chapter 01

43 8 12
                                    

Pagi ini memang pagi yang amat teramat dingin, di pagi yang dini Rara telah bangun, jam sedang menunjukkan pukul 03.00 A.M memang kebiasaan dari gadis cantik ini adalah bangun pagi untuk belajar.

Rara mulai kebiasaan ini ketika ia masih duduk di bangku kelas 4 SD. Dulu ketika masih duduk di bangku kelas 4 SD ia pernah mengikuti sebuah lomba dari sekolahnya yaitu menggambar, sebenarnya masih banyak beberapa perlombaan lainnya namun ia memilih untuk mengikuti lomba menggambar.

Ia lolos tahap provinsi dan memenangkan juara satu, betapa senangnya Rara kala itu dan ia berharap jika ibunya turut bangga atas kemenangannya itu. Namun ketika sampai di rumah apa yang ia dapat?. Ibunya hanya bersikap acuh dan berharap jika anaknya dapat mengikuti lomba di bidang akademik dan memenangkanya. Sejak saat itu Rara mulai belajar dengan giat meski ia hanya mendapatkan peringkat 3 besar di kelas.

"Ah, lelahnya ..." keluh Rara yang sedang duduk di kursi. Lalu ia melirik ke arah dinding dan menatap jam dinding miliknya.

"15 menit lagi aku selesai"

Jam telah menunjukkan pukul 06:36 A.M sedangkan Rara masih sibuk mengerjakan latihan soal di kamarnya yang sunyi itu.

"Rara sayang! Cepat bangun nanti kesiangan!!" teriak ibu Rara dari luar kamarnya

"iya bu, Rara bangun"

"cepat sana mandi"

"iya"

Rara bergegas menutup buku yang berada di meja belajarnya dan keluar dari kamarnya untuk mandi.



***




"Rehan tunggu dong!!!" rengek Pandu

"Iya, iya ini aku tunggu"


Akhirnya Rehan dan Pandu memasuki gerbang sekolah bersama.

Ketika mereka mulai berjalan di koridor kelas betapa bahagianya para wanita yang kini dapat melihat ketampanan dari seorang Muhammad Rehan Al Farizi.

Dan diantara mereka ada seorang wanita yang keberadaanya tidak di ketahui banyak orang yaitu Rara Setyani dari kelas XI IPA 3 yang setiap berangkat dan pulang sekolah adalah jalan yang selalu di lalui oleh Rehan.
Sebenarnya untuk menju kelasnya Rehan dapat juga di tempuh dengan jalan lain, namun untuk mempersingkat waktu ia memilih untuk melewati jalan yang ia telah lalui ini.

" Kak, ini untuk kakak aku membuatnya di rumah" ucap seorang wanita yang menyodorkan sekotak makanan untuk Rehan.

"Oh iya, makasih ya,, hmm lain kali nggak usah repot-repot buat beginian" ucap Rehan dengan manis, dan merasa keberatan untuk menerima makanan itu, meski ia menerimanya tapi,,,, ia tak enak hati karena Rehan tidak mengenalnya. Meski begitu, Rehan tetap menerima kotak makanan itu, untuk menjaga perasaan dari wanita itu.

Meski ini bukan kali pertama untuknya tapi tetap saja ia masih berat untuk menerima barang-barang dari seseorang yang tidak ia kenali.

Bahkan tahun lalu ada yang memberinya coklat, selain itu yang sering Rehan dapat dari ia kelas 10 sampai saat ini adalah sebuah surat.

Sampai sekarang masih banyak wanita yang terus mengirim surat kepadanya entah itu secara langsung maupun tidak. Untuk yang mengirimkannya secara diam-diam biasanya mereka menaruhnya di dalam laci meja ataupun mereka masukkan ke dalam tas Rehan.

Kadang Rehan bingung sendiri mengapa sampai segitunya mereka melakukan hal yang bisa di anggap hal yang sia-sia. Rehan berfikir dari pada mereka sibuk menulis surat untuknya kenapa mereka tidak sibuk saja menulis rangkuman pelajaran yang jelas-jelas bermanfaatnya.

GrowlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang