"Dia"

38 6 4
                                    

Angin jalanan mengibas rambut Ara, tergulai lemas terbang keudara. Suasana sore sepulang sekolah dijalan raya cukuplah padat. Motor besar berwarna kuning milik Azki seakan-akan menguasai jalan.

"Semoga aja gak ada polisi, maap lo gak gak helm, gue gak tau lo bakalan pulang bareng gue."

"Gakpapa kok, makanya jangan laju-laju."

"Gue laper. Eh kebetulan..." Ucapnya singkat, lalu memberhentikan motornya didepan salah satu restoran cepat saji.
"Turun."

"Ini mau magrib, anter gue pulang dulu, gue belum bilang mama." Ucap Ara yang masih duduk di motor.

"Mana sini Hp lo biar gue yang ijinin."

"Tapi..."

"Yaudah pake Hp gue, berapa nomornya?"

"Gausah, gue bisa telpon mama sendiri kok." Ara mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu segara menelpon mamanya.

"Assalamualaikum, ma Ara pulangnya habis magrib ya? Iya ma.... Sama temen... Oke....."

"Boleh kan? Cepet turun, lama amat, cacing diperut gue demo minta makan." protesnya.

"Iya... Iya..."

Restoran saat itu tidak terlalu ramai, antriannya pun tidak panjang. Ara fokus menatap ponselnya yang menyala tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, kakinya berjalan pelan mengikuti Azki yang berada didepannya, namun matanya terus menatap kearah ponselnya sambil sesekali mengetik sesuatu.

"Lo pesen apa?" Azki menoleh ke arah Ara, dilihatnya kacamata Ara memantulkan cahaya layar ponsel. Begitu fokusnya hingga tak mendengar pertanyaan Azki.

"Lo stalker ato apa? Gue tanyain gak jawab, jangan-jangan lo gangguan telinga ya?"

"Eh... Enggak kok, cuma gue gak mudeng aja. Lo nanya gue pesen apa ya?... Em... Sembarang lo aja deh."

"Kalo lu bukan cewek aja ya, udah gue buang lo ke laut." Balasnya lalu memesan makanan kepada pegawai restoran.
"Lo mau duduk dimana?"

"Em... Terserah lo." Jawabnya, namun matanya masih kearah ponsel.

"Ada apa si di Hp lo pokus banget." Azki langsung merebut ponselnya.

"Azki!"

"Cari tempat duduk dulu baru gue balikin."

Ara memincingkan matanya kearah pria tinggi dan tampan yang menurutnya sangat menyebalkan, lalu dia menoleh kekanan dan kiri mencari tempat duduk yang pas.

"Noh disana."

"Mba, meja nomor 10 ya..." Ucapnya kepada pegawai restoran.

Lalu Azki berjalan menuju meja yang ditunjuk oleh Ara.

"Mana sini balikin."

"Duduk dulu napa, rempong amat."

Ara langsung segera duduk. Dilihatnya Azki masih menggengam ponselnya.

"Balikin Azki!"

"Ada apa si isinya, liat ah..." Lalu Azki melihat ponsel Ara yang tak menggunakan password itu.

Tak mau tinggal diam Ara berdiri berusaha merebut ponselnya. Namun Azki lebih sigap, dia langsung berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Balikin... Ihhh."

"Liat dulu gue."

"Kepo deh lo."

"Eh ini..." Azki mulai menurunkan lengannya lebih rendah.

ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang