37 - Snow after the rain

119 27 2
                                    

V terduduk kesal melihat ekspresi Najel yang senyum sumringah setelah berhasil membuatnya cemas. Perempuan itu melambaikan tangan ke arahnya kemudian berlarian di area kebun sayuran. Rupanya Najel tadi teriak karena ia tidak sengaja telah menumpahkan sejumlah pupuk.

Berkali-kali Nenek Oh menyuruh Najel untuk berhenti, namun ia menghiraukan. Najel tampak sangat gembira walau dengan kondisi yang penuh luka.

Tanpa disadari, V tiba-tiba menyimpulkan senyuman. Ada sedikit rasa di benak V tentang Najel saat ini. Ia merasa ikut senang karena Najel senang.

"Salju!"

Udara semakin dingin ketika salju mulai turun. Tapi bagi Najel, hal ini bukanlah masalah baginya. Ia malah asik mengadah tangan untuk mengumpulkan salju-salju yang turun.

"Najel, kemari Cu.. Udara semakin dingin, kamu akan mati beku jika tak ingin mendengar apa kata Nenek."

"IYA NEK!!! NAJEL DATANG!!!" Najel berjalan sembari melompat-lompat mendekati V dan Nenek Oh.

"Wah.. Sudah sadar kau rupanya."

"Nenek mau ambil selimut tebal untuk kalian, tunggu sebentar."

***
Najel duduk di samping V, kakinya yang menyentuh tanah ia hentak-hentakkan. Najel memandang ke sekitar, ia masih terpukau oleh salju yang turun.

"Kemari.."

"Eh?"

"Sini tanganmu."

"Apa? Tangan? Aku? Untuk apa?"

V berinisiatif untuk meraih kedua tangan Najel, ia ingin berbagi kehangatan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada."

"Lantas kenapa memegang tanganku? Wah! Cabul!!"

Mendengar pernyataan Najel membuat V berdecih.

"Biarkan Aku menghangatkan tangan yang tak bisa kau rasakan ini."

Najel terdiam. Ia tak membalasnya, hanya mereka saling berpandangan.

"Aku sudah menyelamatkanmu, jadi.. Kuharap kau tidak mati karena kedinginan."

"Sial!" Najel membuang tangan V. "Kau kasihan padaku? Aku tak mau dikasihani! Kau lupa?"

"Aku tidak bilang kalau aku mengasihani. Aku hanya bilang kuharap kau tidak mati karena kedinginan. Jika iya, maka akan jadi sia-sia saja aku datang sejauh ini."

"Oh. Tapi tetap saja itu terkesan mengasihani!!!"

"Ngomong-ngomong," lanjut V.

"Apa?"

"Kemana Yeji dan dimana ponselku?"

"Oh, si perempuan cengeng itu. Dia.. Pergi bersama Kakek jang ke kota, mungkin dia mau cari bantuan. Lalu kita selamat deh."

"Oh iya. Peluru di dalam perutmu... Kakek jang telah mengeluarkannya, jadi kurasa kau masih bisa bertahan beberapa hari lagi."

"Setelah beberapa hari, aku akan bagaimana?"

"Ntah, mungkin mati."

V tertawa kecil. Kenapa ia memancing Najel untuk membuat lelucon.

"Kau pikir itu lelucon? Aku serius. Kau bisa mati tau!"

"Apa kepedulianmu soal aku mati atau tidak?"

"Karena kau...... Kau..... Kau bodyguardku!"

"Make sense."

"Dan ponselku?"

"Ada. Di samping bantal tempat kau tidur. Aku menaruhnya di sana, sebelum itu.. Aku mematikannya."

"Kenapa?"

"Agar mereka tak mencari kita."

"Kenapa?"

"Agar aku bisa menenangkan pikiran sejenak."

V diam, Najel pun demikian. Mereka bergelut dalam pikiran masing-masing.

"Kau tau dalang dari semua ini?" tanya Najel.

"Tau."

"Aku juga."

"Maka dari itu aku butuh ketenangan sesaat."

"Aku terlalu stres untuk memikirkan orang-orang yang menyedihkan itu."

***

"Woah. Nenek pandai memasak! Daebak!"

"Umm... Masakan Nenek enak sekali. Aku ingin membawa nenek untuk datang ke rumahku, dan nenek bisa setiap saat memasak sup ini."

Nenek Oh tertawa kecil. "Makan yang lahap dan hati-hati, sayang. Jangan buru-buru."

"Ini enak sekali, nenek."

"Sup itu mampu menghangatkan tubuh kalian. Silahkan menikmati, nenek harus mengerjakan sesuatu sekarang, nenek tinggal lagi ya."

"Iya Nenek."

***

Dengan suhu yang sangat dingin. Yeji berusaha untuk survive dari keadaan. Mereka berdua masih berada di atas motor, berkendara jauh ke seoul. Mungkin butuh waktu sekitar satu jam lagi, Yeji harus kuat.

***

Tok..tok.tok.tok.

"Do you wanna build a snowman?"

"Come on let's go and play."

V membuka pintu, didapatnya Najel yang tengah berdiri di hadapannya sambil cengir kuda. V berkerut kening.

"Yuk buat boneka salju.."

"Ayo bermain denganku.."

Najel melanjutkan nyanyiannya.

"같이 눈사람 만들래?"

Brak.

"Okay.. Bye..."

Najel menjatuhkan bibirnya. V tak seru, dia tak mau bermain dengannya. V menyebalkan! Lelaki itu menutup pintu dengan kasar.

***

TOK.TOK.TOK.TOK.TOK.TOK.TOK!!!!

"MALING.. ADA MALING..!!"

V kembali membuka pintu.

"Maling kau maling, jangan teriak maling. Bila kau maling... Jangan berisik," Najel menaruh telunjuk di bibirnya.

brak.

Najel kembali menjatuhkan bibir, ia menggerutu kesal. Najel menyilangkan tangan sambil menghentak-hentakkan kaki menjauh dari kamar yang digunakan V.

Sejujurnya. Najel merasa bosan, ia tak tau harus berbuat apa. Sudah beberapa jam berlalu setelah Najel dan V berpisah, mereka pergi ke kamar masing-masing, namun hal itu membuat Najel menjadi bosan, sedangkan Nenek Oh sedang bekerja. Ia menjadi tak ada teman bicara.

***

Semua khawatir. Partner kantor Yeji maupun teman-teman dan keluarga Najel. Mereka bahkan membuat selebaran untuk menemukan Najel dan membuat laporan menjadi laporan hilang ke kepolisian. Atau mungkin ini sebuah penculikan part dua? Entahlah, mereka kebingungan.

Mr.Siwon tak henti-hentinya melampiaskan amarah kepada para polisi termasuk Seokjin yang bermata panda itu. Seokjin pun telah berulang kali mencoba untuk menghubungi, tapi hasilnya nihil.

Jungkook dan Hoseok mulai bergabung menjadi partner dalam pencarian Najel di sosial media. Sudah lebih dari 24 jam Najel, Yeji, maupun V menghilang.

Chanyeol berjalan ke parkiran, ia mengedarkan pandang dan memastikan tidak ada yang mengikutinya sebelum memasuki sebuah mobil. Hanya chanyeol seorang, ia sedang membuat panggilan seluler.

"Bagaimana?"

"Bukan bersama kalian?"

"Aku tau. Semua anak buahmu telah mati ditempat."

Next>

GAMER • Kth [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat