****
Setelah Vienny turun, tinggallah Raffa dan Rania yang ada didalam mobil. Rania diam, begitu pula Raffa.
Rania terlihat nyaman dengan terus melihat keluar jendela. Sedangkan Raffa, bergerak tidak nyaman dengan situasi seperti sekarang.
"Kita cari sarapan dulu, ya?" Ajak Raffa
"Kamu belum sarapan?" Rania balik bertanya.
"Udah sih sebenernya. Tapi belum kenyang aja." Jelas Raffa
Rania hanya membulat kan mulut nya membentuk huruf 'o' sebagai jawaban atas penjelasan Raffa.
****
Vienny tersenyum ke arah teman-teman nya yang secara bergantian melemparkan sapaan untuknya di sepanjang koridor. Meskipun bukan cewek populer disekolah, tapi Vienny termasuk siswi yang ramah sehingga di segani oleh teman-temannya.
Langkahnya terhenti, tatkala melihat sepasang sepatu beserta pemiliknya berdiri tepat didepannya.
"Hai Vin!"
Dengan perlahan Vienny mengangkat kepalanya untuk melihat siapakah orang yang barusan menyapanya.
"Oh, hai Gha. Aku kira siapa." Ucap Vienny ramah
"Belum bisa ngenalin aku nih?" Goda Argha
"Apaan deh. Udah ah aku mau ke kelas dulu." Vienny hendak melangkahkan kakinya, namun dengan cepat Argha menahan lengannya.
"Ada apa lagi?" Tanya Vienny
"Pulang sekolah jalan yuk." Ajak Argha
"Jalan kemana? Ke danau yang kamu bilang itu ya?" Wajah Vienny terlihat antusias ketika menyebutkan kata 'Danau'.
"Kamu pengen kesana? Boleh aja kalo itu mau kamu."
"Pengen banget sih. Tapi..."
"Kakak kamu lagi, hm?" Tebak Argha. Sepertinya Argha sudah hafal dengan alasan cewek ini menolak ajakannya.
"Iya. Maaf ya. Kak Raffa bilang, sepulang sekolah aku harus udah dirumah." Jelas Vienny dengan kepala tertunduk. Entah sudah berapa kali ia menolak ajakan Argha.
"Apa perlu aku yang izin ke Kakak kamu? Biar kamu dibolehin keluar sebentar." Tawar Argha
"Hah? jangan! Jangan!" Sergah Vienny
"Kenapa? Kakak kamu galak banget ya? Tenang aja aku udah biasa kok ngadepin yang galak-galak." Canda Argha. Berusaha untuk menghibur Vienny.
"Ih enggak ya! Kakak aku baik kok. Cuman agak keras aja orangnya."
"Nanti aku aja deh yang coba buat izin ke Kak Raffa. Siapa tau aja di bolehin." Lanjut Vienny
"Oke deh. Aku tunggu kabarnya, Cantik." Argha mengerlingkan sebelah matanya. Sebelum beranjak meninggalkan Vienny yang terpatung mendengar ucapannya.
****
"Kemaren pulang sama siapa?" Tanya Raffa setelah menyesap kopinya.
"Aku pulang naik Grab." Jawab Rania
"Yahh, enak dong Abang Grab-nya bisa ngeboncengin cewek cantik."
"Ihh apaan deh kamu." Rania terkekeh mendengar ucapan Raffa.
"Nah kan kalo ketawa gitu jadi adem liatnya." Raffa menarik hidung Rania pelan.
"Jadi kalo aku nggak ketawa, liatnya panas gitu?" Ucap Rania sinis
"Haha. Ya nggak lah, sayang." Tawa Raffa
"Oh ya, buat gantiin kencan yang dulu itu, gimana kalo nanti malem kita dinner berdua?" Raffa menatap wajah Rania intens.
"Nggak sama Vienny? " Tanya Rania sambil terus mengaduk capuccino nya.
Raffa meraih tangan kiri Rania yang bebas lalu menggenggamnya erat.
"Maaf kalo kamu ngrasa di duain sama Vienny. Vienny bener-bener penting buat aku. Dia masih butuh banget pengawasan aku." Jelas Raffa dengan raut wajah yang terlihat serius.
Rania segera menegakkan kepalanya setelah mendengar penjelasan Raffa. Entah kenapa, justru dia yang merasa bersalah sekarang. Ia merasa kurang memahami Raffa.
"Raf, maaf aku egois. Nggak seharusnya aku ngomong gitu ke kamu." Sesal Rania. Tangan kanannya yang bebas ia julurkan untuk ikut menggenggam tangan Raffa yang masih menggenggam nya.
"Kamu nggak salah kok. Justru aku seneng karna sekarang kamu mau ngeluarin uneg-uneg kamu tentang aku." Ujar Raffa
"Aku memang nggak tau apa-apa soal cinta, tapi aku janji bakal belajar itu semua bareng kamu." Terdengar ketegasan dalam ucapan Raffa. Rania yang mendengarnya langsung tersenyum cerah. Entah kenapa hatinya menghangat karna ucapan Raffa barusan.
"Aku juga masih harus banyak belajar Raf, nggak cuman kamu aja." Jawab Rania
"Gimana kalo kita belajar bareng aja? Nanti aku sewa guru les buat ngajarin kita berdua."
Tawaran Raffa membuat Rania tertawa pelan. Membayangkan bagaimana jika Raffa benar-benar melakukannya.****
Vienny terlihat resah dengan ponsel ditangannya. Ia sedang berniat untuk menelfon Raffa. Tapi entah kenapa keraguan justru menguasai nya. Rasanya ia sudah tau jawaban apa yang akan diberikan oleh Raffa. Meskipun begitu, tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan?
"Halo dek, ada apa?"
"Ah ini Kak emm nggak ada apa-apa sih sebenernya. "
"Trus kenapa nelfon? Ada masalah di sekolah? "
"Enggak ada kok. Aman-aman aja."
"Do you want to ask something, right?"
"Yes, I do." Suara Vienny terdengar pelan kali ini.
"Mau apa, dek? Tinggal ngomong aja ke Kakak."
"Vienny mau izin buat pergi sama temen sepulang sekolah Kak." Vienny mengucapkan nya dengan secepat kilat karena gugup.
"Oh itu."
To be continued...
****
Wah kira-kira di izinin nggak ya sama Raffa?
Tunggu part selanjutnya yahh. 😉Ohya, mau ngucapin makasih buat yang Setia baca cerita abal-abal ini. 😘
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penggunaan bahasanya inggris nya 😂Salam hangat,
@echafenca 👯
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Brother
General Fiction#8 in General Fiction (09/07/2018) Perjuangan seorang kakak laki-laki dalam menjaga adik perempuan nya hingga ia mengabaikan perempuan yang amat di cintai dan juga mencintainya. Sampai pada akhirnya, Raffa harus memilih antara adik kesayangannya at...