6

43 11 0
                                    

Sudah hampir seminggu Fero mengurung dirinya di dalam kamar. Selama itu pula ia tidak mau bertemu siapapun, tubuhnya pun tidak terawat dan tampak sangat menyedihkan. Dia tidak menghiraukan perkataan orang lain. Semua orang pasti akan melakukan hal yang sama sepertinya atau yang lebih parah mungkin akan mengakhiri hidupnya.

Pria itu terdiam di dekat jendela kamarnya, biar saja orang-orang menilai dirinya bodoh. Toh, mereka tidak tau apa yang dia alami. Beberapa hari ini pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Sheila. Entah mengapa, tapi dia ingin menemui adik tirinya itu. Namun, dia merasa begitu buruk bahkan berpikir apa dia masih pantas muncul dihadapan gadis itu?

Di sisi lain, Sheila masih melanjutkan kegiatannya seperti biasa. Dia masih belum tau penyebab Fero tidak terlihat akhir-akhir ini. Angga pun jarang terlihat sekarang entah kemana pria itu. Terakhir kali Angga menyuruhnya untuk tidak bertemu dengan Fero.

-------

"Apa kalian benar-benar akan diam terus seperti ini?!" Bentak Jojo yang sudah tidak tahan dengan situasi ini.

"Apa kalian tuli, hah?! Kita tidak hanya berteman setahun dua tahun. Aku tau Fero memang keterlaluan melakukan semua ini. Tapi coba buka mata kalian!!! Fero tidak mungkin melakukan ini tanpa sebab. Kita mengenalnya lebih dari lima tahun. Aku tidak bermaksud membela siapapun di sini.

Tapi, bukankah sebagai sahabatnya kita harus menasihatinya? Bukankah kita harus memperbaiki hubungan mereka? Itukan gunanya SAHABAT?! Lalu apa yang kita lakukan? Kalian itu sudah dewasa! Malu pada umur kalian!!! Walaupun aku sering kelewatan dan bertingkah konyol, setidaknya aku selalu ingat apa arti persahabatan!" Pungkasnya lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam memikirkan kata-katanya.

"Aku tidak menyangka Jojo bisa bicara sebijak itu." Ungkap Joshua selaku saudara kembar Jojo.

"Ya, kau benar. Aku bahkan merasa tertampar dengan kata-katanya" Balas Zaky.

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?" Keadaan kembali hening mendengar pertanyaan yang dilontarkan Vano.

"Aku tau siapa yang bisa membantu kita." Galang pun membisikkan sesuatu pada teman-temannya.

"Kau memang sangat jenius, Lang! Ayo kita cepat bergegas!!!" Puji Zaky.

Mereka pun pergi untuk menemui seseorang yang mungkin bisa membantu mereka untuk menyelesaikan masalah ini.

-------

Kezia baru saja pulang dari mall bersama Aldi. Tapi mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Galang dan teman-temannya. Sedangkan Galang dan yang lain pun sama terkejutnya melihat kekasih Fero pergi berduaan dengan Aldi yang notabenenya adalah musuh bebuyutan Fero.

"Kalian? Pergi bersama?" Tanya Vano yang masih terlihat syok melihat Kezia dan Aldi.

"Ah kalian. Sebenarnya Aldi itu saudara iparku. Ngomong-ngomong apa yang kalian lakukan di sini?" Balas Kezia

"Kami membutuhkan bantuanmu,, ini menyangkut tentang Fero." Aldi mengeryit mendengar jawaban Vano.

"Fero? Ada apa dengan si brengsek itu." Kezia memegang pundak Aldi guna memperingatkan.

Kini Kezia menoleh kearah Vano dan meminta mereka masuk ke dalam rumahnya untuk menjelaskan maksud perkataannya tadi. Sejujurnya Kezia tidak tau apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Memang beberapa hari ini dia sulit menghubungi Fero,, ia kira ini karena perkataannya beberapa waktu lalu.

Galang pun menceritakan maksud kedatangannya ke rumah Kezia.

"Lalu apa yang bisa kulakukan?" Tanya Kezia.

Mereka tampak berpikir keras agar tidak salah dalam bertindak karena ini menyangkut banyak orang.

