Demi Sahabat

137 5 6
                                    

Hampir satu jam Ayu termenung menatap foto di tangannya. Rani yang geram melihat sahabat baiknya terus murung, akhirnya angkat bicara.

"Udahlah, Yu'. Lupain aja, masih banyak cowok lain di luar sana," kata Rani sok bijak. Gadis itu lupa kalau setahun yang lalu, dia juga meratapi kepergian Joko, mantan pacar tergantengnya. Ayu bahkan sempat menyeretnya keluar kamar kos dan menyerukan semangat move on dengan berapi-api. Sekarang, giliran Rani membalas budi.

"Hatiku sakit, Ran," lirih Ayu di tengah isak yang penuh dramatisasi.

"Ish, aku udah tahu rasanya," cibir Rani sambil sibuk menggaruk lengannya yang gatal karena gigitan nyamuk. Sebenarnya, bukan hanya galaunya Ayu yang membuat Rani kesal setengah mati, tapi pilihan tempat meratap Ayu lah yang membuatnya meradang.

Saat ini, mereka sedang berada di pinggir empang Pak Mamat. Tempat yang katanya bersejarah untuk Ayu dan Eko, mantan pacar Ayu, yang kemarin menikah dengan janda beranak dua. Ayu yang perawan ting-ting kalah dengan janda paket lengkap, pengalaman pula. Sakitnya tuh di sini, kata Ayu kemarin pagi dengan mata sembab karena sudah menangis dua hari dua malam, non-stop.

"Ya ampun, Yu', ayo pulang, aku bisa kehabisan darah kalau dapat serangan masal begini," sungut Rani dengan tangan sibuk menepis nyamuk-nyamuk yang mendekat. Di saat seperti ini, dia ingin sekali mempunyai mata Sharingan agar bisa menangkap satu persatu binatang menyebalkan itu dan menjadikannya peyek untuk cemilan Ayu. Siapa tahu dengan memakan peyek nyamuk, galau sahabatnya sembuh.

"Aku belum ilang seseknya, Ran. Kira-kira kalau aku nyemplung ke empang, penderitaanku bakal ilang nggak ya?" Pikiran Ayu sang perawan ting-ting mulai miring lima derajat.

Rani langsung melotot mendengar perkataan sahabat sedengnya. "Eh, empang Pak Mamat itu nggak dalem. Kemarin aja si Udin yang tingginya cuma semeter kotor itu, bisa nyemplung terus nyolong lele lima biji. Lha, kamu yang tinggi semampir gitu paling cuma kelelep sampe pinggang. Eling Yu', eling." Rani dengan semangat berapi-berapi mengkotbahi Ayu supaya sadar. "Lagian buang energi amat, sih. Eko itu nggak pantes di tangisin. Laki model gitu mah banyak di Kampung Rambutan, bejibun malah. Mup on, Neng, mup on."

Ayu berkedip melihat Rani yang terengah di akhir kalimatnya. Gadis itu lupa menarik napas saat berkotbah. Bukannya tercerahkan, Ayu justru mewek dengan tidak elitnya.

Rani menghela napas panjang. Orang patah hati ini memang kadang otaknya buntu. Dia jadi ingat berita di koran minggu lalu, ada anak SMA yang nekat ngemil HIT hanya karena diputus pacarnya. Oh, Rani memang pernah patah hati, tapi logikanya masih lurus dan tidak bengkok. Hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dengan ratapan sia-sia.

Melihat Ayu yang masih mewek membuat peri-kesahabatannya tersentuh. Dia pun menarik Ayu ke dalam pelukannya.

"Nangislah sampe puas. Habis itu kita pulang ya, aku traktir mie ayam dua mangkok," kata Rani yang berusaha menghibur sahabatnya.

Ayu berhenti terisak untuk sesaat lalu mengangguk dalam pelukan sahabatnya. "Pake ceker yang banyak ya," pintanya dengan suara parau.

Rani memutar matanya tapi tersenyum juga saat mendengar permintaan konyol Ayu. "Iya, cekernya tiga mangkok," janji Rani mantap. Dia hanya bisa meringis saat ingat tanggal gajiannya masih dua minggu lagi. itu berarti, setelah ini dia harus berhemat dan rela makan indomie goreng sebagai bekal makan siang.

Ah, indahnya persahabatan.

-End-

Nilai moral :
1. Sabarlah pada sahabat sedengmu. Mereka2lah yang membuat hidupmu lebih berwarna. Karena sesungguhnya, jika mereka waras, belum tentu mereka mau berteman denganmu. Bisa jadi besok kau yang sedeng dan mereka datang menghiburmu.

2. Jangan meratapi orang yang yang tak layak diratapi. Seperti, menangisi Masumi yang akhirnya memilih Agnes sebagai Nyonya Hayami   

Batam, 4 Februari 2018
by Agnes Kristi

DEMI SAHABATWhere stories live. Discover now