Suara klakson yang beriringan menjadi latar suasana. Langit berwarna oranye menghiasi New York, silau cahaya matahari yang hampir tenggelam menerobos sela-sela gedung pencakar langit. Di sebuah atap gedung, yang hanya terbatasi pagar yang membentuk motif terbuat dari aluminium yang memantulkan cahaya.
Terdapat bayangan seseorang yang tengah duduk, rambut berwarna cokelat terang itu berkibar ringan dengan bantuan hembusan angin sore. Ia hanya terduduk tanpa melakukan apapun, tatapan yang menerawang ke depan.
Gadis itu adalah Adyra. Pakaiannya yang masih sama dengan yang ia pakai dan tak ada niat bergerak. Sudah menjadi kebiasaannya, bahkan ia tetap pada posisinya yang terduduk selama beberapa jam.
Flashback On
"Now. You. Are. Mine. Adyra Sisca Pandugo." ucap Eland dengan seringaian yang tak luntur dari bibirnya. Adyra hanya termangu diam. Otaknya sudah dari tadi membunyikan sinyal berbahaya, tapi sialnya tubuhnya tak mendengarkan apa yang otaknya perintahkan.
Entah dari keberanian mana, Adyra mundur beberapa langkah setelah menampik tangan Eland yang bermain dengan rambutnya. Adyra merasakan ada yang mengganjal di tangannya, ia menurunkan pandangannya dan mendapati kontrak yang baru saja ia ributkan.
Dengan senyum nyalang ia mengadahkan pandangannya yang menatap Eland menantang, "You lose, Mr. Jackson. Sayang sekali kontrak ini ada ditanganku." ucap Adyra bangga dengan mengayun-ayunkan map hitam yang berada ditangannya.
Eland menegakkan tubuhnya, ia berjalan santai ke sofa tunggalnya dan ia membanting tubuh besarnya. "Hmm... congratulation? Haha," balas Eland enteng.
Adyra memindahkan map hitam tersebut kedua tangannya menggantung diudara. Rupanya Adyra bersiap akan merobek map tersebut, namun tak jadi setelah mendengar ucapan Eland.
"Kalau begitu, setelah kau merobek kontrak itu, bayar ke rekeningku 200 juta dolar, Ms. Versodyy."
"Hah?!" Adyra sepontan menjatuhkan kontrak yang ada ditanganya, tapi kedua tangannya masih menggantung di udara, ia memasang wajah tak percaya.
"Anda gila?! 200 juta dolar?? Apa kau kira itu jumlah yang sedikit??"
Eland mengadahkan pandangannya menatap adyra, "Itu belum seberapa. Itu hanya hitungan kotor dari proyekku."
"Dengar Ms. Versodyy. Jika kau merobek kontak tersebut, maka sama artinya kau membatalkan kontrak. Kau tahu betul bukan? Apa jadinya jika batalnya kontrak yang belum terlaksana akan membayar ganti rugi?" jelas Eland dengan nada mengejek.
"Shit!" gumam Adyra. Untung saja Adyra melakukan hal yang akan merugikan dirinya sendiri. Ia tahu betul, jika sudah menandatangani perjanjian hitam putih maka itu bukan permasalahan sepele karena sudah masuk di jalur hukum.
"Apa maksud anda menjebak saya seperti ini, Mr. Jakcson?"
"Aku tidak menjebakmu, Adyra."
"Saya anggap itu penjebakkan!"
Eland menghela nafas, "Aku tidak menjebakmu. Kau sendiri yang menandatanganinya," ucap Eland tak mau kalah.
"Aaakkh!! This is so frustrating!! Akan kulaporkan ke polisi!" ancam Adyra yang akan mengambil seribu langkah namun tak jadi karena penuturan Eland.
"Oh? Mau melaporkan ke polisi yang ... siapa namanya? Seo? Ah iya, Hyun In Seo," Eland menggosokkan jempolnya ke dagu berjambangnya.
