LIMA : AMIRA

24 8 23
                                    

"Apa sihir yang kamu punya? Sampai apa pun yang kamu lakukan, separah apa pun perbuatan mu. Tapi aku tidak bisa marah dan membenci mu sedikit pun."

🔺🔻🔺

Pagi ini Vio datang lebih awal. Ia masuk ke kelas nya dan mendapati Mira yang sedang duduk di meja Dilla dengan teman-teman nya yang terlihat sedang fokus belajar.

Mira menghampiri Vio dengan muka cemas, "Vi, kamu udah belajar belom?"

"Tumben belajar, biasa nya juga bomat kalo ada ujian," Vio tidak menjawab pertanyaan Mira sebelum nya.

"Kali ini tuh gak bisa bodo amat. Kamu lupa apa? Hari ini tuh ada tryout dari bimbel 'Fanesha Operation' tau."

"Oh iya!" Akhirnya Vio teringat, "Tapi bukan tryout dari sekolah kan Mir?" Vio terkesan acuh.

"Tapi katanya hasil tryout nya bakal di laporin ke orang tua kita Vio, gimana dong?" Mira terlihat sangat gelagapan.

"Wah iya? Gawat-gawat-gawat, gimana dong Mir?" Violet mendramatisir.

"Iya makanya, ayo sini belajar bareng," Mira menarik Vio ke arah meja Dilla.

"Gimana dong Mir?"

"Apaan lagi sih Vi?" Mira masih menyeret Violet.

Ia memberhentikan langkah nya,"Gimana dong? Aku udah belajar soalnya," Vio tersenyum tanpa dosa lalu menghampiri meja nya.

"Woy Vi! Sehat!? Waktu aku jadi terbuang sia-sia! Aku udag baik mau ngasih tau kamu bakal ada try--" Mira berhenti bicara karena mulut nya dibekap oleh Violet.

"Udah gak usah ngomong lagi sih Mir, katanya mau belajar. Sana lanjutin aja, aku mau keluar dulu," Vio melepas tangan nya dari mulut Mira lalu melengos mendingalkan Mira keluar kelas.

Melihat tingkah teman dekat nya itu, Mira jadi kesal dan mencak-mencak sendiri tak jelas.

•°•°•

Akhir nya bel masuk pun berbunyi. Vio masuk kelas dengan senyum yabg cerah hingga ia duduk di meja nya.

Berbeda dengan diri nya. Muka Mira muram, juga sedikit pucat karena ia takut dimarahi bila dapat nilai kecil lagi.

Papa Mira itu memang cukup perfectionist. Jika ia dapat nilai kecil, siap-siap saja telinga nya akan panas karena mendengar ceramah dari papa nya itu.

"Mira," Vio memanggil teman sebangku nya itu.

Mira tidak menjawab, menoleh pun tidak. Perhatian nya masih saja tertuju pada buku paket matematika nya.

"Amira Adeline," Vio mengintrupsi.

"Hmm," Mira hanya bergumam.

"Kenapa sih Mir? Kamu marah ya sama aku?" Vio mulai merasa tidak enak pada Mira.

"Engga tuh, biasa aja."

"Seriusan ih Mir. Bohong ya?"

Mira mendengus malas, "Pake nanya lagi, coba pikirin aja sendiri," Mira masih terlihat cukup kesal.

"Jangan marah dong Mir, bercanda aku. Abis nya kamu serius banget tadi," Vio membela dirinya.

"Ya iyalah aku serius, aku gak mau ngecewain papa sama mama lagi," Jawab Mira ketus.

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang