*
Sshhh
Ahhh
Desahanku terus keluar dari mulutku seiring gerakan arfi yang berada diatas tubuhku. Gairahku terbakar saat arfi mulai bermain dengan buah dadaku.
"Faster babe... please" ucapku meracau
"As you wish dear"
Dan benar saja arfi mempercepat gerakannya dan itu membuatku mendesah lebih keras. Ini nikmat sekali aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Ku rasakan dibawah sana berdenyut ku rasa aku akan sampai..
"Hey.. wake up"
Tahan arfi sebentar lagi aku akan merasakan sesuatu yang lama ingin kurasakan. Aku membuka mataku sedikit ku lihat arfi meracau tidak jelas aku tidak dapat mendengarnya.
"Aaaarrrrgghhhh"
"Wooooyy!!! Banguuunn..!!!" seseorang berteriak. Ku buka mataku lebar lebar. Wajah arfi tepat didepan wajahku hanya berjarak beberapa centi saja. Sontak aku mendorongnya menjauh.
"Kau ini kenapa, teriak teriak seperti orang diperkosa, faster faster apa? Pulpen? Kau mimpi apa sampai menarik narik bajuku"
Aku masih diam menatap arfi yang kesal. Itu semua hanya mimpi? Ku periksa pakaianku. Iya semua masih lengkap. Demi sayur bayam yang dimasak kematengan ini sangat memalukan aku meracau dalam tidurku seolah aku melakukan itu dan orang yang ada dalam mimpiku kini sedang menatapku heran. OhGod!
"Pergilah mandi. Aku menunggumu dimeja makan"
"Arfi, tunggu dulu.." ia menoleh padaku
"Apa yang kamu dengar saat aku mengigau tadi?" Tanyaku. Ia hanya menaikkan alisnya satu
"Kau seperti orang gila berteriak faster faster.. kau sedang jualan pulpen ya?" Jawabnya. Pulpen? Faster yang ku maksud bukan itu. Dari jawabannya dapatku ketahui pria didepanku ini belum pernah menyentuh wanita sama sekali atau dia memiliki bahasa dan cara lain?
Aku menghela nafas lega. Untung saja arfi bodoh soal itu
"Tapi kau menyebut nyebut namaku?"
Aku melotot mendengar lanjutan ucapannya. Aku harus jawab apa? Apa aku harus jawab 'aku bermimpi making love sama kamu dan aku mencapai klimaksku' lalu mendengar jawabanku dia akan langsung menciumku dari leher turun ke dada lalu kami melakukan hal hal seperti dalam mimpiku. Shit! Tinggal bersama arfi membuatku selalu berfantasi liar.
Lamunanku tersadar saat arfi menjentikkan jemarinya didepan wajahku "ah! Aku bermimpi berjualan pulpen faster denganmu iya hehehe" jawabku ngasal bin ngaco disertai cengiran bodoh ku harap arfi percaya dengan jawabanku. Dia hanya mendelik ke arahku
"Mandi cepat sana!! Kau sudah gila.." dan dia pun pergi meninggalkanku. Aku gila karenamu arfi-- eh gimana? Kan kan, aku memukul mukul kepalaku. Otakku gak beres harus segera berendam kalo begini.
Setelah semuanya beres aku duduk dan makan di meja makan bersama arfi. Tidak ada pembicaraan selama kami sarapan seperti biasa arfi yang pendiam dan aku yang masih segan membuka omongan lebih dulu.
Selesai makan ku hampiri arfi yang sedang duduk dibalkon apartementnya. Aku hendak meminta satu permintaan padanya ku harap dia mengabulkannya.
"Ehem.. boleh aku duduk disini?" Tanyaku takut takut aku mengganggu waktu santainya. Arfi hanya menganggukkan kepalanya. Aku yang masih menunduk takut. Hatiku cemas apa arfi akan mengabulkan keinginanku mengingat hanya tinggal beberapa hari lagi aku bersamanya. Dan tempatku bekerja sudah ditutup. Tabunganku yang sekarang pun tidak cukup untuk membeli rumah dikawasan sini mengingat aku baru bekerja 3 minggu ditempatku bekerja. Bodohnya aku malah membeli apartement bukan membeli rumah. Mana apartementnya masih nyicil lagi jika tabunganku habis maka apartementku akan diambil alih. Menyewakannya bukan ide yang bagus. Hampir setiap orang disini memiliki apartement
KAMU SEDANG MEMBACA
Our
Romance(18+) Ini adalah cerita perjuangan hidup dari seseorang wanita malam. nasib membawanya kedalam kehidupan yang bukan sama sekali impiannya. Namun nasibnya berubah ketika bertemu dengan seorang pria. Hidupnya tidak lagi susah secara batin. Bagaimana k...