Sesuai dugaannya, Adyra langsung membalikkan badannya dengan ekspresi was-was, "Bagaimana anda-!"
Eland menyeringai, "Bagaimana aku tahu?" Eland bangkit dari posisinya dan berjalan ke meja besarnya. Ia membuka laci di meja kerjanya, diraihnya map warna cokelat berukuran A4. Eland kembali duduk ke sofa tunggalnya dan menyerahkan pada Adyra map cokelat tersebut.
"Mungkin kau bisa menemukan jawabannya?" ucap Eland dengan nada menggantung.Adyra meraih map cokelat tersebut dan mulai membacanya. Matanya terbelak kaget, di dalam map tersebut berisi biodata Seo dengan lengkap. Adyra menatap nyalang ke arah eland. "Kenapa–!"
"Silahkan kau publikasikan masalah ini, Ms. Versodyy. Aku sungguh tak keberatan. Tapi apa kau tidak bodoh?"
"Hah?" Adyra merasa tersindir dengan nada eland yang terkesan mengejek.
"Kau melaporkan masalah ini kepada Seo-mu itu. Jika ditindak lanjuti maka kau juga yang akan terkena imbasnya." Eland memainkan gelas kecilnya yang berisi cairan whiskey itu dengan gerakan kecil sehinggcairan itu terombang-ambing kecil.
"Apa maksud anda?"
Eland tersenyum kecil, jari telunjukknya ia arahkan pada map cokelat yang Adyra pegang. "Maka aku dengan mudah akan menghancurkan karir polisi itu."
Adyra tak kuasa menahan marahnya, "Apa maksudmu, sialan! Ini antara aku dan kau. Kenapa kau membawa Seo?!" Adyra sudah menghilangkan tuturan formal. Baginya Seo segalanya bagi Adyra, ia tidak akan tinggal diam jika ada yang membahayakan Seo.
"Tentu dia ada hubungannya, polisi itu akan menindak lanjuti masalah kita. Dia akan membuat berita yang menyangkut pautkanku, seorang pengusaha sukses di New York. Lalu, apa kau bisa menebak selanjutnya?"
"Kau kira siapa aku? Justru lebih baik pikirkan kembali rencana gegabahmu itu. Aku bisa dengan mudah membeli hukum, menghancurkan karir seseorang? Very easy for me, dear."
"You bastard-!"
"Oh, aku lupa memberitahumu. Apa kau lupa dimana kau sekarang, Adyra Sisca Pandugo?"
Adyra hanya menyernyitkan dahinya heran, apa dia bodoh? Batin Adyra. Tentu saja dia berada di- tunggu! Adyra membelakkan matanya. Bodoh! Dia berada di kandang macan!
"Dengan sangat mudah aku akan menyebarluaskan berita tentang hubungan kita," ucap Eland dengan nada penuh kemenangan.
Ah, sial. Dia benar-benar buntu untuk masalah ini. Jika sebelumnya Adyra selalu mendapat masalah, ia dengan mudah mengatasinya dengan kepala dingin tapi kali ini tidak. Dan sialannya lawan yang ia hadapi bukan lawan yang sepadan!
Jackson creative bukan hanya bergerak dibidang Advertising, tapi juga bergerak di media rekam dan stasiun pertelevisisan internasional. Jika Eland mempublikasikan hubungannya dan Adyra yang hanya jebakan dari Eland, maka selanjutnya...
Akan banyak berita yang memuat tentang Adyra! Dia tidak mau!!!
Eland tersenyum menang, "Now you chose Adyra. Bayar denda 200 juta... atau terpublikasinya hubungan asmara Mr. Eland Zyzaq Jackson dengan Adyra Sisca Pandugo?" senyum miring Eland sudah terpanti jelas di bibir Eland.
"K-Kauu--!!" Adyra merasa kalah telak! Ia tidak bisa berkutik apapun.