"Aku bisa membantu jika kalian tidak masalah." Tawar Aldi dengan santai tidak menghiraukan tatapan sinis dari orang-orang di depannya.

"Kau? Kau pikir kami tidak tau bagaimana hubungan mu dengan Fero sudah SANGAT buruk?" Balas Joshua sengit.

"Kurasa mungkin kalian belum tau kenapa Fero sangat membenciku." Ucap Aldi enteng sambil meneguk segelas air di gelasnya.

"Maksudmu?" Giliran Zaky yang bertanya.

"Dulu kita itu sahabat baik bahkan mungkin lebih dari kalian bertujuh. Pasti kalian tidak akan mempercayai apa yang kukatakan ini." Semua orang mengiyakan termasuk Kezia, Aldi tetap melanjutkan ceritanya.

~FLASHBACK~

Fero menggedor pintu rumah Aldi dengan tidak sabaran. Napasnya memburu dan penampilannya terlihat sangat kacau. Tidak butuh waktu lama pintu terbuka dan Fero langsung mencengkram bahu Aldi.

"Aku.. Aku benci mereka. AKU BENCI ALDI! AKU BENCI!!!" Teriak Fero frustasi, Aldi berusaha menenangkan Fero dan menyuruhnya masuk ke dalam.

"Coba ceritakan apa yang terjadi?" Dengan air mata yang masih mengalir Fero menceritakan bahwa ayahnya akan menikah lagi. Ia pun mengungkapkan bahwa dia tidak ingin siapapun menggantikan posisi ibunya. Bagaimanapun dia tidak akan menerima kehadiran orang lain dalam keluarganya.

"Sabar Fero,, mungkin ayahmu memiliki alasan dibalik semua ini. Kau harus bersikap dewasa untuk masalah ini. Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri." Fero terlihat tidak setuju dengan perkataan sahabatnya itu.

"Apa maksudmu? Kau ingin aku merestui mereka?!" Aldi menggeleng.

"Bukan seperti itu,, kita masih kecil, Fer. Ayahmu hanya ingin ada yang merawatmu saat beliau tidak ada." Ucap Aldi menjelaskan.

"Kau bisa menjalaninya terlebih dahulu. Aku akan selalu di sisimu. Jangan pernah berpikir kau sendirian di dunia ini." Fero pun memeluk Aldi dengan tersenyum.

"Kau memang sahabat terbaikku."

~FLASHBACK END~

"Akhirnya Fero merestui ayahnya untuk menikah lagi walaupun dengan terpaksa." Ungkap Aldi.

"Lalu dimana letak kesalahannya? Apa yang membuat kalian bermusuhan?" Tanya Galang selidik.

"Beberapa tahun kemudian ibu tiri Fero melahirkan Sheila. Sebenarnya Fero sangat senang mendengar hal itu, apalagi sedari dulu dia sangat menginginkan adik perempuan. Tapi itu tak berlangsung lama. Fero kembali merasa bahwa ayahnya pilih kasih.

Saat itu Sheila akan berulang tahun yan ke-5. Orang tuanya sibuk memikirkan ulang tahun adik tirinya dan Fero merasa tidak diperhatikan. Saat Sheila ulang tahun, Fero pergi ke rumahku. Ia bilang kalau dia sangat membenci adik tirinya. Aku pun mencoba membujuk Fero.

Beberapa tahun kemudian saat kami SMP, aku sengaja datang ke rumah Fero. Tapi aku terkejut saat melihatnya membentak Sheila hingga menangis. Aku pun memarahi Fero. Karena hal itu aku sering main ke rumah Fero untuk mengawasi mereka berdua dan saat memasuki SMA aku mulai merasa jika aku memiliki perasaan pada Sheila, adik tiri Fero.

Fero akhirnya tau kalau aku menyukai adiknya. Dia marah padaku dan kami pun terlibat perkelahian. Itu yang membuat Fero begitu membenciku hingga saat ini. Ia merasa kalau aku mengkhianatinya."

Semua orang yang berada di sana hanya diam tidak merespon. Mereka terlihat syok mendengar cerita Aldi. Kezia bahkan tidak menyangka kalau Aldi dan Fero pernah bersahabat dekat.



Vomment nya dong jangan lupa!!!

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang