8 - Apa Yang Salah?

33 1 1
                                    

****

Pagi yang cerah. Sepertinya langit hari ini mendukung suasana hati Devan. Devan senang karena ia akan segera pergi ke Turki untuk lomba tartil Al-Qur'an.

Amara yang menyadari bahwa raut wajah Devan yang tak biasa, ia gemas dan langsung menanyakannya pada Devan.

"Kenapa muka lo kayak seneng banget gitu? Dapet undian berhadiah lo?"
Amara sambil memperhatikan wajah Devan.

"Lebih dari itu Mar. Lo tau. Gue mewakilkan Jakarta dalam lomba tartil Al-Qur'an di Turki."

"Keren banget. Gue pernah denger sekilas orang tartil gitu du TV. Bagus tuh gue suka. Walaupun gue gak ngerti Al-Qur'an itu apa."
Amara bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Al-Qur'an itu sebuah kitab yang kita yakini kebenarannya. Yah kalau di agama lo itu mirip kitab injil gitu"
Devan menjelaskan dengan singkat.

Amara hanya mengannguk paham.

Tanpa sadar karena Devan terlalu antusias menceritakannya sampai-sampai satu kelas memperhatikannya.

Seketika satu kelas menjadi ruangan gosip.

"what.. Devan muslim? Gak salah tuh?"

"haduhh.. Gue gak nyangka selama ini gue suka sama seorang muslim!"

"ohhh.. Devan muslim"

"gak nyangka gue"

Semua membicarakan Devan karena mayoritas sekolah SMA ini  beragama kristen. Walaupu ada beberapa yang beragama islam.

Namun, tak sedikit yang menyadari bahwa mereka hidup dinegara yang memiliki keberagaman agama, suku, dan budaya.

Brukk!!

Dengan keras Amara memukul meja didepannya. Sontak Devan dan teman-teman satu kelasnya kaget akan hal itu.

"lo semua bisa dijaga gak sih omongannya. Terus kenapa kalau dia muslim? Apa ngerugiin buat kalian"

Semua orang terdiam. Tak ada yang berani berbicara.

"mikir. Kalian hidup dinegara Bhineka Tunggal Ika. Kita hidup dinegara dengan keberagaman agama"
Amara melanjutkan kata-katanya.

"jadi stop untuk ngejudge orang. Kita harus hidup toleransi dengan agama yang lainnya. Kita harus menghormati dia"

Semua terdiam untuk beberapa saat dan kembali ke aktivitas masing-masing.

"Hm. Emang apa yang salah dengan islam. Islam cinta damai. Gue gak pernah ngusik agama lain"

"stop Van. Jangan bikin gue muak. Masih untung bukan ateis"

****

Semakin hari Devan dan Amara semakin dekat sebagai sahabat. Sempat terlintas tentang perasaannya terhadap Devan. Tapi dia sadar siapa dia.

Devan dan Amara terus menjalin persahabatan yang baik walaupun mereka berbeda agama.

Tak jarang beberapa siswa menganggap mereka pacaran. Yang satu mempunyai wajah tampan dan keren, yang satu lagi mempunyai wajah cantik dan imut.

Perpaduan yang sangat pas untuk melahirkan sebuah keturunan yang sempurna. Eiitttss.. Ingat kesempurnaan hanya punya Tuhan yang Maha Kuasa.

*****

Ujian akhir semester sebentar lagi dilaksanakan. Amara tengah sibuk mempersiapkan semuanya karena takut jika fasilitasnya akan dicabut lagi jika nilainya tidak naik.

Sedangkan Devan hanya santai membuka buku itu dan membaca sekilas karena dia sudah mempersiapkan semuanya sejak lama.

"Sibuk banget neng. Ada yang bisa abang bantu?"
Devan menggoda Amara sambil menyodorkan air mineral.

"hussshhh.. Diem gue lagi mencoba memahami soal kimia ini."
Amara sambil mengarahkan jari telunjuknya ke bibir Devan.

"kimia mah dicoba jangan cuma dipahami. Sini gue ajarin"
Devan mengajari Amara dengan sabar dan telaten.

"Gilakk.. Pinter banget lo ngafalin rumus kimia ini. Ngedukun dimana lo?"
Amara asal nyeplos aja.

"enak aja. Gue belajar kali.. Gak kayak lo itu"

Suasana hening sejenak hingga Amara mendapatkan sebuah ide.

"Dev?"

"hm"
Jawab Devan dengan cuek.

"liat gue dulu"
Amara memutarkan kepala Devan 90 derajat.

"apaan?"

"gue punya ide. Siapa yang dapet peringkat 1 pararel harus traktir selama 1 bulan penuh."

"Buset lo niat mau gemukin badan?"
Devan melihat tubuh Amara yang body goals.

"a e lah. Banyak bacot lo. Setuju apa nggak?"

"setuju."
Devan menyetujuinya dengan keyakinan tinggi.

Karena mereka anak orang kaya. So, traktiran 1 bulan penuh emang gak ada artinya sama sekali.

Amara dipanggil bu Dona untuk mengambil tumpukan buku kelas 10 ipa 1. Amara mengangkat tumpukan buku itu dengan susah payah. Amara menyesal telah menolak permintaan pertolongan dari Devan.

Brukkk!!

Amara menabrak seseorang yang membuat buku dan orang yang dia tabrak terjatuh.

"sorry. Gue gak sengaja."
Amara meminta maaf sambil membereskan bukunya.

"ahh.. It's okay gak masalah."

Amara menabrak seorang pria berpostur tubuh tinggi, berkulit putih, dengan rambut klimis dan berwajah sangat manis.

"sorry banget yah kak.. Gue sama sekali gak sengaja."
Amara sekali lagi meminta maaf mengetahilui bet kelasnya menunjukkan kelas XII.

"santai aja."

Amara membereskan bukunya dan langsung pergi. Namun, ada tangan yang berhasil menahannya.

"iya kak? Ada yang bisa gue bantu lagi?"
Amara bertanya pada pria dihadapannya itu.

"Nama lo siapa?"

"Emm... Nama gue Amara Gabriella. Anak kelas 10 Ipa 1"
Amara memperkenalkan dirinya tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Nama gue Revaldi putra.. Lo bisa paggil gue Reval. Kebetulan gue baru aja pindah hari ini."
Reval menjelaskannya pada Amara.

"pantas aja gue gak pernah liat lo. Waduh.. Gue duluan yah kak."
Amara mengingat harus segera membagikan buku ini ke kelasnya.

Amara berlalu dan meninggalkan pria dihadapannya itu.

"Cantik!"
Rival tersenyum melihat Amara berlalu dari hadapannya itu.

******

ku lantunkan 2 kalimat syahadatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang