40

4.7K 209 31
                                    

"Melihatmu tertawa bersamanya memang membuatku cemburu dan ingin marah. Tetapi, memangnya aku punya hak untuk itu?"

***

"Lena, habisin makanan kamu," ucap Gerald tegas.

Selena menghela napas. Beginilah rasanya jika sarapan bersama Gerald. Sangat tidak enak.

"Kenyang, Pa."

"Habisin."

"Kenyang, Papa."

"Habisin, Lena."

Lagi, Selena menghela napas. Ia kembali mengangkat sendoknya, mengambil sesendok nasi goreng, dan memasukkannya ke dalam mulut, lalu mengunyahnya secara perlahan.

Tak lama, piring yang tadinya terisi nasi goreng seafood itu bersih seketika. Selena meraih gelas berisi air putih, lalu meneguknya hingga habis.

"Pa, Lena berangkat."

Gerald mengunyah rotinya seraya mengangguk. "Iya, hati-hati."

Setelah berpamitan dengan ayahnya, Selena meraih jaket kulit yang terletak di atas sofa, lalu berjalan keluar rumah. Ia mendekati sepedanya yang ia parkirkan dekat mobil Gerald, lalu menaikinya.

Selena mengernyit. Ia merasa ada yang aneh pada sepedanya. Ia pun berjongkok, memperhatikan ban sepedanya.

Selena mendengus. Ternyata ban sepedanya kempes. Ia bisa saja memompa ban sepedanya, tetapi ia terlalu malas untuk masuk ke gudang yang begitu kotor dan banyak debu hanya untuk mengambil alat pemompa.

Selena kembali berdiri. Ia melangkahkan kaki, menjauh dari halaman rumah, memutuskan untuk berjalan kaki.

Pagi itu, jalanan di komplek Selena tampak begitu sepi. Hanya ada beberapa orang yang keluar hanya sekedar mengajak anjingnya jalan-jalan atau olahraga pagi.

Tak lama, dua orang perempuan yang umurnya kira-kira 40 tahun menghampiri Selena yang masih berkutat dengan ponselnya. Salah satu dari mereka berdeham, membuat Selena mendongakkan kepalanya.

"Selena, tumben jalan kaki. Ada apa?" tanya salah satu dari mereka yang bernama Rosi.

"Iya, Sel, kenapa? Tumben banget," tambah satu orang lagi yang bernama Naura.

Selena memutar bola matanya. Ia sudah sangat malas jika harus berpapasan dengan kedua manusia terkepo di kompleknya.

Pernah, waktu itu, Selena sedang mengajak Milky jalan-jalan di kompleknya. Saat itu Milky tampak ceria dan sangat lincah. Tetapi ketika pulang, anjing jantan itu tidak berjalan apalagi berlari, melainkan digendong oleh Selena karena habis mengejar kucing dan akhirnya kukunya patah dan berdarah. Kemudian, Rosi dan Naura menghampiri Selena dengan wajah menyebalkannya. Lalu mengatakan seribu pertanyaan yang sangat tidak berfaedah dan tentu saja tidak ada urusannya dengan mereka berdua.

Sering kali juga, ketika Selena keluar rumah atau baru pulang, Rosi dan Naura menghampirinya dan bertanya-tanya hal yang tidak penting.

Uh, sungguh menyebalkan. Pengen ditabok kali ya.

"Selena, kok kami tanya nggak dijawab?" tanya Rosi yang mulai sebal karena dikacangi.

"Tau. Sombong banget kamu, Selena."

Selena menggeram tertahan. Ingin sekali ia mencabuti satu-satu rambut lebat Rosi yang entah ada kutunya atau tidak. Atau mengempeskan perut Naura hingga perempuan itu kurus.

"Misi, Mbak, saya buru-buru." Selena berusaha menyingkirkan tubuh kedua mbak-mbak itu yang semakin mendekat ke arahnya.

Setelah mengumpulkan tenaganya, Selena berlari sekuat tenaga, meninggalkan kedua manusia kepo itu.

Cold Girl (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang