42. Syarat

5.3K 248 12
                                    

Hallo guys aem kambek. Ada yang kangen Dalvin dan Nabila atau kangen aku ? *canda
Sebelumnya Maaf ya udah di gantung hehee.
Tau kok gimana rasanya di gantungin apalagi sama doi*plak.

Okelah selamat malam dan selamat membaca ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gue-" Dalvin menggantungkan ucapannya membuat Nabila penasaran bukan main.

"Gue. Gue apa Vin ?" tanya Nabila yang harap-harap cemas. Dalam hatinya dia selalu komat kamit agar Dalvin mau memaafkan dan mengulangnya dari awal.

Dalvin membuang nafas kasarnya.

"Gue ma-" ucapan Dalvin terhenti karena ponselnya berbunyi.

Dalvin meminta izin pergi pada Nabila untuk mengangkat telfon itu dan Nabila mengangguk.

Nabila terus memperhatikan Dalvin yang sedang mengobrol dalam telfon. Sesekali Dalvin tersenyum membuat Nabila penasaran dengan si penelepon.

Sedangkan di sisi lain, Alma sedang berusaha membujuk Dalvin agar mau menjemputnya di kafe yang kebetulan tak jauh dari tempat Dalvin.

"Lo mau kan Vin, ayo dong gue takut di culik sama om-om nih" ujar Alma.

'Gak bakalan ada yang mau nyulik lo'

"Ck. Ayolah Pliss" mohon Alma.

'Oke'

Alma berjingkrak kesenangan karena Dalvin mau menjemputnya.

*****

"Nab sorry gue harus balik duluan" ujar Dalvin.

"Ta-tapi lo belum jawab Vin" ujar Nabila sedikit kecewa.

"Lain kali aja" ujar Dalvin enteng. Nabilapun mengangguk pasrah.

Nabila menatap nanar punggung Dalvin yang semakin lama menghilang di balik pintu kafe.

"Gimana rasanya ditinggal sama orang yang di sayang ? sakit kan ?" ujar seseorang membuat Nabila menoleh dan terkejut.

"Af-fiah" ujar Nabila yang masih terkejut.

"Sante aja muka lo. Ini baru awal Nab" ujar Afiah.

"Maksud lo apa ?" tanya Nabila yang belum mengerti.

Afiah menyeringai.

"Gue bakal buat Dalvin pergi ninggalin lo" ujar Afiah.

"Kenapa lo lakuin itu ke gue ? salah gue apa ? Dan jangan bilang yang tadi nelfon Dalvin itu orang suruhan lo" ujar Nabila.

Afiah tertawa.

"tebakan lo bener Nab gue yang nyuruh dia nelfon Dalvin" jawab Afiah.

"Dan kenapa gue lakuin itu ke lo karena lo udah buat orang yang gue sayang pergi itu juga termasuk kesalahan lo" lanjut Afiah.

"Orang yang lo sayang?" Nabila berpikir sesuatu dan membulatkan matanya.

"Rio. Afiah masalah Rio lo salah faham" ujar Nabila.

"Salah faham lo bilang ? Lo udah bunuh Rio Nab" bentak Afiah yang membuat penghuni kafe menatap bingung ke arah mereka berdua.

Nabila segera menarik tangan Afiah pergi meninggalkan kafe menuju tempat yang sepi.

"Afiah dengerin gue. Gue sama sekali gak bunuh Rio" ujar Nabila yang mencoba menjelaskan.

"Lo pikir gue percaya ? Ngga Nab" ujar Afiah sengit.

"Terserah lo mau percaya apa ngga sama gue yang penting gue udah kasih tau kalau gue gak bunuh Rio" ujar Nabila pasrah.

"Dan soal lo mau jauhin gue dari Dalvin gue gak takut. Dan gue bakal tetep perjuangin Dalvin" lanjut Nabila dengan tegas.

"Jadi gitu ?" ujar suara dari belakang mereka.

Suara khas laki-laki yang begitu familiar di telinga Afiah dan Nabila. mereka membalikkan tubuhnya dengan wajah pucatnya. Dan yap! Dalvin menatap tajam kearah mereka berdua. bukan hanya Dalvin tapi ada sosok Alma juga disitu.

"Da-dalvin" lirih Nabila.

"Dalvin lebih baik kita pergi dari sini. ini bukan urusan kita" ujar Alma.

"Jelas ini urusan gue karena mereka bawa nama gue tadi" ujar Dalvin dingin.

"Tap-" ucapan Alma terpotong karena sentakan Dalvin.

"DIAM" Sentak Dalvin pada Alma. kemudian pandangan Dalvin mengarah pada dua wanita di hadapannya ini.

"Afiah kenapa lo jadiin gue tempat balas dendamnya lo ke Nabila. Dan lo juga Nab kenapa lo bunuh kekasihnya Afiah ?" tanya Dalvin.

Mereka diam.

"Gue gak nyangka sama kalian. Kalian tuh udah mirip kaya psikopat berwajah malaikat" sarkas Dalvin.

"Dalvin gu-gue bisa jelasin. gue gak bunuh Rio Vin, Afiah salah faham dan lo juga jangan salah faham dulu" ujar Nabila kelimpungan.

"Gue jadiin lo alat dendam gue karena lo yang deket sama Nabila dan di sayang Nabila" ujar Afiah.

Dalvin mengerutkan keningnya.

"Gue deket sama Nabila dan orang yang di sayang Nabila. Hey bukan cuma gue yang di sayang, Genta dan sahabat lainnya juga Nabila sayang" ujar Dalvin.

"Tapi meskipun lo mau balas dendam ke Nabila itu gak akan ngaruh bagi gue. karena sampai kapanpun hati gue masih tetap buat Nabila dan gak akab pernah pergi ninggalin dia" jelas Dalvin.

"Dalvin" lirih Alma.

"Dan lo juga jangan harap gue mau sama lo. Lo itu sama liciknya sama Afiah" ujar Dalvin sambil menunjuk Alma.

Kemudian Dalvin menarik tangan Nabila pergi menjauh Dari tempat itu.

Sialan. Batin Afiah dan Alma.

"Dalvin" panggil Nabila dan di jawab deheman oleh Dalvin.

"Lo percaya sama gue kan ?" tanya Nabila.

"Gak tau" Jawab Dalvin.

Nabila mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Kalau lo gak percaya sama gue kenapa lo bilang kaya tadi ke mereka berdua ?" tanya Nabila lagi.

"Gue juga gak tau" jawab Dalvin enteng.

Nabila membuang nafas pasrahnya.

"Gue minta maaf" lirih Nabila.

"Ada syaratnya" ujar Dalvin membuat Nabila yang tadinya menunduk kini mendongak menatap Dalvin.

"Apa syaratnya ?" tanya Nabila tak sabaran.

Dalvin tersenyum penuh arti ke Nabila.

"Syaratnya adalah"

TBC'
Maaf juga ceritanya makin gak jelas.
Kalau akusih yang penting Selesai aja. Hehee

DALVIN & NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang