Jeon Jungkook itu, dosen mata kuliah linguistik. Seorang master dalam bidang sintaksis.
Tutur katanya halus. Sopan luar biasa. Dengan aura tegas, tersembunyi di balik lensa kacamatanya yang justru terlihat manis.
A sweetheart di pandangan pertama. Tidak sedikit pula siswi yang jatuh dalam pesonanya. Jeon Jungkook itu pria matang. Sosok idaman bak pangeran sekalipun usianya tidak terbilang muda.
Tapi jelas berbeda sekali di mata Kim Taehyung. Yang dimana Jungkook selalu menganggapnya sebagai 'bocah priyayi kelewat beruntung'. Seorang tuan muda asal Daegu dengan kekayaan yang mampu membuat banyak kalangan bertekuk lutut, mengais rumput hanya demi menjilat bekas jejak kakinya.
Sedikit pun, lantunan kalimat ancaman bernada tegas yang kerap dilontarkan si pria Jeon, tidak pernah tertanam rapi dalam benaknya. Justru dipantulkan secara kurang ajar. Dibuang bak barang tak berguna.
Karena Kim Taehyung punya paham;
Setajam apapun kedua mata itu menelisik, tetap saja binarnya seperti bocah yang kesenangan bila diberi permen.
Tak peduli setegap apapun postur tubuh yang tersembunyi dibalik balutan kemeja murah kebesaran itu terbentuk; tetap saja akan bergetar lemah hanya dengan sentuhan jari.
Dan setajam apapun lidah itu berkilah, tetap akan dibuat terkulai lumpuh hanya dengan permainan kata yang terucap lancar dengan kosa kata bajingan dari bibirnya sendiri.
Ada hasrat untuk memiliki yang terlampau besar. Tidak tertahankan. Taehyung merasa dadanya seperti ingin meledak ketika menatap pria berusia kepala tiga itu bahkan dari kejauhan.
Dan mendadak di dera pusing yang teramat sangat, ketika decak ranum berwarna merah itu justru terlihat luar biasa menggoda. Berkilat begitu indah di bawah remang penerangan. Begitu basah, begitu menggugah. Rasanya manis. Ia berani jamin, karena sering ia kecap.
"Apa ini, Kim?"
Yah, hasrat memiliki memang luar biasa besar. Membuat pemuda Kim buru-buru melangkah menuju ruangan dosen di lantai dua.
Dengan tergesa berbelok di tikungan, nyaris menabrak beberapa siswa lainnya. Tapi Taehyung tidak peduli.
Di tangan kanan terdapat tas kertas berwarna cokelat. Digenggam begitu erat dan tampak begitu penuh. Kim Taehyung bertekad begitu bulat semenjak membuka mata pagi itu.
Ingin Jungkook.
Butuh Jungkook.
Dan harus memiliki Jungkook.
Hingga begitu membuka ruangan kecil berukuran tiga kali empat meter itu dengan tergesa. Menyentak pintunya begitu kuat hingga empunya nyaris terlunjak. Melempar tas itu sekenanya di atas meja, dan meraup wajah cantik itu dalam satu cakupan tangan.
Nyaris menciumnya kalau bukan karena Jungkook yang mendadak menahan pergerakannya dengan rematan pada bahu. Kedua netranya berkilat; dengan emosi padam yang nyaris tersulut, kalau bukan karena melihat deru nafas milik Kim Taehyung yang begitu tidak teratur, serta sorot matanya yang terlihat begitu panik.
Nalurinya sebagai guru, mencuat saat itu.
"Ya Tuhan, Kim Taehyung!" Pekiknya. Balik mencakup wajah yang lebih muda, menepuk kedua pipinya halus, "Ada apa denganmu? Wajahmu dingin!"