Part 35

14.7K 475 7
                                    

Lyprian Oki Dinata’s Pov

Aku bermimpi Ika mencium keningku, saat ku buka mataku ternyata dia memang ada dihadapanku. Aku tahu mimpiku ini pastilah sedang berlanjut, karena sangat tidak mungkin sekali jika Ika saat ini berada disini.

“kau disini sayang?” tanyaku pelan, ternyata aku begitu membuatnya terkejut karena ku lihat wajahnya memperlihatkan ekspresi yang begitu terkejut, saat ku buka mataku sedikit. “kemarilah, aku sangat merindukanmu. Tidurlah bersamaku disini.” Pintaku sambil menarik tangannya untuk berbaring disampingku dan aku memeluknya erat.
“Ki, apa kau bisa melihatku?” konyol sekali pertanyaannya, well mungkin karena ini mimpi jadi memang terdengar konyol.
“bicara apa kau ini? Tentu saja bisa. Jangan tinggalkan aku, meski aku tahu ini hanyalah mimpi karena aku begitu merindukanmu. Tolong jangan buat aku terbangun dulu, aku masih ingin menikmati mimpiku bersamamu sayang.” Aku tidak ingin tidurku terusik dan mimpiku bersamanya segera berakhir. Ku rasakan Ika membalas pelukanku.
“aku juga sangat merindukanmu. Maafkan aku sayang karena telah meninggalkanmu.” Ucapnya.
“aku tahu itu, maka dari itu saat nanti kau bertemu denganku secara nyata, aku akan menghukummu karena telah berani pergi dariku.” Jelasku.
“kau ingin menghukumku apa?” tanyanya kemudian.
“lihat saja nanti saat kau kembali kedalam pelukanku, aku tidak akan mengampunimu.” Jawabku.
“sekarang aku sudah dipelukanmu, maka hukumlah aku seperti yang kau katakan tadi.” Ucapnya agar aku segera menghukumnya, mimpi yang aneh.
“tidak. Aku tidak bisa menghukummu dalam mimpiku. Tidurlah sayang, kau merindukan dekapan suamimu ini bukan?”

Ika mengecup bibirku singkat, lalu memelukku erat. Aku sangat merindukan moment seperti ini. Aku merasa sangat bahagia meski hanya sebentar setidaknya aku tahu bahwa ini hanyalah mimpiku berharap bahwa ia masih sangat mencintaiku.
“aku berjanji suatu saat apapun yang terjadi aku akan kembali padamu suamiku.” Kalimatnya yang terakhir ku dengar. Namun setelah itu, aku tidak tahu apa kelanjutan dari mimpiku itu.

Aku berusaha untuk mengingatnya namun aku tidak berhasil mengingatnya.
Aku melihat ke arah luar jendela, hari sudah pagi rupanya. Aku segera beranjak kekamar mandi untuk mencuci mukaku, lalu aku melaksanakan kegiatan wajibku, sholat subuh. Setelah sholatku selesai, aku merasa bahwa ada suara-suara berasal dari dapurku. Aku memutuskan untuk mengeceknya, kalau-kalau ada tikus atau hewan lain mungkin yang sedang mengacaukan dapurku. Saat aku sampai didapur, benar, tapi bukan kacau karena tikus atau apa melainkan ku lihat ada hidangan sarapan di atas meja makan. Aku memegang makanan itu dan masih terasa hangat menandakan bahwa ini baru saja dimasak. Aku merasa sangat heran, siapa yang telah memasak makanan kesukaanku? Sedangkan pintu terkunci dan didapur tidak ada siapapun, yang ada hanyalah bekas peralatan masak yang kotor belum di cuci.

Aku menelusuri setiap sudut apartement, mencari jika ada seseorang yang menyelinap masuk kedalam apartement-ku. Namun, tak ada siapapun.
Aku memutuskan untuk mencicipi masakan tersebut, karena memang aku merasa sedang lapar.

Jika ini beracun, palingan aku akan mati konyol didalam apartement-ku. Pikirku. Saat aku mencicipinya, entah mengapa aku merasa bahwa ini adalah masakan istriku. Apa ini efek mimpi semalam atau karena aku terlalu merindukan masakannya. Entahlah, ku nikmati saja masakan itu. Ku anggap masakan itu adalah kiriman dari Allah.

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku membersihkan dapurku lalu kembali ke kamarku untuk merapikan kamarku. Aku ingin bersiap untuk pergi ke kampus, aku harus segera menyelesaikan kuliahku agar aku bisa mencari Ika tanpa harus bergantung pada papi. saat aku membersihkan tempat tidurku, aku melihat sesuatu yang berkilau disana mungkin kilauannya karena terik matahari yang mulai masuk melalui jendela kamarku. Aku mendekati benda itu dan saat ku raih benda itu, aku merasa sangat terkejut.

Bukankah ini liontin yang ku berikan pada Ika dulu? Lalu mengapa bisa ada ditempat tidurku? Batinku bertanya-tanya. Aku merasa gelisah saat aku menemukan liontin itu, aku berusaha menerka dan menemukan jawaban atas pertanyaanku. Tapi tidak ada yang masuk akal bagiku.
“semalam aku bermimpi tidur bersama Ika, tapi itu hanya mimpi. Masak iya menjadi nyata? Tapi jika tidak nyata lalu bagaimana bisa liontin ini ada disini? Tapi jika itu nyata, lalu bagaimana bisa dia ada disini?” pikiranku mulai kacau memikirkan kejadian ini.