Eland bangkit dari duduknya, ia berjalan dengan langkah yang dapat mengintimidasi lawannya hanya dengan hentakan sepatunya. Eland berada di belakang Adyra, ditundukkannya tinggi tubuhnya dan mensejajarkan pada Adyra.
"Ikuti saja alurnya. Kau tidak akan merasa sia-sia, sungguh. Aku hanya ingin mengajak kawan bermain. Dan aku membutuhkanmu, Adyra." bisik Eland tepat di daun telinga Adyra.
Adyra tiba-tiba merasa merinding dengan hembusan napas kuat Eland yang sangat terasa dipelipisnya.Adyra mendapatkan kembali kesadarannya, percuma untuk berdebat dengan makhluk hidup sialan ini, dia hanya akan kalah.
Adyra melangkah maju, menunguti karya yang tergeletak di atas karpet itu. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia memutar tubuhnya tanpa melihat ke arah Eland.
Saat Adyra sampai di pintu besar berwarna cokelat, diraihnya kenop pintu dan akan membukanya tapi terhenti setelah mendengar ucapan Eland, "Kali ini aku kasih keringanan untukmu, Adyra. Kembalilah besok, aku menunggumu."
Adyra tak membalikkan badannya. Ia melanjutkan kegiatannya dan meninggalkan ruangan Eland.
=======:)======
Setelah Adyra membanting daun pintu tak berdosa itu dibalikkannya tubuh kecilnya. Ia lalu menghadap sekretaris Eland. "Dimana ruangan Gerry?!" tanya Adyra tak sabar.
Sang sekretrasis hanya menatap heran adyra, kenapa dia semakin menakutkan?
"Ruangan Mr. Anderson berda di lantai bawah ini, Miss. Tapi-" sebelum si sekretaris itu melanjutkan kata-katanya, Adyra langsung melesat pergi.
Adyra menekan tombol lift dengan gerakan kasar. Ia tidak menyangka, akan terjadi seperti ini. Dia dipermainkan oleh rekan bisnisnya dan sialannya Gerry yang penyebab ini semua!
Aaarrrggg! Gerry, akan kuhabisi kau sekarang juga!!
Brak!
Adyra membuka paksa saat sudah sampai diruangan Gerry, tapi hasil yang ia dapat hanya sebuah ruangan minimalis dan tidak adanya manusia yang ia cari.
Seorang pegawai mendekat Adyra dengan gerakan segan, "Um- Apa anda mencari Mr. Anderson?"
"Dimana dia?" balas Adyra tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya, namun nada bicara Adyra menyiratkan ia sedang menahan amarah.
Lawan bicara adyra hanya menegak salivanya, ternyata kecil-kecil menyeramkan, "Mr. Anderson sedang menghadiri meeting di Boston, Miss. Mungkin anda ingin menitipkan pesan? Maka akan saya sampaikan ketika beliau kembali."
"Tidak perlu."
Adyra membalikkan badannya tanpa mengucapkan terima kasih dan melenggang pergi meninggalkan perusahaan eland.
Flashback off
"Haahh..." entah berapa kali Adyra menghela napas lelah, kesal dan entahlah. Ia tak pandai mendeskripsikan perasaannya. Dengan gerakan lemas, Adyra meraih benda pipih yang tak jauh darinya.
Digerakkannya jemarinya mengulas layar handphone itu, jemarinya terhenti dan benda pipih itu dipindahkan dekat telinganya. Setelah sekian lama nada menyambungkan, terdengar suara dari seberang.
"...Seo... help me.." lirih Adyra.
TBC
========:)========
Akhirnya bisa update 😁
Btw mau nanya, apa setiap cerita terlalu pendek kah? Soalnya author ngetik emang sengaja membatasi setiap chapter lebih dari 1000 kata.
Kalo kebanyakan takutnya kalian ntar bosen karena kebanyakan kata-kata yang menurutnya kurang dibutuhkan 😌
Jadi gimana? Kurang panjang chapternya atau udah cukup?
Stay tune, my lovely readers!