Dulu, Kini dan Nanti

Terpaksa

Sakura menghela napas berat, tangannya dengan malas mengangkat gelas yang berisi jus strawberry. Di depannya kini ada dua pirang berbeda gender. Menatapnya seolah dia adalah oasis ditengah panasnya gurun pasir.

Setelah kejadian memeluk dan menangis tadi, mereka berdua langsung menyeret sakura yang masih membisu. Bahkan sampai saat ini sakura tak berniat mengatakan apa pun.

"Kau sungguh tak ingin bicara?" Ino si pirang perempuan mencoba memecah suasana. Mereka sudah di food court sekolah itu hampir 8 menit dengan suasana yang tak mengenakan.

Sakura mengangkat bahunya acuh, "tak ada yang perlu dibicarakan" tegasnya.

"Maafkan aku, sakura-chan," ucapan yang sarat rasa bersalah dan sorot mata yang meredup terpantul dari wajah Naruto.

Sakura membanting pelan gelas yang digenggam nya. Menatap tak suka pada Naruto, "aku benci dengan tatapan seperti itu kalau kau lupa," balasnya tajam.

"Kau memang pantas marah, tapi bisakah katakan yang sebenarnya agar kami semua ikut mengerti," timpal ino lemah

"Aku memang kembali, tapi tak berniat untuk jadi seperti dulu," jelas sakura sambil beranjak dan pergi meninggalkan dua pirang yang masih menatapnya.

Sakura berusaha untuk tetap terlihat kuat dan angkuh. Dia berjalan dengan pasti tanpa berniat menoleh. Tapi ternyata hatinya berkhianat karena denyutan perih itu masih terasa, air matanya meleleh meski dia hapus dengan cepat.

"Kenapa secepat ini?" Lirihan pelan mengalun dengan nada memilukan dari bibir mungilnya.

Ino yang berusaha mencegah sakura agar tak pergi tertahan oleh genggaman tangan Naruto. Belum sempat Ino memakinya, gadis pirang itu lebih dulu bertemu sepasang saphir yang meredup.

"Kita masih bisa bertemu dengannya, jadi jangan terburu-buru," ucap Naruto lirih.

Menghela napas lelah, ino mengangguk sambil menatap tangannya yang masih digenggam Naruto. Seolah tersadar lelaki berkulit tan itu segera melepaskan nya.

"Hehehe, gomen," lanjutnya dengan senyum dipaksakan.