We Don't Talk Anymore
by:: MzBultaorune
***
Mereka makan sambil sedikit bercanda gurau dan berbagi cerita ringan. Tidak terlihat seperti ibu dan anak, mereka justru lebih terlihat seperti kakak dan adik.
"Anyeong haseo Eommonim..." sebuah suara mengejutkan keduanya, terlihat sosok Jimin yang datang dengan senyumannya. Dia membawa nampan dimana diatasnya terdapat dua potong tiramisu.
"Oh, Jimin-ssi. Anyeong haseo..." ibu Shira membalas sapaannya.
"Apa anda bisa mengkonsumsi kopi?"
"Ya, memangnya kenapa?"
"Ini, silahkan nikmati tiramisu-nya. Saya ingin anda merasakan kue buatan saya, mungkin bisa sedikit memberikan saran karena cheesecake anda semalam sangat enak." Jimin menyajikan dua potong kue itu diatas meja dan mengambil piring kotor yang sudah tak terpakai lalu memberikannya pada pelayan terdekat.
"Tidak perlu sungkan, aku sangat senang jika kau menyukainya. Baiklah, akan ku coba."
"Kau juga Shira-ya, makanlah."
"Ne Chef..." Shira dan ibunya sama-sama mulai memakan kue itu.
"Hmm.. Ini enak, semua komposisinya pas." Komentar ibu Shira masih sambil menikmati kue itu.
"Benarkah? Terima kasih Eommonim..." Jimin menunjukkan eye-smile andalannya.
Tepat setelah melahap suapan pertama, ponsel Shira berdering.
"Aku akan angkat telpon sebentar..." Shira berjalan keluar restoran sambil mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo?... ne... what? Bagaimana bisa?!..... ok, aku akan kesana. Kumpulkan bagian production dan keamanan, panggil juga designer Ahn Jaehyun. Aku akan segera kesana." Panggilan diputuskan sepihak oleh Shira, dia lalu menemui ibunya.
"Eomma, aku harus segera ke kantor, ada masalah. Eomma mau ikut aku ke kantor atau ku antar pulang saja?" Jelas Shira setelah mendudukkan diri.
"Oh, begitukah? Kau ke kantor saja, biar Eomma pulang naik taksi."
"Aniya, jangan... lebih baik Eomma bawa mobil saja, biar aku yang naik taksi."
"Eum, maaf eommonim, Shira-ya. Jika anda tidak keberatan, saya bisa mengantar anda pulang, kebetulan saya juga ada urusan didaerah sana."
"Apa tidak merepotkan, Chef? aku tahu kau sibuk, biar aku saja yang mengantar Eomma dulu."
"Tidak apa, tidak merepotkan sama sekali... kau pergilah, segera selesaikan urusanmu." Ujar Jimin menenangkan, Shira pun menatap ibunya seolah meminta persetujuan.
"Eomma tak apa, pergilah." Ibu Shira seolah mengerti maksud tatapan anaknya itu. Shira mengecup pipi ibunya.
"Eomma hati-hati, terima kasih Chef. Aku titip Eomma."
"Hati-hati di jalan Shira, jangan mengebut." Pesan Ibu Shira.
Shira segera keluar dari restoran dan melajukan mobilnya menuju perusahaan.
Tidak butuh waktu lama, Shira sudah sampai di perusahaannya, terlihat Sungjae dan beberapa pengawal menunggu didepan pintu masuk.
"Jadi bagaimana keadaannya?" Tanya Shira pada Sungjae sambil berjalan menuju lift.
"Menurut pengakuan Ahn-Sonsaeng, semalam benda itu masih ada di ruangannya, tapi ketika siang ini dia kembali sudah tidak ada."
"Apa semua dewan sudah berkumpul?"
"Sudah, mereka berada di ruang meeting utama"
"Ahn-Sonsaeng?"
"Beliau juga disana."
"Baiklah. Oh ya, katakan pada keamanan aku akan mengecek CCTV setelah meeting, suruh mereka siapkan semuanya."
"Baik Direktur-nim."
Sungjae dan Shira langsung keluar dari lift dan menuju ruang pertemuan. Benar saja, semua pihak terkait sudah ada disana.
"Baiklah, saya tidak akan bertele-tele. Langsung ke intinya saja Ahn-Sonsaeng, tolong jelaskan kronologinya."
Ahn Jaehyun adalah designer perhiasan yang akan diterbitkan perusahaan Shira, beliau merupakan designer tetap di Crystal Jewelery.