***

Ika Pertiwi Dinata's Pov

Akhirnya aku menyelesaikan pendidikan profesi apoteker sekaligus pendidikan masterku. I’m feel so happy. Tapi, aku juga merasa sedih karena tidak ada yang menghadiri hari keberhasilanku ini. Hanya papi yang datang menghadirinya. Tentu saja, papi pasti tidak mengizinkan siapapun untuk mengunjungiku ke Jerman. Setelah acaranya selesai, aku dan papi kembali pulang ke apartement.

“berkemaslah, kita akan pulang besok pagi.” Seru papi dengan suara yang terdengar datar. Aku belum terlalu menyadari ucapan papi.
“baiklah.” Seperti biasa hanya kalimat itu yang selalu ku lontarkan saat papi mulai berbicara padaku. Seketika aku menyadari bahwa papi mengatakan bahwa kita akan pulang. Aku langsung terperanjak kaget sekaligus senang dan haru, ternyata papi tidak akan membiarkanku hidup disini seorang diri tanpa sanak keluarga. Well, bisa jadi juga karena papi tidak ingin aku membuatnya bangkrut karena telah menghidupiku selama di Jerman.

“benarkah pi? benarkah aku boleh pulang? Selamanya pi? tolong pi jangan asingkan aku seperti ini lagi.” Pintaku memelas padanya.
“iya pulang. Berkemaslah.” Perintahnya lalu hendak berlari meninggalkanku.
“papi mau kemana?” tanyaku segera.
“ke kamar. Mau istirahat.” Jawabnya datar.
“ikutlah bersamaku pi, ayo kita pergi mencari oleh-oleh untuk mereka disana. Kita tidak akan punya waktu lagi untuk mencari oleh-oleh jika besok kita sudah harus pulang.” Pintaku.
“pergilah sendiri. Papi ingin istirahat.” Serunya.
“apa papi gak mau membelikan mami sesuatu? Maaf pi jika Ika lancing, tapi percayalah mami pasti akan sangat senang jika papi membawakan mami sesuatu saat papi pulang dari perjalanan papi yang jauh.” Jelasku karena aku tahu betul papi sama sekali tidak pernah membawakan oleh-oleh dalam bentuk apapun pada mami saat ia berpergian jauh. Aku tahu juga karena cerita mami. Papi mulai mengernyitkan dahinya.
“apa kau sedang memaksaku untuk membayar semua tagihan belanjamu.” Ujarnya kemudian.
“oh tidak.tidak pi. uang jajan yang selalu papi kasih masih banyak sisanya, aku bisa pergunakan itu. Ayolah ikutlah bersamaku pi. pliss. Kapan lagi papi jalan-jalan di Jerman bersama menantu papi.” seru ku tak tahu malu. Sebenarnya aku sangat takut papi akan melemparku ke luar karena perkataanku.
“keras kepala sekali, hentikan ocehanmu itu. Bersiaplah jika memang ingin mencari sesuatu untuk dibawa ke Indonesia.” Sahutnya. Aku tersenyum senang mendengar jawabannya.

***

“Ika, aku akan sangat merindukanmu.” Ucap Elf sambil memelukku.
“aku juga Elf.” Sahutku. “tapi kau tidak marahkan padaku karena aku tidak mengajakmu untuk ke Indonesia?” tanyaku.
“tentu saja tidak beb. Jika aku mempunyai waktu aku akan datang mengunjungimu. Aku berharap saat aku datang mengunjungimu kau sudah kembali bersama suamimu dan sudah menggendong seorang anak.” Ujarnya.
“aku sangat menyayangimu Elf. Terima kasih selama ini sudah mau menjadi temanku dan mau membantuku.” ucapku padanya dan mulai menitikkan airmata.
“hei… kenapa kamu menangis. seharusnya kamu bahagia setelah ini kamu akan bertemu dengan suamimu kembali.”
“tapi bagaimana denganmu, aku meninggalkanmu disini sendiria. Aku yang telah membawamu kemari tapi aku meninggalkanmu.” Jelasku.
“kau tidak meninggalkanku, justru kau lah yang telah membawaku kembali kemari. Aku tidak sendiri, aku sebentar lagi akan menikah dengan pria idamanku. Setelah ini aku akan memiliki banyak anak, sebelas mungkin. Oh tidak itu terlalu dikit, baiklah nanti akan ku diskusikan lagi bersamanya.” Ujarnya sambil menerawang ke langit-langit kamar. Aku hanya menganga dibuatnya, banyak sekali dia mau punya anak.
"Asal anakmu jangan meniru sifatmu yang hobi salah menggunakan mantranya hahhahaha..." Ledekku.

“baiklah jaga dirimu ya, jangan sampai terjebak dalam liontin lagi.” Seruku meledeknya.
“hei itu karena aku mengalah pada musuhku, coba saja aku tidak mengalah pasti aku tidak akan bertemu sama kamu.” Ucapnya mengelak.

To be continued...

Hai readers setia Cause I Love You, author gak henti-hentinya ngucapin makasih banyak karena udah mau ngikutin cerita ini terus dan tentunya telah memberikan vote untuk cerita ini 😍

Setelah bertahun-tahun terpisah, Apakah Ika akan bersatu kembali dengan Oki? Atau ada hal lain yang membuat mereka tidak bisa bersama kembali??

Ikutin terus ya kelanjutannya.
Setelah ini mohon maaf partnya author private ya, hanya followers author yang dapat mengaksesnya. Jadi silahkan follow akun author ya. Makasih ❤

Semoga harimu menyenangkan 😉

Cause I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang