tengah menunggu Hani 'yang katanya' akan menemaninya jalan-jalan siang ini. Tapi sampai saat ini, wanita itu tidak jugaa menampakkan wujudnya. Akhirnya, Nami memutuskan untuk menunggu Hani di bangku taman di bawah pohon sakura yang bunganya telah jatuh berguguran. Gadis itu kini merasa sangat bosan karna tidak biasanya Hani datang setelat ini. Bahkan ini pertama kalinya temannya itu datang terlambat dari janji yang seharusnya.
Hembusan angin musim semi menerpa wajah Nami yang memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerbangkan bunga sakura kesana kemari. Ia sangat menyukai saat-saat seperti ini, karna selalu bisa menenangkan pikirannya yang jenuh. Hingga sesuatu jatuh menyentuh wajahnya. Perlahan ia membuka matanya, hingga ia dapat melihat seorang pria yang berada 10 langkah di hadapannya sedang menatapnya cukup dalam. Dia heran kenapa pria itu melihatnya seperti itu. Ia yakin ia tidak pernah bertemu dengan pria itu. Segera, ia mengalihkan pandangannya pada bunga sakura yang menyentuh wajahnya tadi. Tanpa sadar ia tersenyum lalu mengambil sebuah buku dari tasnya dan menyelipkan bunga itu pada lembaran buku tersebut.
Hingga pandangannya kembali bertemu dengan pria tadi yang masih menatap ke arah dirinya. Cukup lama mereka saling memandang satu sama lain. Tentu saja hal itu membuat Nami menjadi salah tingkah. Ini pertama kalinya ada seseorang yang menatapnya sampai seperti itu. Tapi pandangan mata mereka terputus ketika seseorang berteriak memanggil Nami.
"Nami!" teriak seseorang dari kejauhan. Yang tak lain adalah Hani yang sedang berlari ke arah Nami.
Dengan nafas yang tersengal-sengal Hani menghampiri gadis itu."Maaf.. aku telat.." ucap Hani terputus-putus karena berlari sedari tadi.
"Lebih baik kau duduk dulu" ucap Nami menarik Hani agar duduk di sebelahnya lalu memberikan tisu pada temannya itu.
"Kau tahu aku berlari dari halte sampai ke sini supaya kau tidak menunggu lama" Hani mengelap keringat yang mengalir di dahinya dengan tisu pemberian Nami.
"Salah sendiri datang telat . Kenapa kau bisa telat?" Nami meringis melihat Hani yang masih saja terengah-engah mengatur nafasnya. Dia maklum saja jika Hani seperti itu karena jika ada yang berlari dari halte ke taman ini pasti orang itu akan kelelahan sama seperti gadis disampingnya ini.
"Bukan kemauanku datang telat. Tapi si Kenta menyebalkan itu mengambil buku sketsaku. Terpaksa aku harus mengejarnya di sepanjang koridor fakultas" tampak terlihat ekspresi kesal di wajah Hani ketika mengingat hal yang membuatnya terlambat tadi.
"Kau berlebihan, itu kan hanya buku sketsa. Kau masih bisa membeli yang lebih bagus dari pada itu" Nami tersenyum geli saat membayangkan Hani dan Kenta berlarian di sepanjang koridor fakultas mereka, betapa kekanak-kanakannya mereka.
"Bukan itu masalahnya Nam, kan kau tahu sendiri di buku itu ada sketsa wajah dia"
"Bukannya itu lebih bagus, jadi dia bisa tahu perasaan kau yang sebenarnya" Nami mengernyit heran.
"Tidak Nam. Kenta berbeda, jika dia tahu kalau aku menggambar wajahnya dan sampai mengetahui perasaanku yang sebenarnya, aku yakin dia akan mengolok-olokku. Dia orang yang tidak pernah serius yang aku kenal. Aku tidak habis pikir bagaimana aku bisa menyukai orang itu" ucap Hani menarik rambutnya histeris. Nami terkekeh melihat Hani yang seperti itu.
"Aku heran kenapa kau bisa berfikiran seperti itu. Aku tahu Kenta orang yang selalu santai dalam keadaan apapun. Tapi aku rasa kalau untuk hal yang seperti ini, dia tidak akan mengeluarkan sifatnya itu. Kau hanya diliputi oleh rasa takutmu sendiri Han" ucap Nami meyakinkan sahabatnya itu.
"Kenapa kita jadi membahas ini sih? Lebih baik hari ini kita habiskan waktu bersenang-senang seperti yang direncanakan kemarin" ajak Hani lalu menarik tangan Nami beranjak dari bangku itu.
Sebelum itu, Nami menoleh ke belakang dan kembali pandangan mereka bertemu. Pria itu, masih berdiri menatap kepergian Nami.