"Semalam saya memang lembur Direktur-nim, tetapi saya tiba-tiba harus pulang sehingga sepertinya saya tidak memastikan keamanan produk kita. Dan ketika siang ini saya kembali, saya tidak bisa menemukannya di meja kerja saya. Saya sudah mencari ke tempat-tempat yang mungkin tetapi tidak ketemu juga. Maka dari itu saya melaporkan pada sekertaris Yook."
"Hais.. ceroboh sekali kau Ahn-Sonsaeng. Bagaimana bisa kau seceroboh itu?" Choi Hyuntae, salah satu dewan yang memang sudah berumur membuka suara.
"Maafkan saya, saya akan berusaha bertanggung jawab." Jaehyun terlihat merasa bersalah. Shira sejak tadi sudah memperhatikan gerak-gerik semua yang hadir di pertemuan ini.
"Duduklah Ahn-Sonsaeng..."
Shira menarik nafas sejenak, lalu membuka suara.
"Ahn-Sonsaeng, apakah anda sudah mengunci ruang kerjamu waktu itu?"
"Ne, ruangan saya ada sensor keamanannya. Jadi hanya bisa dibuka dengan passkey."
"Dimana anda meletakkan benda itu?"
"Diatas meja saya."
"Semua jendela dalam keadaan tertutup?"
"Jendela di ruangan saya tidak bisa dibuka, karena ada AC dan pemanas ruangan, jendela hanya untuk sinar matahari saja."
"Apa ada CCTV di ruangan anda?"
"Aku rasa tidak ada." Shira terlihat berpikir, dia kemudian berdiri.
"Baiklah, kita akhiri pertemuan ini. Saya akan mengabari kalian perkembangan kasusnya, bersiaplah untuk mendapatkan panggilan untuk pemeriksaan karena saya akan melaporkan ini pada polisi. Sekian, saya tutup rapatnya." Shira pun berjalan keluar ruangan dan segera turun ke lobby.
"Seokjin-Oppa!" panggil Shira pada sosok jangkung yang sedang berbincang dengan petugas keamanan yang berjaga di lobby.
"Oh, Shira-ya." Pria yang dipanggil Seokjin itu melambaikan tangan pada Shira mereka pun berdiri berhadapan.
"Apa Oppa sudah lama menunggu?"
"Tidak juga, setelah kau menelpon aku langsung kesini. Jarak kantorku kesini kan cuikup jauh." Seokjin melirik kearah Sungjae yang berdiri dibelakang Shira.
"Oh, lama tak berjumpa Sungjae-ya..." Seokjin melambaikan tangan pada Sungjae.
"Ne, senang bertemu denganmu, Hyung." Sungjae tersenyum.
"Jadi, apa yang bisa ku bantu?" Seokjin to the point.
"Kita bicara di ruanganku saja." Segera saja mereka menuju ruangan Shira, tentunya didampingi Sungjae.
Sesampainya di ruangan Shira, mereka berbincang di sofa.
"Jadi, jelaskan padaku masalahnya..."
***
Shira, Sungjae dan Seokjin kini berada di teras perusahaan.
"Terima kasih banyak, Oppa..."
"Tidak perlu seperti itu, Shira-a... kau ini seperti pada siapa saja."
"Aku sedang bicara dengan Kim Seojang-nim sekarang, aku harus bicara penuh hormat."
"Yaa, apa-apaan kau ini..." merekapun tertawa.
"Yasudah, Oppa pulang dulu ya... kau jangan terlalu banyak berpikir, kau bisa keriput nanti..." Ujar Seokjin sembari memeluk Shira.
"Ne, terima kasih Oppa. Hati-hati dijalan,"
Setelah berpamitan dengan Sungjae, Seokjin pun menuju mobilnya dan pergi.
"Direktur-nim, apa anda tidak pulang juga? Sudah hampir waktunya makan malam..."
"Aku akan pulang. Kau istirahatlah, kalau mendapatkan sesuatu segera hubungi aku."
"Ne Direktur-nim."
Setelah memastikan semuanya, Shira segera pergi dari kantor.
***
Anyeong hasimnika!!
it's been a long time!! (again)
I'm so so so so so sorry karna lagi-lagi vakum lamaaa banget...
pas sekolah kemaren repot banget sampe ngelurusin pinggang aja susah. Terus liburan ini juga susah banget mau ngerjain...
but still, aku bakal terus usahain buat update demi readers semua!!! <3 <3 <3
tentunya don't forget Vote and Comment! dan selalu sabar menanti diriku ini....
Luv u guys!!!
Much love!
Kamsahamnida!!!