07 - Foto dan Indomaret

62 3 0
                                    

Jakarta, 14 Januari 2011

Jam 22.45

Jakarta Kota Metropolitan, yang justru semakin malam semakin ramai. Tidak peduli waktu hampir menunjukkan dini hari, kafe, bar, dan sebagainya masih bertuliskan "Open" di pintu kacanya.

Natha, yang sudah menghabiskan dua bungkus rokok seorang diri, hanya diam saja sambil terus memandangi secarik foto yang telah sedikit usang di tangannya.

"Woi Nath! Liat apa sih serius amat?" Dani tiba-tiba langsung duduk di sebelah Natha, ikut mencuri pandang apa yang membuat sobatnya yang satu ini terlihat serius melihati sesuatu.

Natha langsung memasukkan secarik foto itu di saku celananya, tidak peduli kalau harus lecek karena ia tidak mau orang lain tahu mengenai foto itu. "Nggak, nggak ada apa-apa"

"Bohong, gue liat ada foto ya tuh? Liat dong!" tangan Dani bergerak hendak merogoh saku celana Natha.

"Najis cabul lo! Udah sana nggak ada apa-apa" usir Natha.

"Tumben rahasia-rahasiaan, nggak asik lo ah"

Natha hanya mendengus, nggak lama Dani menepuk-nepuk pundaknya. "Nath, Nath, si Amira tuh" bisiknya sambil menunjuk ke arah pintu masuk bar. Dan betul saja, cewek berambut ikal sepinggang itu datang dan hendak berjalan ke arah Natha dan Dani.

"Sejak kapan dia disini?" tanya Natha.

"Daritadi neng, makanya sih lo serius amat ngeliatin tuh foto"

"Gue bilang bukan foto" kesal Natha, "udah ah, gue mau pulang"

"Eh!" Dani mencegat tangan Natha, "ayolah bro, cepet amat, masa jam segini udah pulang? Tuh Amira, masa sih lo nggak mau?"

Belum apa-apa, sudah terdengar suara Amira yang membuat Natha dan Dani kontan menoleh, "Hai Nath"

"Temenin Amiranya, kasian tuh" bisik Dani sebelum pergi meninggalkan sobatnya berdua dengan Amira.

"Awas lo nyet" balas Natha sambil berbisik, ia langsung menoleh ke arah Amira kembali, "Hei Mir"

"Udah mau pulang? Nggak mau minum dulu?" tanya Amira begitu melihat Natha meraih jaketnya.

"Iya nih"

"Nggak mau ngobrol dulu? Bentar aja kok Nath"

"Sori ya, gue mau pulang" tegas Natha sebelum akhirnya melangkah pergi, tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti begitu mendengar pertanyaan Amira yang menarik rasa keingintahuanya.

"Jadi adek kelas itu beneran pacar lo sampe nggak mau ngobrol lagi sama gue?"

Natha berbalik, mendekat ke arah Amira yang menatapnya terang-terangan seakan ingin tahu jawaban dari pertanyaannya segera. "Jadi lo berpikiran kayak gitu? Oohh" Natha mengangguk, "boleh juga jadi bahan pertimbangan gue buat pacarin dia"

"What?! Nath, lo udah gila ya?" pekik Amira nggak percaya.

"Emangnya kenapa?"

"Nath, apa sih yang lo liat dari tuh adek kelas? Maksud gue, banyak cewek yang lebih pantes jadi pacar lo. Bukan dia"

Natha mengangguk-angguk, "Tenang aja kok. Kan masih dalam pertimbangan gue"

Dari jauh, Rehan, Dani, dan teman-teman satu tongkrongan Natha lainnya yang memang sengaja mencuri dengar hanya bisa menahan tawa. Bukan hanya mereka, Natha pun tahu bahwa Amira memang menyukainya. Belakangan ini, cewek itu jadi lebih sering mengirim pesan teks kepada Natha dan berkali-kali melayangkan kode tapi begonya Natha pura-pura tidak tahu. Sempat memancing kekesalan teman-temannya karena Amira salah satu cewek tercantik dan terseksi di sekolah tapi malah disia-siakan Natha begitu saja.

Some Kind Of FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang