My Love "162"

3.5K 343 77
                                    




Hari kedua Kyoya di rumah sakit, Suzume merawatnya dengan sabar dan cuti beberapa hari demi putranya. Untung saja bosnya pengertian lagi pula Suzume sudah menyelesaikan projectnya jadi dia bisa tenang.

Kyoya yang tidur siang pun terbangun, dia melihat sekitarnya dan tidak tampak wajah Suzume. Dia pun berjalan keluar mencarinya dan menemukannya sedang memanjat pohon.

Anak gadis di bawah pohon menangis.

Kyoya menghampiri mereka.

"Apa yang kalian lakukan?"

Tanyanya dan Suzume melihatnya.

"Kyoya? Kenapa kau keluar?!"

"Aku mencarimu. Kau sedang apa di sana?"

"Balon anak itu tersangkut di ranting pohon, lihat dia menangis untuk balonnya."

Balas Suzume.

Dia pun melihat ke arah anak gadis kecil yang menangis. Dia juga pasien di sini sama dengan Kyoya. Melihatnya menangis dia mengingat tentang dirinya sendiri yang sama sekali tidak menangis walau orang tuanya di kubur di depan matanya.

Dia bukan tidak mau menangis, tapi air matanya tidak bisa dia keluarkan.

Dia ingin menangis sampai tidak bisa menangis.

Kyoya terdiam di sana dengan pikirannya yang terkenang masa lalunya.

"Aku dapat!"

Jerit Suzume senang dan membuat Kyoya berpaling. Tiba-tiba saja ranting pohon yang dipanjati Suzume patah dan dia pun terjatuh, segera Kyoya menyambutnya dengan tubuhnya sendiri.

"Uh.."

Desah Kyoya menerima pukul keras dari tubuh ayahnya. Dia menahan sakitnya dan bertanya pada ayahnya.

"Suzume kau baik-baik saja?"

"Kyoya?! Kyoya! Apa yang kau lakukan?!"

Marah Suzume karena Kyoya menyelamatkannya padahal dia sendiri masih terluka.

"Kenapa ceroboh sekali! Dimana yang sakit? Apa yang sakit?!"

"Aku baik-baik saja, tidak ada yang sakit."

"Tadi kau menjerit!"

"Aku tidak. Kau yang menjerit."

"Benarkah? Tidak sakit kan??"

"Iya, tidak sakit. Jadi berikan balonnya pada si anak itu."

Pesannya dan Suzume segera beranjak dari tanah menghampiri anak gadis kecil itu. Kyoya pun berpaling dan meringgis sakit. Dia membuka bajunya dan melihat lukanya kembali berdarah. Dia melihat Suzume lagi dan buru-buru pergi.

Anak kecil itu berhenti menangis dan senang setelah diberi balonnya.

Dia segera berterima kasih dan kembali ke orang tuanya yang mencarinya juga. Suzume masih mendadahkan tangannya pada anak gadis kecil itu yang sedang berlari ke arah orang tuanya. Orang tuanya tersenyum pada Suzume setelah anaknya berbicara padanya. Suzume ikut tersenyum,

"Kyoya pasti akan senang jika orang tuanya tidak meninggalkannya. Sejak kecil dia tidak pernah menangis seperti itu dan terlihat seperti anak yang kuat. Aku menyesal.. Aku tidak bisa membuatnya bahagia seperti anak lainnya."

Gumamnya kecil dan merasa sedih, dia melihat anak kecil itu menangis dan mengingatkannya pada Kyoya yang hanya diam di depan makam kedua orang tuanya, tatapan mata yang kosong seperti tidak ada apapun di dunia ini membuat Suzume tidak bisa meninggalkannya sendirian.

Saat dia berpaling kembali Kyoya sudah menghilang.

"Kyoya?"

Panggilnya dan anaknya sudah menghilang.

"Kyoya?! Kyoya?!"

Panggilnya mulai mencari anaknya. Dia berlari masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ke kamarnya langsung.

"Kyoya! Kyoya!"

Panggilnya dan anaknya tidak tampak juga,

"Kyoya kau dimana?! Kyoya?!"

"Suzume?"

Balas Kyoya dia ambang pintu. Suzume berbalik.

"Kau darimana saja?!"

"Aku mencari minuman hangat untukmu,"

Jawabnya membawa beberapa jenis minuman.

Suzume langsung memeluknya, dia benar-benar takut kehilangan putra kesayangannya.

"Ada apa?"

"Kupikir kau menghilang."

"Aku tidak akan kemana-mana."

"Bohong."

"Aku tidak."

"Aku tahu kau bersama gadis lain waktu itu!"

"Oh..."

"Jangan hanya 'OH'! Apa yang terjadi padamu?! Kau belum membicarakannya padaku sepatah katapun! Katakan sekarang!"

Marah Suzume menunjuk jidat Kyoya dengan jari telunjuknya.

"Wanita itu yang melakukannya.."

"Wanita itu? Yang mengangkat teleponmu malam itu?"

"Benar."

"Kau punya selera wanita yang jelek."

"Aku tidak mengenal gadis ini! Dia hanya pelanggan yang datang dan tiba-tiba tertarik padaku. Aku tidak tahu kenapa dia jadi seperti itu."

"Jadi?! Dia yang melakukannya?!"

"Iya, dia melakukan apapun."

"Termasuk...!"

Mengerti arah pembicaraan ayahnya dia pun segera menjawabnya.

"Tidak! kami tidak melakukannya! Aku berhasil lepas darinya!"

Jawabnya membuat Suzume bernapas lega.

"Syukurlah, jangan melakukannya pada orang yang tidak kau cintai."

"Apa aku boleh melakukannya pada orang yang kucintai?"

Tanya Kyoya polos menatap ayahnya. Ayahnya mulai berpikir,

"Apa kau sudah punya seseorang yang kau sukai?"

"Tentu saja."

"Siapa orang itu? kau belum mengenalkan padaku."

"Orangnya adalah Suzume."

Jawab Kyoya membuat Suzume menatapnya dan tertawa kecil.

"Aku juga mencintaimu, kau anakku satu-satunya."

Balasnya tertawa kecil seperti kata-kata Kyoya itu candaan baginya. Maksud dari Kyoya bukanlah sebagai anak, melainkan orang lain.

Kyoya terdiam tak bersuara. Suzume melihat wajah seriusnya.

"Kyoya?"

"Lupakan. Aku mau tidur."

Balasnya dan berbaring di kasurnya. Dia menyelimutinya dan memalingkan tubuhnya ke arah lain.

"Kyoya, apa kau merasa sakit lagi? Apa lukamu sakit?"

"........................"

"Kyoya? Kau sudah tidur? Kalau sakit katakan padaku. Aku akan memanggil dokter."

"........................."

Suzume pun pergi melihat anaknya sama sekali tidak meresponnya.

Kyoya terdiam dan tidak bisa berpikir apapun lagi.

Dia benar-benar sangat stres. Ayahnya sendiri tidak peka dan terus menganggapnya sebagai anak.

"Aku tidak ingin jadi anakmu.."

My Love (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang